Ulama dari tanah Yaman, Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah
Yaman belum pernah mendapati seorang seperti beliau selama sejak beratus-ratus tahun. Dahulu hanya bekerja sebagai satpam sebuah bangunan di Makkah. Suatu ketika ia diberi hadiah beberapa buku bekas pelajaran sekolah tentang pelajaran tauhid termasuk pula kitab Fathul Majid. Ia pun tersentuh dengan buku-buku itu.
Lantas ia teringat negerinya, ia pun pulang kemudian mengajarkan manusia tentang tauhid serta mengingkari perbuatan syirik penduduk desanya. Sehingga tak ayal lagi, penduduk desa justru memusuhi beliau dan memaksa dia untuk belajar sekte Syi'ah yang memang berkembang di Yaman, agar akidah tauhid yang suci itu dipaksa hilang dari kepalanya. Akan tetapi beliau kembali ke negeri tanah suci itu sambil membawa semangat belajar ke sana.
Setelah sekian lama belajar, beliau lulus dari Jami'ah Islamiyah Madinah (Universitas Islam Madinah) sambil membawa dua Ijazah. pertama ijazah dari kuliah dakwah dan yang kedua ijazah dari kuliah syari'ah yang mana dia kerjakan secara paruh waktu.
Ia bercerita tentang ijazah syari'ahnya dahulu,
"Aku sangat takut jika waktuku hilang sehingga aku berikrar agar berbekal ilmu sebanyak-banyaknya di Madinah."
Dosen pembimbing tesis magister beliau bertutur,
"Kalau seandainya peraturan kampus memperbolehkan, pasti aku akan memberi Syaikh Muqbil dua tugas tesis sekaligus, yaitu tesis magister dan doktor karena kegigihan dia dan begitu sabarnya dia dalam belajar."
Sering sekali dia memungut sisa-sisa roti jatuh dan membersihkannya dari benang laba-laba dan memakannya demi bertahan hidup. Bahkan terkadang hanya dapat minum air zam-zam supaya tulang rusuknya bisa tegak menuntut ilmu.
Beliau adalah seseorang yang diberikan Allah kelezatan dengan yang namanya Ilmu agama, beliau berkata, "Allah Maha Tahu bahwa aku merasa seperti seorang raja." Lantaran nikmatnya ilmu yang dia cari.
Seorang muridnya yang menceritakan kisah ini berkata,
"Satu kalimat beliau yang sangat membuat kami terkesan adalah ucapannya terhadap para muridnya: 'Tahukah kalian bahwa aku adalah orang yang paling banyak dikaruniai anak, karena kalian semua adalah anak-anakku.'"
Murid-muridnya lebih dari 2000 orang, sedangkan Syaikh sendiri semua anaknya adalah perempuan.
Kejadian Langka Beliau yang Menunjukkan Kejujuran dan Keberanian Beliau
Suatu ketika Presiden Yaman bertanya kepada beliau, "Apakah engkau akan berdoa untukku?"
Syaikh menjawab, "Kadang-kadang."
Maka Presiden berkata, "Maka doakanlah kebaikan untukku."
Ia Mencari Ilmu Bukan Untuk Dunia
Termasuk hal yang unik bahwa Ijazah-ijazahnya semuanya hilang, termasuk ijazah magister, sedangkan beliau tak tahu lagi tentangnya. Dahulu beliau berkata, "Ijazah ini pasti akan hilang juga."
Syaikh Ibn Baaz dan Syaikh Al-Albani banyak memuji keutamaan beliau, bahkan Syaikh Al-Faqih ibnu Utsaimin berkata tentangnnya, "Demi Allah! Bahwa Syaikh Muqbil termasuk imam dari para imam-imam agama!"
Beliau juga selalu bermuhasabah akan dirinya, beliau bertutur, "Ketika uban pertamaku mulai tumbuh, lantas kugenggam janggutku dan berkata: 'Hei Muqbil Apa yang telah engkau sumbangkan kepada islam?'"
Pada sabtu malam tepatnya setelah Maghrib tanggal 15/3/1421 H, beliau menyampaikan pelajaran untuk terakhir kalinya yang mana pada pagi Ahad beliau dilarikan ke rumah sakit, kemudian diterbangkan dari Yaman ke Saudi untuk meneruskan pengobatannya.
Ketika sampai di Saudi, dokter meminta agar di pindahkan ke Amerika mengingat perlengkapan medis di sana yang sangat minim ketika itu. Beliau meminta agar dipulangkan dahulu ke Yaman agar mengucapkan salam kepada keluarganya sebelum safarnya yang jauh.
Setelah dilakukan pengobatan di Amerika, maka alhamdulillah beliau sehat dan kembali ke negeri dan keluarganya serta murid-murid tercinta di Yaman. Ketika disambut di Yaman beliau berkata, "Mungkin bisa jadi tahun depan kalian tak bertemu lagi denganku."
Kemudian beberapa saat kemudian, beliau sakit lagi dan di terbangkan Ke Amerika, namun para dokter mengatakan bahwa keadaannya semakin kritis, kemudian setelah itu beliau kembali ke Saudi dan menulis wasiatnya dan wafat 10 hari setelahnya.
Salah seorang yang mendampingi ketika beliau sakit berkisah, "Ketika kami mendampingi Syaikh, maka seakan-akan kami yang sakit dan Syaikh justru yang menyabarkan akan sakit kami itu."
Beliau dishalatkan di Masjidil Haram Makkah dan dikuburkan di pemakaman Al-'Adl di samping makam dua sahabat sekaligus ulama kibar di zaman ini; Syaikh Ibn Baaz dan Al-Faqih Ibnu Utsaimin -rahimahumullahu jami'an-.
Seorang putra asli pedalaman Yaman, hidup dalam keadaan yatim, pernah sebagai satpam bangunan, namun Allah mengharumkan namanya karena Ilmu.
Beliau meninggalkan 4 putri dan dua Istri. Dilahirkan pada tahun 1352 H dan wafat di tahun 1422 H di umurnya yang ke-70 tahun.
Sebagian perkataan beliau,
"Siapa saja yang ingin duduk bersama para pendusta besar, maka hendaknya ia baca koran-koran, apabila sedikit saja roti, gula, dan garam berkurang maka mereka langsung mengkafirkan pemerintah. Namun ketika pemerintah memenuhi keinginan mereka, justru bermuka dua sambil memuji-muji: 'Pemimpin kita adalah khalifah yang mendapat Ilham.'"
Juga perkataannya,
"Siapapun yang berusaha menolak sunnah, niscaya dihinakan Allah, dan siapapun yang menjadi musuh terhadap sunnah, janganlah kalian membalasnya, karena Allah pasti yang akan menurunkan azabnya kepada musuh sunnah itu."
Semoga rahmat Allah selalu tercurahkan kepada ruh beliau dan kepada kita semua.
Al-Haram Al-Madani An-Nabawi,
23/1/1436 H
Fauzi Rifaldi, mahasiswa Univ. Islam Madinah
(dengan sedikit perbaikan kalimat)
Copas