Halaqah yang pertama, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
بسم الله الرحمن الرحيم ,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Setelah kita menyelesaikan kitab Al-Qawa'idul Arba' dengan 25 pertemuan dan in syaa Allah hari ini akan kita mulai dengan kitab yang baru yang juga dikarang oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Ibnu Sulaiman at Tamimi yang berjudul Nawaqidhul Islam
Sebelum kita memulai mempelajari kitab, maka kita akan memperkenalkan tentang pengarang kitab ini, Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman at Tamimi yang lahir pada tahun 1115 H, disebuah daerah di jazirah Arab yaitu di Al-'Uyainah dan beliau lahir ditengah-tengah keluarga yang sangat memperhatikan tentang ilmu Agama dan beliau menghafal Al-Qur'an dan mulai menghafal Al-Qur'an sejak kecil sehingga beliau menyelesaikan menghafal Al-Qur'an sebelum berumur 10 tahun.
Kemudian memulai menuntut ilmu agama, mempelajari tafsir, mempelajari fiqh dan diantara gurunya adalah bapak beliau sendiri Syaikh Abdul Wahab Ibnu Sulaiman kemudian setelah itu beliau rahimahullah mempelajari ilmu Agama dari beberapa guru yang lain dan melakukan rihlah ilmiah, melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu pergi ke kota Mekkah, ke kota Madinah, pergi ke Baghdad dan juga kota- kota yang lain dengan bertujuan untuk menuntut ilmu agama.
dan beliau belajar di kota Madinah dan menuntut ilmu dari seorang syaikh al Muhadits yang terkenal yaitu syaikh Muhammad Hayah As-Sindy dan hampir beliau melakukan perjalanan ke Syam, akan tetapi karena satu sebab akhirnya beliau tidak bisa pergi kesana dan beliau menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu agama dan juga mengajarkan kepada orang lain dan telah mengarang kitab-kitab yang banyak yang bermanfaat bagi kaum muslimin, diantaranya adalah
- Kitabut Tauhid
- Kasyfu Syubhaat
- Ushulul Sithah
- A-Ushulul tsalasah
- Mukhtashar Zaadul Ma'ad
dan diantaranya adalah kitab yang sangat ringkas yang In Syaa Allah akan kita pelajari yang dinamakan Nawaqidhul Islam dan kitab ini hanya 2 halaman tetapi mengandung faidah faidah yang besar yang hendaknya dipelajari oleh seorang muslim.
Dan beliau meninggal dunia pada tahun 1206 H, dan umur beliau saat itu sekitar 91 tahun, setelah menghabiskan waktunya dan juga hidupnya didalam mempelajari ilmu agama dan juga mengajarkan kepada orang lain.
Ini adalah biografi singkat dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman at tamimi rahimahullah. Semoga Allah merahmati kita dan juga merahmati beliau rahimahullah
Kemudian setelah itu tentang kitab beliau yaitu Nawaqidhul Islam
Nawaqidh artinya adalah pembatal, Nawaqidh adalah jamak dari Naqidhun dan dalam bahasa Arab adalah perusak atau pembatal, Inilah yang dinamakan dengan naqidhun.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman :
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
"Janganlah kalian seperti seorang wanita yang merusak pintalannya (yang mencerai beraikan) pintalannya setelah dia kuat" (An-Nahl 92)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman نَقَضَتْ غَزْلَهَا (jangan kalian seperti seorang wanita yang merusak dan mencerai beraikan pintalannya (memintal kemudian merusaknya)
نَقَضَتْ Artinya merusak atau mencerai beraikan
Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman :
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ
Menceritakan tentang sifat orang-orang yang merusak perjanjian mereka dengan Allah. Berjanji kepada Allah dengan sebuah janji kemudian membatalkannya dan merusaknya. Allah mengatakan :
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ
"orang-orang yang mereka (ينـقضـون) merusak dan membatalkan perjanjian mereka dengan Allah" (Al-Baqarah 27)
مـن بـعد مـيثاقه
Setelah mereka berjanji kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
نـقض – ينـقض
Artinya adalah merusak, inilah makna Nawaqidh adalah pembatal-pembatal atau perusak-perusak.
Sebagaimana "Nawaqidhul Wudhu" perusak-perusak wudhu artinya adalah amalan-amalan, perkara-perkara yang membatalkan wudhu seseorang dinamakan "Nawaqidhul Wudhu"
Nawaqidhul Islam, yang dimaksud dengan Al Islam adalah
الاسْتِسْلامُ للهِ بِالتَّوْحِيدِ وَالانْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
yang dimaksud dengan Islam adalah
"Penyerahan diri kepada Allah dengan tauhid dan menyerahkan dengan ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan dan juga para pelaku syirik"
Inilah yang dinamakan Al Islam.
Al Islam dari kata aslama yuslimu
الإسلام – أسلم – يسلم
Artinya didalam bahasa Arab adalah menyerahkan diri. Aslam Ali fulan adalah menyerahkan diri kepada si fulan, Aslama (ألسلام) yuslimu (يسلم) islaman (إسلاما) artinya adalah penyerahan diri.
Kenapa islam atau agama islam dinamakan dengan islam, karena orang yang masuk kedalam agama islam dan mengaku bahwasanya dirinya adalah seorang yang memeluk agama islam dia telah menyerahkan dirinya hanya kepada Allah, menyerahkan dirinya dan juga ibadahnya kepada Allah, oleh karena itu dinamakan dengan Islam.
Seorang Nashrani yang dahulunya dia menyembah kepada Allah yang mereka namakan dengan tuhan bapa dan menyembah kepada Nabi 'Isa yang mereka namakan denga tuhan anak dan menyembah kepada Maryam ketika dia masuk Islam maka dia harus menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah. meninggalkan peribadatan kepada Nabi 'Isa alaihi salam, meninggalkan peribadatan kepada ibunya (Maryam) dan hanya menyerahkan ibadahnya kepada Allah maka dia dinamakan sebagai seorang Muslim,
kenapa?
Karena dia menyerahkan dirinya dan juga ibadah nya hanya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Oleh karena itu yang namanya islam adalah
الاسْتِسْلامُ للهِ بِالتَّوْحِيدِ
"Penyerahan diri kepada Allah dengan TAUHID "
Yaitu meng Esa kan Allah dengan ibadah dan Ini adalah inti ajaran Islam
وَالانْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَة
"Dan melaksanakan ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
bukan hanya meng-Esa-kan Allah didalam ibadah tetapi juga melaksanakan perintah meninggalkan larangan. Apabila diperintah oleh Allah dan juga Rasul-Nya melaksanakan, apabila dilarang dengan sesuatu maka dia meninggalkan maka ini juga bagian dari Islam
ِ
وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ
"Dan berlepas diri dari kesyirikan"
Yaitu menyekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
وَأَهْلِهِ
"Demikian pula berlepas diri dari orang-orang yang melakukan kesyirikan"
Sebagaimana dahulu Nabi Ibrahim 'alayhissalam, beliau dan juga orang-orang yang beriman bersama beliau berkata kepada kaumnya
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
Mereka berkata kepada kaumnya "Sesungguhnya Kami berlepas diri dari kalian (wahai orang orang musyrikin)
كَفَرْنَا بِكُمْ
dan kami mengkufuri kalian
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
Dan akan terus ada permusuhan antara kami dengan kalian selama-lamanya
حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
Sampai kalian beriman hanya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى (Al Mumtahanah : 4)
Inilah yang dinamakan dengan وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
Seorang Muslim menyembah kepada Allah semata dan melaksanakan perintah Allah menjauhi larangan Allah dan dia harus berlepas diri dari apa yang dinamakan dengan kesyirikan dan juga orang-orang yang melakukan kesyirikan tersebut
"Nawaqidhul Islam artinya adalah pembatal–pembatal keislaman"
Halaqah yang ke-2, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Seseorang masuk kedalam agama islam dengan 2 kalimat syahadat, dengan 2 kalimat syahadat ini maka dia dianggap sebagai seorang muslim, dijaga darahnya dan kehormatannya. sebagaimana sabda Nabi ﷺ
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan dan bersyahadat Laa ilaha illallah dan bersyahadat Muhammad Rasulullah, kemudian mendirikan shalat, membayar zakat, maka apabila mereka melakukan itu semua (عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ) maka sungguh mereka telah menjaga dariku darah mereka (وَأَمْوَالَهُمْ) dan harta mereka (إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ) kecuali dengan hak islam (وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ) dan hisab mereka adalah atas Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى" (Muttafaqun 'alayhi)
Apabila sudah mengucapkan "Asyhadu an Laa ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah" berarti dia sudah masuk Islam dan di sana ada perkara-perkara yang apabila dilakukan maka bisa membatalkan keslaman tersebut, ini yang dinamakan dengan Nawaqidhul Islam.
Seseorang masuk ke dalam agama islam dan apabila dia melakukan salah satu atau lebih diantara perkara-perkara ini maka bisa membatalkan keislaman dia, dia dinamakan dengan Nawaqidhul islam (perkara-perkara yang membatalkan keislaman).
Sebagaimana tadi kita sebutkan orang berwudhu dan di sana ada pembatal-pembatal wudhu, apabila berwudhu dan melakukan salah satu di antara pembatal-pembatal wudhu maka batal wudhunya.
Demikian pula islam, seseorang mengucapkan 2 kalimat syahadat tapi apabila dia melakukan salah satu di antara pembatal-pembatal keislaman ini, batallah 2 kalimat syahadatnya.
Dan pembatal-pembatalan keislaman ada yang berupa ucapan dan ada yang berupa i'tiqad (keyakinan di dalam hati) dan ini semua dinamakan dengan Nawaqidhul Islam.
Adapun berupa ucapan seperti orang yang mencela Allah dan juga Rasul-Nya atau berdo'a kepada selain Allah dengan lisannya maka ini adalah pembatal keslaman.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ
"Dan sungguh mereka telah mengucapkan kalimat yang kufur وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ dan mereka telah kufur setelah keislaman mereka." (At-Tawbah : 74)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengabarkan bahwasanya mereka telah mengucapkan kalimatal kufr, menunjukkan bahwasanya di sana ada ucapan yang diucapkan oleh seseorang dan itu adalah termasuk pembatal keislaman.
Di zaman Rasulullah ﷺ suatu saat orang-orang munafiq mereka membicarakan (mencela) Rasulullah ﷺ dan juga para shahabat radhiyallahu 'anhum, mereka adalah orang yang banyak makan, yang perutnya paling besar dan bahwasanya mereka adalah orang yang paling pengecut ketika berperang,
mereka mengucapkan kalimat ini di antara mereka (yaitu di antara orang-orang munafiq), ada sebagian shahabat yang mendengar kemudian mengabarkan ini kepada Rasulullah ﷺ kemudian turunlah ayat
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (٦٥) لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
"Katakanlah apakah kalian mengejek dan mengolok-olok dengan Allah dan juga ayat-ayatNya dan juga dengan Rasul-Nya? لا تَعْتَذِرُواjanganlah kalian meminta udzur, قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian…'." (At-Tawbah : 65-66)
Kufur dengan apa? Dengan ucapan, karena mengejek Allah dan Rasul-Nya, mengejek ayat-ayatNya.
لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
"Janganlah kalian meminta udzur, kalian sudah kafir setelah keimanan kalian"
menunjukkan bahwa di sana ada pembatal keIslaman yang berupa ucapan lisan.
Halaqah yang ke-3, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Dan disana ada pembatal keislamaan yang berupa 'aqidah, berupa keyakinan, berupa i'tiqad.
⇒ Meyakini bahwasanya ada ilah selain Allah,
⇒ Meyakini bahwasanya hukum selain hukum Allah adalah lebih baik dari pada hukum Allah,
⇒ Meyakini bahwasanya shalat tidak wajib, atau
⇒ Meyakini bahwasanya sesuatu yang diharamkan jelas didalam agama meyakini bahwasanya itu halal.
Maka ini adalah keyakinan yang bisa membatalkan keislaman seseorang, sebagaimana orang-orang munafik mereka dahulu mengucapkan kalimat لا إله إلا الله dan mengucapkan محمداً رسول الله akan tetapi mereka tidak berkeyakinan dengan dua kalimat syahadat tersebut, didalam hati mereka, mereka tidak percaya bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah. Ini adalah bentuk kekufuran yang berupa keyakinan meskipun mereka mengatakan dihadapan Rasulullah ﷺ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ"sesungguhnya engkau adalah rasulullah" tapi mereka tidak meyakini itu didalam hati mereka dan Allah menghukumi mereka sebagai orang kafir
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
"Apabila datang kepadamu wahai Muhammad orang orang munafik"
قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ
mereka berkata "kami bersaksi bahwasanya engkau adalah Rasulullah
Ini dikatakan oleh orang-orang munafik قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ
dan Allah tahu bahwasanya engkau adalah rasul-Nya
وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
dan Allah bersyahadat (bersaksi) bahwasanya orang-orang munafik adalah berdusta (Al-Munafiqun : 1)
Berdusta didalam ucapan mereka, mereka mengatakan "aku bersaksi bahwasanya engkau adalah Rasulullah " akan tetapi dusta didalam hati mereka.
يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِم مَّا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ ۚ
"Mereka mengucapkan dengan lisan-lisan mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka". (Al-Fath : 11)
Hati mereka kufur dan mengingkari meskipun lisan mereka mengucapkan, menunjukkan kepada kita bahwasanya di sana ada keyakinan yang bisa membatalkan keIslaman seseorang.
Demikian pula pembatal keIslaman bisa berupa perbuatan anggota badan, seperti:
• Seseorang yang bersujud kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى , atau
• Menyembelih untuk selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Maka ini adalah berupa perbuatan dan ini semua termasuk kufur, ini semua dinamakan dengan Nawaqidhul Islam, yaitu perkara-perkara yang membatalkan keIslaman seseorang.
Mengetahui Nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal keislaman) merupakan perkara yang sangat penting.
Seseorang mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar dari kejelekan tersebut.
Orang yang hanya mengetahui kebaikan tetapi tidak mengetahui kejelekan, dikhawatirkan akan terjerumus didalam kejelekan tersebut, disadari atau tidak disadari.
Mempelajari kejelekan tujuannya adalah untuk supaya kita terjauh dan terhindari dari kejelekan tersebut.
Ibrahim 'alayhissalam, beliau 'alayhissalam, berdo'a kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ ,رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ
beliau mengatakan dan berdoa kepada Allah
"Ya Allah, jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala" (Ibrahim: 35)
Berdo'a dengan do'a ini, meminta kepada Allah supaya dijauhkan beliau dan juga keturunan beliau dari menyembah berhala, berlindung kepada Allah dari kesyirikan karena orang yang terjerumus ke dalam kesyirikan (penyembahan kepada berhala, penyembahan kepada makhluk) maka dia telah keluar dari Islam. Beliau 'alayhissalam takut atas diri beliau, takut terjerumus ke dalam kesyirikan, demikian pula takut apabila ada keturunan beliau yang terjerumus ke dalam kesyirikan.
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
"Ya Allah, jauhkanlah aku, keeluargaku dan juga anak keturunanku dari menyembah berhala".
Padahal siapa beliau 'alayhissalam?
✓ Beliau adalah Imamul al-muwahhidin, imamnya orang-orang yang bertauhid kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
✓ Beliaulah yang telah memecah berhala-berhala yang ada di kaumnya dengan tangan beliau sendiri, dan
✓ Beliau disakiti dan diuji karena mempertahankan 'aqidah beliau, mentauhidkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى , dan
✓Beliau mengajak kaumnya, mengajak bapaknya, mengajak raja di zaman beliau untuk mentauhidkan Allah, dan
✓ Beliau mendapatkan ujian yang berat karena berdakwah kepada Tauhid, dilempar ke dalam api, dan dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى api tersebut menjadi dingin.
Dan ini semua adalah ujian yang berat bagi beliau 'alayhissalam.
Akan tetapi meskipun demikian, beliau sangat takut apabila terjerumus ke dalam kesyirikan, oleh karena itu beliau berdo'a kepada Allah dan mengatakan:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Apabila beliau 'alayhissalam takut dengan kesyirikan tersebut padahal beliau adalah imamul muwahhidin (imamnya orang-orang yang bertauhid), yang kita diperintahkan untuk mengikuti millah beliau, Maka bagaimana dengan kita?
Tentunya orang seperti kita harusnya lebih takut terjerumus ke dalam kesyirikan tersebut.
Halaqah yang ke-4, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Mempelajari Nawaqidhul Islam adalah perkara yang sangat penting
Hudzaifah Ibn Yaman (beliau) mengatakan
كَانَ أصحاب رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُوْنَه عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
"Dahulu para sahabat Rasulullah ﷺ, mereka bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang kejelekan
مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
"Karena aku takut apabila aku terjerumus didalam kejelekan tersebut" (HR Bukhari 6/615-616 dan 13/35 beserta Fathul Baari. Muslim 12/235-236 beserta Syarh Nawawi. Baghowi dalam Syarhus Sunnah 14/14. Dan Ibnu Majah 2979)
Hudzaifah Ibnul Yaman bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang kejelekan-kejelakan, tujuannya adalah supaya tidak terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.
Dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu 'anhum, mereka mengetahui kebenaran dan juga mengetahui kesalahan, mengetahui al-haq dan juga mengetahui kebatilan.
Mengetahui kebenaran supaya bisa di amalkan, dan mereka mengetahui kebatilan (kesalahan) supaya bisa terhindar dari kesalahan tersebut.
عرفت الشر لا للش ولكن لتوقيه ومن لم يعرف الشر من الناس يقع فيه
Didalam sebuah bait dikatakan
"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk kejelekan tersebut (bukan untuk mengamalkannya), akan tetapi supaya terhindar dari kejelekan tersebut dan barangsiapa yang tidak mengetahui sebuah kejelekan dari manusia maka dikhawatirkan dia akan terjerumus kedalam kejelekan tersebut ".
Oleh karena itu para ulama rahimahullahu didalam kitab-kitab mereka didalam kitab 'aqidah atau didalam kitab fiqih menyebutkan tentang masalah bab Ar riddah bab Tentang perkara-perkara yang bisa menjadikan seseorang murtad dan seseorang keluar dari agama Islam.
Dan tujuan para ulama membuat masalah riddah (masalah perkara-perkara yang bisa mengeluarkan dari islam) tujuannya adalah:
✓ supaya kita tahu pembatal-pembatal keislaman, dan
✓ supaya kita waspada jangan sampai kita dan juga keluarga kita dan orang-orang yang kita cintai dan jugakaum muslimin terjatuh di dalam apa yang dinamakan Nawaqidhul Islam.
Yang mengeluarkan seseorang dari islam
Dan membatalkan amal seseorang dan apabila dia meninggal dunia dalam keadaan riddah maka tidak diterima taubatnya oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan dia kekal didalam neraka bersama orang-orang yang kafir.
Ini adalah akibat yang fatal bagi orang yang keluar dari agama islam dan dia meninggal dalam keadaan sebagai orang yang kafir, batal amalannya dan dia diakhirat adalah termasuk penduduk neraka yang kekal didalamnya.
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَاُولٰٓٮِٕكَ اَصۡحٰبُ النَّارِۚ هُمۡ فِيۡهَا خٰلِدُوۡنَ
"Dan barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya(فَيَمُتْ) Kemudian dia meninggal dunia (وَهُوَ كَافِرٌ) Dan dia dalam keadaan kafir (tidak masuk islam kembali), (فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ) Maka mereka lah orang orang yang batal amalannya di dunia maupun di akhirat "
Halaqah yang ke-5, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Mengetahui tentang Nawaqidhul Islam adalah perkara yang penting.
Tentunya didalam memahami Nawaqidhul Islam seseorang harus kembali kepada Al-Quran dan juga hadits-hadits Nabi ﷺ dan kembali kepada pemahaman shahabat radhiyallahu 'anhum dan menengok kembali ucapan-ucapan para ulama didalam masalah Nawaqidhul Islam, karena mengatakan sesuatu mengeluarkan seseorang dari islam atau tidak ini adalah termasuk hukum syar'i
Termasuk hukum syar'i tidak boleh seseorang mengatakan bahwaanya sebuah amalan atau sebuah ucapan atau sebuah keyakinan "ini adalah kufur, ini adalah syirik, ini adalah nifaq"kecuali apabila disana ada dalil yang jelas didalam Al-Quran ataupun didalam Hadits, jangan sampai seseorang mengucapkan sesuatu atas nama Allah dengan kedustaan, karena ini adalah perbuatan yang besar. Mengucapkan sesuatu atas nama Allah padahal tidak pernah dikabarkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan juga RasulNya
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Janganlah kalian mengatakan dengan ucapan kalian (dengan lisan kalian)
هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَام
Ini adalah halal, ini adalah haram
لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
dengan tujuan berdusta atas nama Allah" (An-Nahl : 116)
Janganlah kalian ucapkan ini halal atau ini haram dengan tujuan untuk berdusta atas nama Allah
1. Allah mengatakan halal kemudian kita katakan haram
2. Allah mengatakan Haram kemudian kita katakan halal
Maka ini adalah termasuk berdusta atas nama Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Orang-orang yang berdusta atas nama Allah maka dia tidak akan beruntung" (baik di dunia maupun di akhirat)
Mengatakan sesuatu ini adalah kufur ini adalah syirik, mengeluarkan seseorang dari Islam maka ini adalah hukum syar'i yang dikembalikan kepada Allah dan juga RasulNya.
Dikembalikan kepada dalil, jangan sampai seseorang mengatakan:
⇒ ini adalah kufur padahal Allah dan RasulNya tidak mengatakan demikian, atau sebaliknya
⇒ mengatakan ini tidak kufur padahal Allah dan RasulNya mengatakan ini adalah kufur.
Karena disana ada dua kelompok yang tersesat yang didalam masalah ini sebagian mereka berlebih-lebihan, sehingga mengatakan bahwasanya sesuatu ini adalah kufur padahal Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak mengatakan kufur.
Seperti orang yang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar maka dia keluar dari islam dan ini adalah keyakinan orang-orang khawarij yang sudah ada sejak zaman shahabat radhiyallahu 'anhum dan sampai sekarang mereka berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar maka dia keluar dari agama Islam.
Dan disana ada kelompok lain yang juga berlebih-lebihan kebalikan dari orang-orang khawarij, mereka meyakini sebuah amalan yang itu adalah jelas-jelas kufur didalam Al-Quran maupun didalam Hadits akan tetapi mereka meyakini itu bukan sebuah kekufuran. Kufur menurut Allah dan RasulNya kemudian dia menganggap ini bukan kekufuran dan ini juga berlebih-lebihan dan ini dilakukan oleh orang-orang murji'ah yang mereka menganggap bahwasanya namanya Iman cukuplah dengan keyakinan didalam hati atau ma'rifah mengenal didalam hati itulah yang dinamakan keimanan,
artinya apa?
⇒ Artinya sendainya orang mengucapkan ucapan apa saja atau melakukan amalan apa saja yang penting hatinya mengenal yang penting hatinya meyakini maka ini tidak kufur dari agama Islam, karena mereka mengatakan yang namanya iman hanya didalam hati dan ini juga berlebih-lebihan oleh karena itu mereka tidak masalah bagi mereka seseorang mengucapkan apa saja baik itu ucapan yang kufur maupun yang syirik yang nifaq yang penting hatinya tidak demikian.
Terkadang seseorang bisa kufur dengan ucapan lisannya, Ahlus Sunnah wal Jama'ah bukan termasuk khawarij dan juga bukan termasuk Murj'iah, mereka didalam pertengahan dan ini adalah taufiq dan karunia dan juga petunjuk yang Allah berikan kepada mereka didalam masalah kufur dan juga syirik, masalah Islam dan juga Iman mereka kembali kepada Al-Quran dan juga hadits dengan pemahaman para shahabat radhiyallahu 'anhum,
apa yang dihukumi oleh Allah dan RasulNya sebagai bentuk kekufuran mereka katakan ini adalah kufur dan apa yang dikatakan oleh Allah dan RasulNya ini bukan kekufuran maka mereka tidak mengatakan ini adalah kekufuran.
Dan mereka didalam masalah ini kembali kepada qa'idah-qa'idah yang berdasarkan Al-Quran juga hadits dan diantara qa'idah yang mereka sebutkan terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang kufur yang mengeluarkan dia dari Islam akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang kafir,
apa yang dilakukan adalah kufur akan tetapi tidak langsung dihukumi bahwasanya orang ini adalah musyrik atau orang ini adalah kafir, Karena para ulama menyebutkan disana ada syarat-syaratnya, ada syarat-syarat yang harus terpenuhi dan disana ada penghalang-penghalang yang harus tidak ada sehingga orang dihukumi sebagai orang yang kafir atau orang yang musyrik.
Halaqah yang ke-6, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengamalkan amalan yang kufur kemudian dihukumi sebagai seorang yang musyrik atau kafir, disana ada syarat-syarat diantaranya disebutkan oleh para ulama :
"Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh dan berakal."
Apabila dia belum baligh atau anak kecil (misalnya) mengatakan "aku adalah Tuhan" ucapan dia adalah ucapan kufur dan tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena yang mengucapkan adalah seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir.
رفع القلم عن ثلاثة
Diantaranya adalah dari anak kecil sampai dia dewasa, pena(pencatat) amal diangkat dari tiga orang diantaranya dari anak kecil sampai dia dewasa
و عن الصبي حتى يَحْتَلِمَ
Demikian pula berakal apabila ada seorang muslim yang gila atau tidak waras kemudian dia mengucapkan ucapan yang kufur maka tidak dianggap dia sebagai orang yang kafir, karena dia mengucapkan ucapan ini dalam keadaan dia tidak berakal.
Demikian pula orang yang mabuk misalnya dia mengucapkan ucapan yang kufur maka dia tidak dianggap sebagai orang yang kafir. Ucapan dia adalah ucapan yang kufur tetapi dia tidak dianggap sebagai orang yang kafir. Ini maksudnya.
Demikian pula diantara syaratnya adalah dia dalam keadaan memiliki kehendak memiliki pilihan dan bukan sedang dipaksa oleh orang lain, terkadang seseorang dipaksa untuk mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan perbuatan yang kufur "padahal didalam hatinya dia mengingkari dan tidak mau dan beriman kepada Allāh dan beriman kepada Rasul dan dia merasa yakin dengan seyakin yakinnya dengan Islam tetapi diancam akan dibunuh, akan disiksa, dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur. Apabila dia mengucapkan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa maka ini tidak mengeluarkan dia dari Islam."
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir atau musyrik
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا
yang artinya :
"Barangsiapa yang kufur dengan Allah setelah keimanan dia
إلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ dalam keadaan hatinya tenang dan beriman" (An-Nahl : 106)
Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu dipaksa oleh orang-orang musyrikin untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullah ﷺ dan saat itu beliau dalam keadaan disiksa (diadzab) sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang kufur padahal didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.
إلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
Dan Rasulullah ﷺ bersabda
إِنَّ اللهَ تَـجَاوَزَ لِـيْ عَنْ أُمَّتِيْ الْـخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ
"Sesungguhnya Allah telah memaafkan dari umatku, kesalahan dan juga lupa dab apa yang mereka dipaksa untuk melakukan "
Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan-ucapan yang kufur akan tetapi dalam keadaan terpaksa.
Ini adalah diantara qa'idah-qa'idah yang disebutkan oleh para ulama. jadi mereka sangat berhati-hati sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini atau tidak meyakini kecuali dengan berdasarkan dalil yang jelas dari al-qur'an dan hadits Nabi ﷺ, apalagi didalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda :
من قال لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرُ, فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
"Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya "wahai orang yang kafir", maka sungguh kekafiran ini kembali kepada salah satu diantara keduanya "
Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik, masalah nifaq, seseorang hendaklah berhati-hati didalam masalah ini dan menghukumi dengan jelas bahwasanya "si Fulan adalah kafir atau si fulan adalah musyrik
ini dilakukan oleh para ulama yang sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya syarat-syarat sebagai seorang Mufti.
Maka inilah ulama ulama yang berhak mengatakan "si fulan adalah kafir, si fulan adalah musyrik.
Halaqah yang ke-7, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Beliau mengatakan,
بِــسم الله الرحمن الرحيم
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
Dan beliau memulai kitab beliau dengan Basmalah, meniru didalam Al-Quran. "Dimana Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memulai Al-Quran dengan Basmalah"
Demikian pula meneladani Rasulullah ﷺ karena dahulu beliau ketika menulis surat-surat maka beliau memulai dengan Basmalah. Sebagaimana ketika beliau menulis kepada Raja Romawi, Raja Persia dan juga yang lain, dan didalam Al-Quran ketika Nabi Sulaiman 'alayhissalam mengirim surat kepada bilqis, beliau memulai dengan basmalah
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
"kata ratu bilqis ini adalah dari Sulaiman dan isinya بِــسم الله الرحمن الرحيم" (An-Naml : 30)
Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan basmalah maka ini meniru apa yang ada di dalam Al-Quran dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan Rasulullah ﷺ
Dan makna memulai dengan basmalah maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Allah, Karena ب didalam ucapan bismillah ini adalah ب al isti'anah (yang maknanya isti'anah), Isti'anah artinya memohon pertolongan, (بِــسم الله) Dengan menyebut Nama Allah, Maksudnya adalah aku memohon pertolongan kepada Allah, dengan menyebut nama-Nya (Ismullah) dengan nama Allah. Nama Allah disini mencakup semua nama Allah, dan didalam bahasa Arab apabila kalimat yang mufrad atau kata yang mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum
أذكروا نعمة الله
"Hendaklah kalian mengingat ni'mat Allah"
Ni'mat disini adalah mufrad (tunggal), tapi maksudnya adalah "sebutlah atau ingatlah ni'mat-ni'mat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, demikian pula didalam kalimat basmalah
(بِــسم الله) Dengan menyebut nama Allah maksudnya adalah nama-nama Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dimana Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memiliki Al-asmaul husna,
…وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ
"Dan Allah memiliki Al-asmaul Husna hendaklah kalian berdoa dengan-Nya" (Al-A'raf : 180)
Orang yang mengatakan بِــسم الله, berarti dia telah ber-Isti'anah, dengan menyebut seluruh nama Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى baik yang dia maupun yang tidak dia ketahui.
Allah adalah lafdzul Jalallah, dan dia adalah nama Allah yang paling A'dzham (Besar), nama-nama yang lain dsandarkan kepada nama Allah.
Seseorang mengatakan Ar-rahman (الرحمن) adalah diantara nama Allah, Ar-rahim adalah diantara nama Allah, Al-'aziz adalah diantara nama Allah, tetapi tidak mengatakan, 'Allah adalah diantara nama Ar-rahman"
Kenapa demikian?
Karena lafdzul Jalallah yaitu Allah adalah nama Allah yang paling besar.
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Jalallah yaitu kepada lafadz Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Dan makna dari Allah (lafdzul Jalallah) di ambil dari kata Al-uluhah yang artinya adalah ibadah, "Al-illah artinya adalah Al-Ma'bud (yang disembah)" oleh karena itu makna atau nama Allah, ini mengandung makna bahwasanya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dialah satu-satunya yang disembah
"Allah berasal dari kata Al-illah dan Al-illah artinya adalah Al-Ma'bud (yang disembah)
Ar-rahman (الرحمن) juga termasuk nama Allah dan maknanya adalah yang maha penyayang diambil dari kata rahmah. Dan nama Allah Ar-rahman mengandung sifat Ar-rahmah yaitu mengandung sifat kasih sayang.
dan nama Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى adalah nama yang memiliki makna, oleh karena itu dinamakan dengan Asmaul Husna yang baik karena dia mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama makhluk terkadang seseorang memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang memiliki nama tersebut adalah orang yang baik,
Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, seorang penjahat namanya 'Abdullah, karena nama yang dimiliki oleh manusia belum tentu dia memiliki sifat didalam nama tersebut
Adapun Allah maka nama-nama Allah mengandung sifat-sifat, Ar-rahman dia adalah Maha Penyayang mengandung makna mengandung sifat rahmah, Ar-rahim (الرحيم) juga demikian, berasal dari rahmah dan mengandung makna rahmah yaitu kasih sayang.
Perbedaan antara Ar-rahman dengan Ar-rahim disebutkan oleh para ulama bahwasanya Ar-rahman adalah kasih sayang Allah yang mencakup seluruh makhluk, yang beriman maupun yang tidak beriman, orang yang kafir pun didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allah, diberikan rezeki, diberikan kenikmatan dan ini semua adalah termasuk rahmat dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Adapun Ar-rahim maka ini adalah kasih sayang Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang yang beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa kenikmatan dialam kubur, kenikmatan di surga, maka ini adalah rahmat dari Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang yang beriman.
Ini adalah perbedaan antara Ar-rahman dengan Ar-rahim, oleh karena itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
… ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
"Dan Dia (Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى) sangat sayang kepada orang-orang yang beriman" (Al-Ahzab : 43)
Ar-rahim adalah kasih sayang Allah yang khusus Allah berikan kepada orang yang beriman
Halaqah yang ke-8, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
بِــسم الله الرحمن الرحيم
آعلم أنّ من أعظم نواقض الإسلام عشرة
Beliau mengatakan, "Ketahuilah sesungguhnya termasuk Nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal keislaman) yang paling besar ada 10″
i'lam (آعلم) artinya adalah ketahuilah.
Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang penting. Dia mengatakan kepada orang yang diajak bicara, (آعلم) ketahuilah, supaya orang yang mendengar yang diajak bicara memperhatikan dan dia sadar bahwasanya dia akan mendengar sesuatu yang sangat penting, sehingga dia mengatakan (آعلم) ketahuilah, dan Allah menggunakan kalimat ini didalam Al-Quran, diantaranya adalah
Firman Allah
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ…
"Ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah" (Muhammad: 9)
Digunakan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى didalam Al-Quran menggunakan kalimat (فَاعْلَمْ) untuk menunjukkan setelahnya adalah perkara yang besar yang hendaknya kita seksama didalam mendengarkan perkara yang besar tersebut.
أنّ من أعظم نواقض الإسلام
Diantara pembatal-pembatal keIslaman yang besar (عشرة) ada sepuluh.
Ucapan beliau (من أعظم) diantara yang paling besarmenunjukkan bahwasanya disana sebenarnya banyak pembatal-pembatal keIslaman, akan tetapi yang paling besar, yang paling penting, yang sering terjadi adalah 10 perkara, 10 pembatal yang akan beliau sebutkan, dan sebenarnya pembatal-pembatal keislaman banyak bukan hanya terbatas pada apa yang akan beliau sebutkan. bahkan disana ada sebagian ulama yang menghitung sampai 400 pembatal, tapi disini beliau rahimahullah menyebutkan 10 dan ini adalah yang paling besar, yang paling penting.
1. Al-awalu (الأول)
الاول: الشرك في عبادة الله تعالى
"Syirik didalam beribadah kepada Allah وَ تَعَالَى
والدليل قوله تعال
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ
ومـنه : الذبح لغير الله؛ كمن يذبح للجن، أو القبر
Dalilnya adalah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang artinya
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki" (An-Nisa : 48)
Dan diantara contohnya
ومـنه : الذبح لغير الله؛ كمن يذبح للجن، أو القبر
"menyembelih untuk selain Allah, seperti orang yang menyembelih untuk jin atau untuk kuburan"
Ini adalah pembatal keislaman yang pertama beliau sebutkan secara ringkas dengan menyebutkan salah satu diantara dalilnya (الأول) yang pertama adalah syirik didalam beribadah kepada Allah,
Kenapa beliau disini menyebutkan syirik pada nomor yang pertama? Karena syirik adalah Dosa yang paling besar. Tidak ada dosa yang Allah dimaksiyati dengannya yang lebih besar daripada syirik kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Rasulullah ﷺ bersabda
أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟
"maukah aku kabarkan kepada kalian ِ(أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ) dosa-dosa besar yang paling besar"
Lebih besar dari berzina, lebih besar dari membunuh, seandainya seseorang berzina 1000 kali dan membunuh 1000 kali, maka dosa syirik ini lebih besar dari pada dosa tersebut.
Akbarul kabair (أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ) kata Rasulullah ﷺ ini adalah dosa yang paling besar tidak ada dosa yang lebih besar daripada syirik.
Kemudian beliau mengatakan
الإِشْرَاكُ بِاللهِ
Diantaranya yang pertama yang paling besar adalah "menyekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
Di dalam hadits yang lain beliau ditanya oleh sebagian shahabat
يا رسول الله :أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ ؟
"Ya Rasulullah, Dosa apa yang paling besar disisi Allah?"
Dosa yang paling besar disisi Allah, apakah dosa tersebut? Beliau bertanya kepada Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ mengatakan
أَنْ تَجْعَلَ لِلّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَك
"Engkau menjadikan sekutu bagi Allah dan engkau tau bahwasanya Dia-lah yang telah menciptakan dirimu"
أَنْ تَجْعَلَ لِلّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
"Engkau menjadikan sekutu bagi Allah didalam beribadah kepada-Nya, menyerahkan ibadah kepada Allah dan juga menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
وهو خلقك
"Dan engkau tau bahwasanya Dia (Allah) Dia-lah yang telah menciptakan dirimu"
Seharusnya orang yang sadar dan beriman dengan rububiyyah Allah dan beriman bahwasanya Allah yang mencipta, menciptakan dia dan orang-orang sebelumnya, menciptakan langit dan menciptakan bumi dan menciptakan seluruh alam semesta dan tidak ada yang melakukan itu semua kecuali Allah, seharusnya orang yang demikian hanya menyerahkan ibadahnya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Ini adalah tuntutan keimanan dia, tuntutan keimanan dia bahwasanya Allah satu-satunya yang mencipta. hendaklah dia hanya menyembah kepada Allāh سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ ۚ..
"Itulah Rabb kalian yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, (خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ) Dia lah yang menciptakan segala sesuatu, (فَاعْبُدُوهُ) maka hendaklah kalian menyembahNya" (Al-An'am : 102)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai manusia sembahlah Rabb kalian (اعْبُدُوا رَبَّكُم) sembahlah Rabb kalian,
Siapa Rabb kalian?
الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Rabb kalian yang berhak untuk disembah adalah yang menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa" (Al-Baqarah : 21)
Inilah Dzat yang berhak untuk disembah, yang mencipta, adapun yang tidak mencipta, seekor lalat pun dia tidak bisa mencipta maka bagaimana dia berhak untuk disembah
أَنْ تَجْعَلَ لِلّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
Dosa yang paling besar adalah engkau menyekutukan atau menjadikan sekutu bagi Allah, sedangkan engkau tahu bahwasanya Allah yang telah menciptakan kamu, oleh karena itu disini beliau menyebutkan pada nomor yang pertama
Halaqah yang ke-9, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Didalam Al-Quran Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, ketika menyebutkan perkara-perkara yang diharamkan pertama kali yang Allah sebutkan adalah masalah Syirik kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ
"Katakanlah wahai Muhammad. "wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan kepada kalian perkara yang diharamkan oleh Rabb kalian yaitu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Karena orang-orang musyrikin mereka kadang berdusta atas nama Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengharamkan sesuatu yang dihalalkan. maka Allah berkata kepada Nabi-Nya
"Katakanlah wahai Muhammad, "wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan kepada kalian ssesuatu (perkara-perkara) yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
"Supaya kalian tidak menyekutukan Allah sedikitpun" (Al-An'am : 151)
Disebutkan disini yang pertama kali yaitu masalah Syirik, dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ketika menyebutkan tentang hak-hak yang 10 didalam surat An-Nisa, Hak yang pertama yang Allah sebutkan adalah hak untuk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sebelum hak yang lain
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ…
Disebutkan didalam ayat ini 10 hak, "hak untuk Allah , hak untuk keluarga, hak untuk orang miskin, anak yatim, seorang yang musafir, seorang tetangga, yang pertama kali adalah untuk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
"Hendaklah kalian menyembah kepada Allah"
وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
"Dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun"(An-Nisa : 36)
Sehingga tidak heran disini, mualif (pengarang) menjadikan yang nomor satu adalah
الشرك في عبادة الله تعالى
Pembatal keIslaman yang pertama adalah "syirik didalam beribadah kepada Allah"
"Kenapa bisa menjadi pembatal?" karena Orang yang mengucapkan:
الشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
"Asyhadu an La ilaha illallah"
Maknanya dia telah bersaksi dan berikrar dan bersumpah dan mengabarkan kepada orang lain bahwasanya "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah"
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
لَا إِلَهَ berarti dia telah menafikan, mengingkari ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, ketika dia mengucapkan إِلَّا اللَّهُ Kecuali Allah berarti dia telah menetapkan bahwasanya Allah sebagai satu-satunya sesembahan. orang yang mengatakan
الشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
"Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allah"
Berarti konsekuensinya tidak boleh dia serahkan sebagian ibadah sekecil apapun kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, siapapun dia, kalau itu adalah selain Allah berarti tidak halal kita serahkan ibadah kepadanya, selain Allah mencangkup diantaranya :
Jin, pohon, batu atau bahkan nabi sekalipun, dia adalah selain Allah, demikian pula Malaikat dia adalah selain Allah , selain Allah adalah makhluk dan Al-khaliq hanyalah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Seorang yang mengatakan
الشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Janji dari dia, ikrar dari dia, bahwasanya ibadah sekecil apapun tidak akan dia serahkan kepada selain Allah, pantang seorang muslim yang sudah mengatakanْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Jika seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik dengan ucapan lisan atau dengan perbuatan atau dengan hatinya, karena yang namanya ibadah maka akan kita sebutkan kadang berupa lisan kadang berupa hati, kadang berupa perbuatan, Apabila ibadah tersebut diserahkan kepada selain Allah berarti dia telah membatalkan ucapannya لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
الشرك في عبادة الله تعالى
"Menyekutukan didalam beribadah kepada Allah"
Yang dimaksud dengan ibadah disebutkan oleh para ulama adalah
اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من الأقوال والأفعال الظاهرة و الباطنة
Apa yang dimaksud ibadah : yang tidak boleh kita serahkan kepada selain Allah, para ulama telah menerangkan yang dimaksud dengan ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.
Dan Hendaklah seorang muslim memahami perkara ini jangan sampai dia tidak mengetahui apa makna ibadah apa perkara yang harus diserahkan hanya kepada Allah yang berupa ibadah dan apa yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah.
Orang yang tidak mengetahui makna ibadah dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah itulah yang dinamakan ibadah.
Dari mana kita tahu bahwa itu sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhai oleh Allah, tidak ada jalan lain kecuali dari kabar yang Allah kabarkan didalam Al-Quran atau melewati lisan Rasulullah ﷺ, sebagai utusan. itulah sumber dimana kita bisa mengetahui sesuatu itu ibadah atau tidak, sesuatu itu dicintai oleh Allah.
Kita akan mengetahui disana ibadah baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, terkadang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan didalam Al-Quran, Allah mencintai golongan fulan
والله يحب الصابرين
"Allah mencintai orang-orang yang bersabar"
Allah mengabarkan disini bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bersabar, menunjukkan bahwasanya sabar adalah ibadah, kenapa demikian? Karena Allah mengabarkan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.
إن الله يحب المحسنين
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik"
Menunjukkan bahwasanya ihsan, berbuat baik kepada orang lain adalah ibadah, karena dia dicintai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Dan Allah mengabarkan bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat kepada-Nya, menunjukkan bahwasanya taubat adalah termasuk ibadah.
Dan terkadang Allah mencintai sebuah amalan atau pun ucapan, dari mana kita tahu? Karena diperintahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengatakan :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ
"Dan hendaklah kalian mendirikan shalat, membayar zakat"
Disini Allah tidak mengatakan, Allah mencintai orang-orang yang shalat, tetapi Allah mengatakan :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ
"Dan hendaklah kalian mendirikan shalat"
Dari mana kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah? Karena Allah memerintahkan dan Allah tidak memerintahkan dengan sesuatu kecuali sesuatu tersebut dicintai dan diridhai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Berarti kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah karena ibadah diperintahkan oleh Allah dan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berarti itu adalah dicintai oleh Allah dan diridhai, dan kalau dicintai dan diridhai berarti dia adalah ibadah.
Dan terkadang kita mengetahui ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memuji sebagian orang, sebagaimana ketika Allah memuji orang yang menunaikan nazarnya
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
"Allah memuji orang-orang yang menyempurnakan Nazarnya" (Al-Insan : 7)
Ketika dia bernazar mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak wajib, bernazar dengan keta'atan, kemudian dia menyempurnakan nazarnya maka ini dipuji oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى adapun orang yang tidak menunaikan nazarnya maka ini adalah tercela. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memuji, menunjukkan bahwasanya Allah mencintai perbuatan tersebut
اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه
"Segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
من الأقوال والأفعال
"Baik berupa ucapan maupun perbuatan"
Dzikir kepada Allah, membaca Al-Quran, mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, shalawat ini semua adalah ibadah yang berupa ucapan dicintai dan diridhai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Berupa amalan seperti melakukan shalat, atau amalan harta dia melakukan zakat, bershadaqah maka ini adalah berupa amalan:
الظاهرة والباطنة
"Yang dzhahir maupun yang batin"
Yang dzhahir artinya kelihatan oleh orang lain, adapun yang batin apa yang ada di dalam hati manusia, rasa tawakal kepada Allah, rasa cinta kepada Allah, rasa takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Al-inabah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Ini adalah amalan-amalan hati dan semuanya masuk didalam kategori ibadah.
Semua ibadah tersebut harus diserahkan hanya kepada Allah tidak boleh sedikitpun, secuil pun diserahkan kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Barang siapa yang menyerahkan sebagian ibadah dari ibadah-ibadah tadi kepada selain Allah maka dia telah masuk didalam الشرك في عبادة الله (menyekutukan didalam beribadah kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى)dan ini adalah pembatal keislaman yang paling besar.
Halaqah yang ke-10, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
kesyrikan pembatal keislaman yang paling besar.
Dalilnya adalah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
,إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Allah sebutkan ayat ini dengan lafadz yang sama dengan dua tempat didalam surat An-Nisa
,إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاء
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik " (An-Nisa:48)
Allah mengatakan:
لَا يَغْفِرُ
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
Padahal Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى adalah (Al-Ghafur) Yang Maha Pengampun, Al-Ghafar, Al-Ghafir, tapi ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dimaksiati dengan (As-Syirk) dengan menyekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى maka Allah tidak akan mengampuni dosa tersebut
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
"sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak akan mengampuni dosa syirik"
Orang yang melakukan dosa syirik dan dia bertemu dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam keadaan membawa dosa syirik maka dia harus diadzab dan tidak ada ampunan dari Allah bagi orang yang melakukan dosa syirik.
Yang dimaksud dengan bahwasanya Allah tidak mengampuni dosa syirik ini adalah apabila seseorang bertemu dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pada hari kiamat, mati dalam keadaan membawa dosa syirik ini dan dia tidak bertaubat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Apabila dia bertemu pada hari kiamat dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan membawa dosa syirik ini dan dia tidak bertaubat ketika masih hidup maka inilah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Adapun orang yang dimasa hidupnya meskipun dia melakukan dosa syirik yang besar yang membatalkan keislaman apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allah akan dosanya.
Yang dimaksud dengan,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
Adalah apabila seseorang meninggal dunia bertemu kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى (bertemu dengan Allah) dalam keadaan membawa dosa Syirik besar ini.
Dan yang menjelaskan ini disebutkan didalam hadits,
Rasulullah ﷺ mengatakan
من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار
"Barangsiapa yang mati, dalam keadaan dia menyekutukan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
دخل النار
"Maka ia masuk kedalam Neraka"
Beliau ﷺ mengatakan
من مات وهو يدعو من دون الله ندا
"seorang yang yang meninggal dunia dalam keadaan dia berdoa kepada selain Allah, dalam keadaan ia menyekutukan Allahسُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
Inilah orang yang masuk ke dalam neraka dan dialah yang tidak akan diampuni oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Dalam hadits yang lain beliau mengatakan
مَنْ لَقِيَ اللَّهَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barangsiapa yang bertemu dengan Allah"
يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
"dalam keadaan dia menyekutukan Allah"
دَخَلَ الْجَنَّةَ
"maka dia masuk ke dalam neraka"
Menunjukkan bahwasanya maksud firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
Adalah apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari kesyirikan tersebut bertemu dengan Allah dihari Kiamat dalam keadaan membawa dosa Syirik.
Inilah yang dimaksud dengan tidak akan diampuni. Adapun orang yang sebelum dia meninggal dunia bertaubat kepada Allah dengan Taubat yang Nashuha sebesar apapun dosanya akan diampuni oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى semuanya, baik berupa Syirik, berupa Kufur, berupa Nifaq kalau dia bertaubat sebelum waktunya, sebelum dia meninggal dunia maka akan diampuni oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah wahai hamba-hambaKu"
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ
"yang telah berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri" (yaitu melakukan kemaksiatan.)
لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ
"Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
"sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa"
Allah mengatakan (جميعا) semuanya tidak ada yang dikecualikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Maksudnya adalah dosa yang dilakukan dan seseorang yang melakukannya bertaubat sebelum ia meninggal dunia.
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
Selama dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengampuni dosanya, meskipun berupa kesyirikan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
"sesungguhnya (Allah) Dia-lah Yang Maha Pengampun dan juga Maha Penyayang" (Az Zumar : 53)
Maksud dari
إِنَّ اللَّه لا يغفر انيكسرت به
Maksudnya adalah apabila seseorang bertemu dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam keadaan membawa dosa Syirik.
Halaqah yang ke-11, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Oleh karena itu seorang muslim jangan dia menunda taubat kepada Allh سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, selama dia masih diberikan kesempatan dan dan nafas oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى maka hendaklah dia bersegera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang nashuha dari segala dosa yang besar maupun dosa yang kecil.
Sebelum datang waktunya dimana tidak diterima taubat seseorang, apabila sudah datang ajal, tidak bermanfaat ucapan seseorang. تُبْتُ "Aku bertaubat kepada Allah".
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ
"Taubat tidak diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang melakukan (dosa-dosa) kemudian apabila sudah datang ajal kepada salah seorang diantara mereka"
قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ
Kemudian baru dia mengatakan "sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah sekarang" (An Nisa : 18)
Kalau sudah datang ajal atau kematian maka tidak akan bermanfaat taubat seseorang.
Fira'un bertaubat ketika dia sudah datang ajal, beriman dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tapi tidak diterima oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
"Sekarang engkau bertaubat padahal sebelumnya engkau telah bermaksiat kepada Allah dan kau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan" (Yunus : 91)
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاء
"Dan Allah masih mengampuni"
مَا دُونَ ذَلِكَ
"Yang lebih rendah dari itu (yang lebih rendah dari syirik)"
لِمَنْ يَشَاء
"Bagi siapa yang dikehendaki".
Dosa-dosa yang masih ada dibawah syirik maka diampuni oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bagi siapa yang dikehendaki oleh Allah.
● Berzina : Dosa besar
● Riba : Dosa besar
● Membunuh : Dosa besar
Tapi dia (duuna syirk) ini adalah dosa-dosa besar yang dibawah kesyirikan. Orang yang melakukannya didalam bahaya yang besar memang, akan tetapi tidak sampai kepada mengeluarkan dia dari Islam.
Orang yang melakukan dosa besar berkurang keimanannya dan semakin banyak dia melakukan dosa besar semakin banyak imannya yang berkurang dan dikhawatirkan dosa besar tersebut lama kelamaan bisa membuat dia kepada kekufuran.
Orang yang melakukan dosa besar dalam keadaan bahaya tetapi tidak sampai mengeluarkan dia dari keislaman.
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ
"Dan masih mengampuni yang lebih bawah dari itu".
Yang lebih rendah dari kesyirikan `bagi orang yang dikehendaki oleh Allah, Berarti disana ada orang yang dikehendaki di ampuni oleh Allah dari para pelaku dosa besar dan ada disana ada orang yang dikehendaki tidak diampuni oleh Allah, artinya harus diazab
Oleh karena itu nanti dihari kiamat ketika kaum muslimin, orang-orang yang beriman melewati jembatan As-shiroth maka ada diantara mereka yang selamat, menyebrangi Jahanam diatas jembatan As-shiroth tersebut. Ada diantara mereka yang selamat dan tidak terkena luka sedikit pun, seperti "para Nabi, para Rasul" dan ada diantara mereka yang selamat sampai kesebrang akan tetapi terdapat luka, karena diatas jembatan As-shirath atau disekitar shirath ada besi-besi pengait yang akan menyambar orang yang diperintahkan oleh Allah untuk disambar sesuai dengan dosa yang dia lakukan, ada diantara orang-orang yang beriman yang sampai kesebrang akan tetapi dalam keadaan terluka dan ada diantara orang yang beriman yang jatuh kedalam Neraka.
Berarti orang yang jatuh kedalam Neraka inilah yang Allah kehendaki tidak diampuni, artinya Allah menghendaki untuk di azab, kalau diampuni maka Allah akan selamatkan dia diatas dari Jahanam dan diselamatkan bisa menyebrangi Jembatan As-shirath, akan tetapi Allah menghendaki sebagian pelaku dosa besar diantara orang yang beriman dihendaki untuk tidak diampuni artinya tidak diampuni harus di azab terlebih dahulu dimasukkan ke dalam Neraka diadzab sesuai dengan hak nya kemudian nanti akhirnya akan di masukan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ke dalam surga.
Setiap muslim akan masuk ke dalam surga sampai para pelaku dosa besar, tapi ada diantara mereka yang langsung dan ada diantara mereka yang di azab terlebih dahulu karena dosa yang dilakukan.
Pelaku dosa besar sebagaimana "ini adalah aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah di hari kiamat adalah
تحت مشيئة الله
"Dibawah kehendak Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى".
Jika Allah menghendaki maka Allah akan mengampuni dan kalau Allah menghendaki maka Allah tidak mengampuni.
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ
"Dan Allah masih mengampuni yang selain yang dibawah itu "
لِمَنْ يَشَاء
"Bagi siapa yang dikehendaki oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
Diantara contoh kesyirikan adalah menyembelih untuk selain Allah, Menyembelih adalah ibadah, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ,لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah sesungguhnya shalatku dan sembelihanku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabbul 'alamin". (Al-An'am 162-163)
Shalatnya adalah untuk Allah, tidak boleh seseorang melakukan shalat untuk selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
وَنُسُكِي
Demikian pula untuk sesembelihannya (نُسُكِي) artinya sembelihan, Sebagaimana Sabda Nabi ﷺ
ٲ نسك نسيكه
"Hendaklah engkau menyembelih sebuah sesembelihan"
"Katakanlah sesungguhnya shalatku dan sembelihanku, hidup dan matiku (لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) hanya untuk Allah"
Tidak boleh diserahkan kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Orang yang menyerahkan sembelihan kepada selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah didalam ibadah tersebut, demikian pula firman Allah
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Hendaklah engkau shalat untuk Rabb mu dan hendaklah engkau menyembelih untuk Rabb".
Shalat untuk Allah (فَصَلِّ لِرَبِّكَ), Demikian pula (وَانْحَرْ)
"Hendaklah engkau menyembelih hanya untuk Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى". (Al-Kautsar 2)
Dalam sebuah hadits, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu mengatakan
حدثن رسول الله صلى الله عليه وسلم بأربعة كلمة
"Rasulullah mengabarkan kepada dengan empat kalimat,
Yang pertama
لَعَنَ اللهُ مَن ذَبَحَ لِغَيرِ اللهِ
"Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى".
"Dilaknat oleh Allah dan di doakan oleh Rasulullah supaya orang tersebut mendapatkan laknat dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى"
Yang dimaksud dengan laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah, diantaranya adalah orang yang menyembelih untuk selain Allah.
Apa yang dimaksud menyembelih untuk selain Allah?
Menyembelih seekor hewan dengan tujuan bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada makhluk tersebut. Kata beliau disini
كمن يذبح للجن
Seperti orang yang menyembelih dengan maksud bertaqarub dan mendekatkan diri kepada Jin
Maka ini adalah termasuk syirik kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan Jin disini oleh manusia dinamakan dengan banyak nama, ada yang dinamakan dengan penguasa laut selatan, dinamakan dengan mbah fulan, kiyai fulan, nyai fulan, mereka semua adalah Jin. meskipun diberi nama oleh manusia dengan berbagai nama, seperti yang terjadi misalnya di negara kita.
Terkadang setiap tahun atau setiap waktu tertentu menyembelih seekor kerbau atau menyembelih seekor hewan kemudian di lempar ke laut atau dilempar ke sungai dan tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada yang menunggu dari sungai ataupun laut tersebut, supaya tidak terjadi banjir, supaya tidak memudharati orang-orang yang tinggal di sekitar sungai tersebut. maka ini adalah termasuk syirik kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan bahkan ini adalah termasuk syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam membatalkan amalannya, kalau dia meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik ini maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak akan mengampuni dosanya.
كمن يذبح للجن أو للقبر
"Atau dia menyembelih untuk kuburan"
Maksudnya adalah untuk yang dikuburkan di tempat tersebut, meskipun yg dikuburkan adalah seorang Nabi, kalau dia menyembelih seekor hewan dengan tujuan untuk bertaqarub kepada yang dikuburkan baik itu seorang nabi atau seorang wali atau orang yang shaleh sekalipun maka ini adalah termasuk syirik
إن الله لا يغفر أن يشرك به
"Allah tidak akan mengampuni dosa syirik"
واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا
"Hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun"
Sesuatu apapun masuk didalamnya adalah para nabi, oleh karena itu orang-orang nashrani, mereka adalah orang-orang musyrik meskipun mereka menyembah seorang Nabi sekalipun, Nabi 'Isa 'alayhissalam yang disembah oleh orang-orang nashrani adalah seorang Nabi yang mulia, bahkan termasuk Ulul azmi, termasuk 5 Nabi yang paling utama (afdhal), disembah oleh orang-orang Nashrani.
Disembah oleh orang-orang Nashrani, apakah berarti mereka bukan orang-orang yang musyrik?, kita katakan tetap orang musyrik
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ
"Sungguh kafir orang-orang yang mengatakan bahwasanya Al-Masih (Nabi 'Isa) adalah Allah" (Al-Ma'idah 72)
Dan apa yang beliau sebutkan hanyalah sekedar contoh, disana banyak contoh-contoh kesyirikan yang tidak beliau sebutkan disini karena ini adalah kitab yang ringkas.
damar
0 comments:
Post a Comment