------------
Kalau ditanyakan,
duluan mana antara masjid Nabawi dan kuburan Rasulullah ada dan dibangun ?
Tentu kita jawab, Masjid Nabawi tentu yang duluan ada dan dibangun.
Masjid Nabawi didirikan ketika Rasulullah hidup, maka bagaimana mungkin makam Rasulullah ada duluan?
Ya, benar. Shodaqta.
Ini pemahaman penting yang harus kita fahami terlebih dahulu.
***
Sekarang kalau ditanya, dimana rumah Rasulullah?
Di dalam masjid Nabawi atau di luar masjid Nabawi?
Al jawab tentu di luar masjid Nabawi. Tidak mungkin bangun rumah di dalam masjid.
Ya benar, rumah Rasulullah bukan di dalam masjid, tapi di luar masjid Nabawi.
Di dekat masjid Nabawi tepatnya.
Jadi kalau Rasulullah dikuburkan di dalam rumah tempat beliau meninggal, itu artinya Rasulullah dikuburkan di dalam masjid Nabawi atau di luar masjid Nabawi?
Tentu artinya dimakamkan di luar masjid Nabawi.
***
Kenapa Rasulullah dimakamkan di rumah tempat beliau meninggal? Tidak di pemakaman umum di Baqi sana?
Al jawab, karena inilah kekhususan syariat bagi Rasulullah sebagai nabi. Yang mana para Nabi itu dimakamkan di tempat dia meninggal. Bukan dipindahkan dikuburkan di tempat lain.
Para sahabat mengetahui Syariat ini, maka dari itu mereka menguburkan Rasulullah di tempat beliau meninggal. Yakni di rumah beliau, di bilik istri beliau Aisyah radhiyallaahu anhaa.
***
Maka dari itu, karena Rasulullah dikuburkan oleh para sahabat di dalam rumahnya yang tidak berada di dalam lingkungan masjid Nabawi pada waktu itu.
Para sahabat tidak terkena larangan dan laknat terhadap orang yang membangun kuburan di dalam masjid, atau yang membangun masjid di atas kuburan setelah kuburan itu ada. Sebagaimana hadits yang disabdakan oleh Rasulullah itu sendiri.
Ini pemahaman penting juga yang harus kita fahami. Yakni agar para sahabat tidak dituduh yang macam macam mengenai penguburan dan tempat makam Rasulullah itu.
***
Sampai sini faham dulu ya.
Jadi antara masjid Nabawi dan rumah Rasulullah pada waktu itu berbeda, terpisah, dan tidak jadi satu.
Sehingga otomatis, demikian juga kuburan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang ada di dalam rumah beliau.
Para sahabat tidak ada yang melanggar larangan beliau, atau coba coba ingin mendapatkan laknat dengan membangun kuburan di dalam masjid.
***
Demikianlah pemahaman para sahabat mengenai letak dan posisi antara masjid Nabawi dan makam Rasulullah.
Dan hal ini terus bertahan pada zaman khulafaur Rasyidin dan awal awal kekholifahan dinasti Umayah.
Bahkan Kholifah Abu Bakar dan Kholifah Umar juga dimakamkan di samping makam Rasulullah, di dalam rumah beliau.
Dua Kholifah itu dimakamkan di samping Rasulullah, karena para sahabat faham bahwa letak makam Rasulullah itu tidak di dalam masjid Nabawi pada waktu itu.
Jadi para sahabat tidak ada yang melanggar syariat larangan membangun masjid di atas kuburan, atau menguburkan seseorang di dalam masjid.
***
Demikianlah kondisi para sahabat dan umat Islam pada waktu itu.
Dan waktu pun terus berlalu, pengaruh Islam makin besar, dan pemeluk agama Islam makin banyak.
Akibatnya masjid Nabawi yang mulanya cukup untuk menampung umat Islam di Madinah, akhirnya menjadi tidak cukup lagi dan harus dilakukan perluasan.
Akhirnya perluasan masjid Nabawi dilakukan, hingga akhirnya terpaksa sampai memasukkan rumah Rasulullah ke dalam halaman masjid Nabawi.
***
Para ulama pun tidak tinggal diam melihat hal ini.
Karena perluasan hingga memasukkan rumah Rasulullah ke dalam halaman masjid Nabawi ini terjadi pada masa Tabi'in (masa ulama dari murid para Sahabat), maka berdirilah ulama Tabi'in terkenal Said bin Musayyab untuk memprotes perluasan yang kebablasan ini kepada Kholifah.
Namun sayangnya hal ini kurang diindahkan oleh Kholifah, dan Kholifah memiliki pertimbangan lain.
***
Sebagian ulama yang lain memandang, bahwa perluasan ini tidak melanggar larangan Rasulullah mengenai membangun masjid di atas kuburan.
Karena masjid Nabawi ada lebih dulu dibandingkan kuburan Rasulullah, dan juga karena pada awalnya Rasulullah tidak dikuburkan di dalam masjid.
Jadi tidak terkena larangan dan laknat hadits Rasulullah masalah membangun masjid di atas kuburan, karena masjidnya sudah ada duluan dibandingkan kuburan nya. Sehingga tidak bisa dikatakan membangun masjid di atas kuburan.
Dan juga karena awalnya kuburan Rasulullah itu dikuburkan di dalam rumah beliau, bukan di dalam masjid Nabawi. Maka perluasan masjid itu tidak bisa dipandang membangun kuburan di dalam masjid.
Jadi juga dianggap tidak terkena larangan dan laknat hadits Rasulullah mengenai menguburkan seseorang di dalam masjid.
Toh masjidnya dan kuburan nya juga sudah sama sama ada, dan tidak menjadi satu. Ini hanya masalah perluasan nya saja.
Lagipula kuburan Rasulullah itu dikelilingi bangunan pembatas yang mulanya adalah rumah beliau. Jadi tidak dibiarkan terbuka kuburan apa adanya, masuk di dalam halaman masjid Nabawi yang diperluas itu.
Sehingga kuburan itu dianggap menjadi suatu bangunan yang terpisah dengan masjid Nabawi, karena ada bangunan yang menutupi makam beliau.
Perhatikanlah hal ini, dan bacalah berulang ulang jika perlu. Karena point-point ini adalah Point paling penting dari keseluruhan tulisan kita.
***
Dari penjelasan di atas, kita memahami kekhususan syariat mengenai letak makam nabi, masalah sejarah masjid Nabawi dan makam Rasulullah pada mulanya hingga terkena perluasan, dan juga perincian hukum mengenai masalah itu.
Jadi kesimpulan nya, jika ada orang yang membangun masjid di atas kuburan. Atau menguburkan seseorang di dalam masjid ataupun di halaman masjid.
Maka dia telah melanggar larangan Rasulullah dan terkena laknat akan hal itu.
***
Adapun argumen dia mengenai kuburan Rasulullah yang ada di masjid Nabawi, tidaklah berlaku dengan pelanggaran yang dia lakukan karena kasusnya berbeda.
Sehingga not Apple to apple, atau pendalilan yang salah karena berbeda latar belakangnya.
Maka jangan kuburkan seseorang pun di dalam masjid ataupun di lingkungan halaman masjid.
Hal itu haram dan dilarang Rasulullah.
Entah itu Habib, Syaikh, Sunan, Wali, Kyai, Ajengan, Ulama, atau orang biasa; jangan dikuburkan baik di dalam masjid ataupun di lingkungan masjid. Haram itu.
Dan ingkarilah masjid masjid yang di dalamnya ataupun di halamannya ada kuburan, kecuali masjid Nabawi.
Berilah nasehat agar kuburan tersebut dipindahkan dari masjid dan lingkungan masjid. Atau jika tidak bisa, carilah masjid lain yang tidak ada kuburan nya sebagai bentuk pengingkaran kita, setelah nasehat yang santun dan ilmiah telah diberikan.
https://www.facebook.com/kautsar.amru/posts/10154363451523634
Masjid Nabawi didirikan ketika Rasulullah hidup, maka bagaimana mungkin makam Rasulullah ada duluan?
Ya, benar. Shodaqta.
Ini pemahaman penting yang harus kita fahami terlebih dahulu.
***
Sekarang kalau ditanya, dimana rumah Rasulullah?
Di dalam masjid Nabawi atau di luar masjid Nabawi?
Al jawab tentu di luar masjid Nabawi. Tidak mungkin bangun rumah di dalam masjid.
Ya benar, rumah Rasulullah bukan di dalam masjid, tapi di luar masjid Nabawi.
Di dekat masjid Nabawi tepatnya.
Jadi kalau Rasulullah dikuburkan di dalam rumah tempat beliau meninggal, itu artinya Rasulullah dikuburkan di dalam masjid Nabawi atau di luar masjid Nabawi?
Tentu artinya dimakamkan di luar masjid Nabawi.
***
Kenapa Rasulullah dimakamkan di rumah tempat beliau meninggal? Tidak di pemakaman umum di Baqi sana?
Al jawab, karena inilah kekhususan syariat bagi Rasulullah sebagai nabi. Yang mana para Nabi itu dimakamkan di tempat dia meninggal. Bukan dipindahkan dikuburkan di tempat lain.
Para sahabat mengetahui Syariat ini, maka dari itu mereka menguburkan Rasulullah di tempat beliau meninggal. Yakni di rumah beliau, di bilik istri beliau Aisyah radhiyallaahu anhaa.
***
Maka dari itu, karena Rasulullah dikuburkan oleh para sahabat di dalam rumahnya yang tidak berada di dalam lingkungan masjid Nabawi pada waktu itu.
Para sahabat tidak terkena larangan dan laknat terhadap orang yang membangun kuburan di dalam masjid, atau yang membangun masjid di atas kuburan setelah kuburan itu ada. Sebagaimana hadits yang disabdakan oleh Rasulullah itu sendiri.
Ini pemahaman penting juga yang harus kita fahami. Yakni agar para sahabat tidak dituduh yang macam macam mengenai penguburan dan tempat makam Rasulullah itu.
***
Sampai sini faham dulu ya.
Jadi antara masjid Nabawi dan rumah Rasulullah pada waktu itu berbeda, terpisah, dan tidak jadi satu.
Sehingga otomatis, demikian juga kuburan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang ada di dalam rumah beliau.
Para sahabat tidak ada yang melanggar larangan beliau, atau coba coba ingin mendapatkan laknat dengan membangun kuburan di dalam masjid.
***
Demikianlah pemahaman para sahabat mengenai letak dan posisi antara masjid Nabawi dan makam Rasulullah.
Dan hal ini terus bertahan pada zaman khulafaur Rasyidin dan awal awal kekholifahan dinasti Umayah.
Bahkan Kholifah Abu Bakar dan Kholifah Umar juga dimakamkan di samping makam Rasulullah, di dalam rumah beliau.
Dua Kholifah itu dimakamkan di samping Rasulullah, karena para sahabat faham bahwa letak makam Rasulullah itu tidak di dalam masjid Nabawi pada waktu itu.
Jadi para sahabat tidak ada yang melanggar syariat larangan membangun masjid di atas kuburan, atau menguburkan seseorang di dalam masjid.
***
Demikianlah kondisi para sahabat dan umat Islam pada waktu itu.
Dan waktu pun terus berlalu, pengaruh Islam makin besar, dan pemeluk agama Islam makin banyak.
Akibatnya masjid Nabawi yang mulanya cukup untuk menampung umat Islam di Madinah, akhirnya menjadi tidak cukup lagi dan harus dilakukan perluasan.
Akhirnya perluasan masjid Nabawi dilakukan, hingga akhirnya terpaksa sampai memasukkan rumah Rasulullah ke dalam halaman masjid Nabawi.
***
Para ulama pun tidak tinggal diam melihat hal ini.
Karena perluasan hingga memasukkan rumah Rasulullah ke dalam halaman masjid Nabawi ini terjadi pada masa Tabi'in (masa ulama dari murid para Sahabat), maka berdirilah ulama Tabi'in terkenal Said bin Musayyab untuk memprotes perluasan yang kebablasan ini kepada Kholifah.
Namun sayangnya hal ini kurang diindahkan oleh Kholifah, dan Kholifah memiliki pertimbangan lain.
***
Sebagian ulama yang lain memandang, bahwa perluasan ini tidak melanggar larangan Rasulullah mengenai membangun masjid di atas kuburan.
Karena masjid Nabawi ada lebih dulu dibandingkan kuburan Rasulullah, dan juga karena pada awalnya Rasulullah tidak dikuburkan di dalam masjid.
Jadi tidak terkena larangan dan laknat hadits Rasulullah masalah membangun masjid di atas kuburan, karena masjidnya sudah ada duluan dibandingkan kuburan nya. Sehingga tidak bisa dikatakan membangun masjid di atas kuburan.
Dan juga karena awalnya kuburan Rasulullah itu dikuburkan di dalam rumah beliau, bukan di dalam masjid Nabawi. Maka perluasan masjid itu tidak bisa dipandang membangun kuburan di dalam masjid.
Jadi juga dianggap tidak terkena larangan dan laknat hadits Rasulullah mengenai menguburkan seseorang di dalam masjid.
Toh masjidnya dan kuburan nya juga sudah sama sama ada, dan tidak menjadi satu. Ini hanya masalah perluasan nya saja.
Lagipula kuburan Rasulullah itu dikelilingi bangunan pembatas yang mulanya adalah rumah beliau. Jadi tidak dibiarkan terbuka kuburan apa adanya, masuk di dalam halaman masjid Nabawi yang diperluas itu.
Sehingga kuburan itu dianggap menjadi suatu bangunan yang terpisah dengan masjid Nabawi, karena ada bangunan yang menutupi makam beliau.
Perhatikanlah hal ini, dan bacalah berulang ulang jika perlu. Karena point-point ini adalah Point paling penting dari keseluruhan tulisan kita.
***
Dari penjelasan di atas, kita memahami kekhususan syariat mengenai letak makam nabi, masalah sejarah masjid Nabawi dan makam Rasulullah pada mulanya hingga terkena perluasan, dan juga perincian hukum mengenai masalah itu.
Jadi kesimpulan nya, jika ada orang yang membangun masjid di atas kuburan. Atau menguburkan seseorang di dalam masjid ataupun di halaman masjid.
Maka dia telah melanggar larangan Rasulullah dan terkena laknat akan hal itu.
***
Adapun argumen dia mengenai kuburan Rasulullah yang ada di masjid Nabawi, tidaklah berlaku dengan pelanggaran yang dia lakukan karena kasusnya berbeda.
Sehingga not Apple to apple, atau pendalilan yang salah karena berbeda latar belakangnya.
Maka jangan kuburkan seseorang pun di dalam masjid ataupun di lingkungan halaman masjid.
Hal itu haram dan dilarang Rasulullah.
Entah itu Habib, Syaikh, Sunan, Wali, Kyai, Ajengan, Ulama, atau orang biasa; jangan dikuburkan baik di dalam masjid ataupun di lingkungan masjid. Haram itu.
Dan ingkarilah masjid masjid yang di dalamnya ataupun di halamannya ada kuburan, kecuali masjid Nabawi.
Berilah nasehat agar kuburan tersebut dipindahkan dari masjid dan lingkungan masjid. Atau jika tidak bisa, carilah masjid lain yang tidak ada kuburan nya sebagai bentuk pengingkaran kita, setelah nasehat yang santun dan ilmiah telah diberikan.
https://www.facebook.com/kautsar.amru/posts/10154363451523634
0 comments:
Post a Comment