Jika Allah bersemayam di atas arsy berarti Allah butuh tempat. Padahal yang butuh tempat adalah makhluk.
Lihatlah pernyataan ini..
Ia ingin mensucikan Allah dari menyerupai makhluk..
namun jatuh kepada menyerupakan Allah dengan makhlukNya yaitu ucapan dia: Jika Allah bersemayam di atas arasy berarti Allah butuh tempat.
konsekwensi seperti ini akibat ia menyerupakan Allah dengan makhlukNya yang apabila berada di suatu tempat maka ia membutuhkan tempat itu.
Padahal bersemayamnya Allah di atas arasy sesuai dengan keagunganNya dan tidak serupa dengan makhlukNya.
Sebagaimana Allah melihat dengan penglihatan yang tidak serupa dengan makhlukNya, maka bersemayamNya pun tidak serupa dengan makhlukNya.
Lebih parah lagi, ketika ia menyerupakan Allah dengan makhlukNya. Ia pun meniadakan sifat istiwa di atas arasy karena menurut akalnya itu serupa dengan makhlukNya..
Padahal Allah disifati dengan mendengar dan makhlukpun mendengar. Apakah berarti pendengaran Allah serupa dengan pendengaran makhlukNya?
Allah memiliki kehendak, dan manusiapun memiliki kehendak. Apakah serupa kehendak Allah dengan makhlukNya?
Allah hidup dan hambapun disifati hidup. Apakah sama hidup Allah dengan hidup makhlukNya?
Bila semua itu jawabannya Allah mendengar, berkehendak dan hidup namun mendengar, kehendak dan hidup Allah tidak serupa dengan makhlukNya.
Maka katakan itu juga terhadap sifat istiwa Allah di atas ArasyNya. Karena tidak ada perbedaan antara sifat ini dengan sifat yang tadi dalam menetapkannya.
0 comments:
Post a Comment