LARANGAN TAQLID MADZHABIYYAH
a. Imam Abu Hanîfah Rohimahullôhu.. Ta'âla berkata, "Tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama ia belum mengetahui dari mana kami mengambilnya." [I'lâmul Muwaqqi'în (III/488)]
Beliau Rohimahullôhu Ta'âla juga berkata, "Apabila suatu hadits itu shohîh, maka itulah madzhabku." [Iiqâzhul Himam (hal. 62)]
b. Imam Mâlik bin Anas Rohimahullôhu Ta'âla berkata, "Sesungguhnya aku hanya seorang manusia, terkadang aku benar dan terkadang salah. Maka lihatlah pendapatku, setiap pendapatku yang sesuai dengan al Kitab (al Qur'an) dan as Sunnah (hadits) maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan al Kitab dan as Sunnah maka tinggalkanlah."
Beliau Rohimahullôhu Ta'âla juga berkata, "Setiap manusia, siapa pun dia perkataannya bisa diterima dan bisa ditolak, kecuali penghuni kuburan ini, (yaitu kuburan Rosûlullôh Muhammad Shollallôhu 'Alaihi wa Sallam)." [Jâmi' Bayânil 'Ilmi wa Fadhlihi (I/775 no. 1435, 1436)]
c. Imam asy Syâfi'iy Rohimahullôhu Ta'âla berkata, "Setiap orang pasti terlewat dan luput darinya salah satu Sunnah (hadits) Rosûlullôh Shollallôhu 'Alaihi wa Sallam. Apa pun pendapat yang aku katakan atau prinsip yang aku tetapkan (katakan) kemudian ada hadits dari Rosûlullôh Shollallôhu 'Alaihi wa Sallam, yang ternyata bertentangan dengan pendapatku, maka apa yang disabdakan Rosûlullôh Shollallôhu 'Alaihi wa Sallam itulah yang diambil. Dan itulah yang menjadi pendapatku." [Manâqib al Imam asy Syâfi'iy (I/475); dan I'lâmul Muwaqqi'în (IV/46 - 47)]
Beliau Rohimahullôhu Ta'âla juga berkata, "Setiap yang aku ucapkan, namun ada hadits Nabi Shollallôhu 'Alaihi wa Sallam yang shohîh menyelisihi pendapatku, maka hadits Nabi Shollallôhu 'Alaihi wa Sallam itulah yang lebih patut diikuti. Maka janganlah kalian taqlid kepadaku." [Manâqib al Imam asy Syâfi'iy (I/473); dan I'lâmul Muwaqqi'în (IV/45 - 46)]