⁉
=====
✍Oleh: Ustadz Musyaffa Ad-Dariny, MA. _hafidzahullah_
Beberapa teman menanyakan tentang kebenaran berita di atas, apakah benar demikian, ataukah itu hanya isu dari berita yg telah dipelintir.
Beberapa kali saya jawab, bahwa itu hanyalah berita yg dipelintir oleh media saja.. itu hanya hoax, alias isu atau kabar burung.
Dan _Alhamdulillah_ ulama yg dijadikan sandaran sumber isu tersebut akhirnya memberikan klarifikasi tentang berita tersebut, beliau adalah *Syeikh Abdullah Al-Muthlaq* _hafizhahullah_.
Berikut ini berita yg memuat klarifikasi beliau, yg ditulis oleh laman berita *'Sabaq'*.
" *Syeikh Abdullah Al-Muthlaq*, seorang penasehat dewan kerajaan dan anggota kibar ulama, telah mengeluarkan klarifikasi mengenai pendapatnya tentang perayaan Maulid Nabi, hal itu dilakukannya untuk membantah isu yg beredar, yg mengatakan bahwa:
*'Saudi akhirnya mengakui (perayaan) Maulid Nabi, dari orang dalamnya anggota dewan kerajaan, dan dia menganggap itu termasuk amal saleh'.*
… … …
Syeikh Abdullah Al-Muthlaq mengatakan dalam klarifikasinya bahwa:
_"Telah disandarkan kepadaku akhir-akhir ini, bahwa aku membolehkan perayaan maulid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, makhluk paling mulia dan kekasihku. Dan bahwa aku memasukkannya dalam ibadah-ibadah yg bisa mendekatkan kaum muslimin kepada Allah ta'ala._
_Ini adalah *kedustaan yg disandarkan kepadaku dan tindakan membohongi semua kaum muslimin* yg berprasangka baik kepada para ulamanya._
_Seandainya orang-orang yg berdusta -melalui judul berita yg mereka susun sendiri- membaca perkataanku yg dia sebutkan di bawah judulnya, tentu mereka akan melihat *bahwa aku tidak membolehkan perayaan maulid* orang yg terkasih dan terpilih; (Muhammad) shallallahu alaihi wasallam-._
_Sungguh orang yg paling besar dalam kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah *Ali bin Abi Thalib, Dua putranya -Hasan dan Husein-, dan para Khulafa' Rosyidin yg lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Umar bin Abdul Aziz* -radhiallahu anhum- dan juga selain mereka; *tidak ada satu pun dari mereka yg melakukan maulid*, tidak pula mengajak manusia untuk melakukannya. Hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan beliau juga tidak mengajak kepadanya._
_Para penyair dari kalangan sahabat -radhiallahu anhum- yg mencintai Nabi -shallallahu alahi wasallam- dg kecintaan yg sangat besar, seperti: Hassan bin Tsabit, Ka'ab bin Malik, Ka'ab bin Zuhair, dan selainnya, mereka *tidak pernah memuji Nabi -shallallahu alaihi wasallam- dg pujian yg diberikan oleh para penyair maulid, seperti Al-Bushairi dan yg lainnya*. Sungguh mereka telah melampui batas dalam memuji beliau, hingga mereka jatuh ke dalam kesyirikan yg tidak diridhai oleh beliau -shallallahu alaihi wasallam-, tidak akan beliau terima, bahkan beliau telah memperingatkan dan melarang umatnya darinya"._
Sumber: Channel *Islamic Center Unaiza_Indo*
####
Banyak kita jumpai kaum muslimin pada bulan rabi’ul awwal berlomba-lomba mengadakan Perayaan maulid nabi, padahal perayaan ini tidak pernah dikerjakan rasulullah, para sahabat, para tabi’in, dan para tabi’ut tabi’in bahkan imam empat ( Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’i dan Ahmad) pun tidak pernah mengamalkannya dan tidak pernah pula mengajarkan serta menganjurkan manusia untuk mengerjakannya.
Akan tetapi Yang pertama kali mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun golongan ekstrim syiah, kaum zindiq dan Ahli Bid’ah pada abad ke-4 H, Pada tahun 363 H ketika mereka menguasai dan memerintah Mesir.
Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Tahdzib tashil al-Aqidah al-Islamiyah (Riyadh: Mathba’ah safir, 2004 M), Cet. I, hal. 199.
Hal senada dikatakan Imam Al Maqriziy, seorang pakar sejarah Islam mengatakan: “Para khalifah Fatimiyyun (syiah) memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa...... perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”
Al-Imam al-Maqrizi, Al Mawa’izh wal I’tibar, vol. 2. Hal. 118 di ambil dari al-Maktabah asy-Syamilah isdar III
copas usf fadlan fahamsyah
0 comments:
Post a Comment