Saturday, April 30, 2016

Siapa itu Uwais Al Qarni? tidak dikenal penduduk bumi, dikenal penduduk langit

Saturday, April 30, 2016 0

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, "pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang."

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, "engkau harus lekas pulang".

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya."

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, "suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi."

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, "Abdullah." Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?" Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais Al-Qarni".

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, "saya lah yang harus meminta do'a pada kalian."

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, "Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda." Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi."

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu."

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: "Cerita ini diambil dari buku '20 Kisah Sahabat dan Thabiin' terbitan Qibla karangan Ummuthoriq el khanzo."
Subhanallah

copas dari facebook

Friday, April 29, 2016

PUISI POLIGAMI

Friday, April 29, 2016 0

Oleh : أُسْتَاذُ Firanda Andirja, MA

Rayuan SUAMI :

Istriku...,
jika engkau bumi, akulah mentari... Aku menyinari kamu
Dan dikau selalu mengharapkan hangatnya sinarku...

Lalu terbesik dlm hatiku...bukankah Tuhan menciptakan aku bukan hanya untuk bumi??

Ternyata ada planet-planet lain yang juga mengharap hangatnya sinarku

JADI...

Relakanlah aku menyinari planet lain, merasakan hangatnya sinarku, merasakan faedah keberadaanku, karena sudah kodrati..dan Tuhan pun tak marah…

Balasan Puisi sang ISTRI :

Suamiku, bila kau memang mentari, sang surya penebar cahaya, aku rela kau berikan sinarmu kepada segala planet yang pernah Tuhan ciptakan
karna mereka juga seperti aku butuh penyinaran, dan akupun juga tak akan merasa kurang dengan pencahayaanmu

TAPIIIIIIII..

Bila kau hanya sejengkal lilin yang berkekuatan 5 watt,
jangan bermimpi menyinari planet lain!!! Karena kamar kita yang kecil pun belum sanggup kau terangi...                                      X_X X_X
--------
🍫. 10 Renungan Bagi Yg Ingin Poligami

(1) Tentu poligami mrpkn syari'at yg mulia, karena memperhatikan maslahat umum, meskipun mengakibatkan kezoliman akan tetapi bersifat individual yaitu trhdp  istri pertama. Bukankah istri ke2, ke3, dan ke4 mendapatkan kemaslahatan?

(2)Tdk semua peminat poligami bisa menjalankannya..., bagi seseorang yg tdk adil, maka akan dipermalukan oleh Allah pada hari kiamat dgn menjadikan badannya miring. Tdk malukah anda jika ternyata anda dipermalukan dan dibongkar aibnya dihadapan khalayak??. Adapun yg mampu maka badannya tegak lurus dan PeDe !!

(3) Jika utk menikahi istri yg pertama syari'at mempertimbangkan kemampuan ekonomi, bagaimana lagi untuk yg ke2,ke3,dan ke4??. Mungkin ada yg nyeletuk, "Para sahabat miskin aja poligami?". Memang benar..., jika anda bertakwa, berusaha, bertawakkal sbgmn para sahabat maka silahkan...

(4) Jika anda ingin poligami karena ingin menjaga pandangan atau agar bisa terhindar dari zina,maka itu tujuan yg diperbolehkan, maka tdk perlu anda mengatakan : "Saya poligami bukan krn syahwat, tapi ingin menjalankan sunnah Nabi". Kalau syahwat tdk punya peran knp tdk mencari janda yg tua sekalian? Kan lbh banyak pahalanya !!

(5) Islam dibangun atas menimbang antar maslahat &mudhorot. Karenanya perlu persiapan matang dan lama untuk berpoligami. Coba timbang2, apakah setelah poligami anda lbh banyak memperoleh kemaslhatan? Ataukah sebaliknya?.

(6) Menurut pengamatan..., suksesnya poligami sangat terkait dgn peran dan sikap istri pertama, maka butuh waktu dan kesabaran mendidik istri pertama

(7) Jika akhirnya antum berpoligami dan mendapatkan istri ke2 yg lebih muda dan cantik, maka janganlah pernah lupa perjuangan dan kebaikan istri pertama dlm membina rumah tangga sehingga akhirnya anda siaap poligami, membina anak2, kesibukannya yg banyak membuat dia tdk sempat merawat diri dan kecantikannya.

(8) Karenanya lebih mengalah dan memberi udzur trhdp istri pertama jika ada sikap2nya yg salah setelah anda berpoligami. Tanamkan hal ini juga kpd istri barumu agar ia lbh menghormati dan mengalah terhadap istri pertama

(9) Poligami mrpk amalan sholeh, karenanya bisa jadi seseorang riyaa' dgn "memamerkan" poligaminya

(10) Berusahalah menjadi pelaku poligami yg sukses sehingga mengharumkan sunnah Nabi, dan janganlah sebaliknya -sbgmn yg sering terjadi- sehingga memperburuk kesan syari'at poligami.

Thursday, April 28, 2016

Buku ini Mengantarkanku Mencintai Sunah

Thursday, April 28, 2016 0

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah. Amma ba'du …

Saya tidak tahu harus memulai cerita dari mana, karena keinginan ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Rasanya harus buka kartu jika ini diceritakan. Merahasiakan latar belakang hidup, secara umum, memang lebih baik. Namun terkadang ada yang perlu kita ceritakan, barangkali bermanfaat bagi yang lainnya. Karena itu, saya mohon maaf jika terkesan ada unsur tazkiyah, memuji diri sendiri. Sebenarnya, itu hanya ungkapan kegembiraan ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang berharga.

Saya hanya hendak bercerita tentang sebuah buku. Buku yang banyak tersebar di masyarakat.

Sewaktu awal kuliah, saya seorang aktivis pergerakan. Sebagaimana umumnya mahasiswa yang mendapat predikat sangat semangat dengan idealisme. Tidak hanya satu pergerakan, tapi beberapa ormas pergerakan. Bagi saya, selama itu ada kesan memperjuangkan Islam maka layak untuk didukung.

Pada kesempatan yang sama, saya tinggal di sebuah pesantren yang pembinanya anti dengan pergerakan. Meskipun ada beberapa pembina yang menjadi petinggi pergerakan. Namun, khusus pembina di ruangan saya, beliau sangat anti dengan pergerakan.

Pesantren itu campur-baur — ada mahasiswa, ada santri usia sekolah, ada juga santri pelatihan bahasa.

Khusus untuk mahasiswa, kami punya kegiatan rutin kajian tiap malam, antara pukul 20.00 – 21.30. Kajian ini hampir tidak pernah libur, kecuali jika ustadznya mengisi pengajian di luar pesantren. Ini menjadi ujian kesabaran terbesar bagi semua mahasiswa. Rasanya seperti dipaksa. Kajian campur ngantuk berat. Tapi, jangan sampai ada suara polpen jatuh. Jika sampai jatuh, bisa-bisa santri akan dipanggil oleh ustadz, dan ditertawakan oleh teman-teman. Hampir tidak ada peluang untuk meminta izin, selain sakit atau belajar untuk ujian.

Awal-awal mengikuti, rasanya saya tidak bisa melanjutkan. Hingga ada beberapa rekan seangkatan saya yang memilih keluar, karena tidak kuat dengan kegiatan ini.

Perasaan terpaksa pun menyelimuti diri saya. Mendengarkan kajian, sementara batinnya berontak. Rasanya tidak ada yang bisa masuk. Padahal pertemuan berikutnya, Ustadz selalu menanyakan pelajaran kemarin.

Satu hal lagi, terkadang dalam kajian, Ustadz memberikan kritik pedas untuk beberapa kegiatan mahasiswa pergerakan. Itu membuat saya semakin berontak. Saya berada di pihak mereka, bukan di pihak Ustadz. Saya harus mengakhiri malam saya dengan kondisi sangat kelelahan. Lelah fisik karena sudah sangat capek, dan lelah batin dengan semua suasana yang sangat tidak nyaman bagi saya. Maklum jika ini sampai berpengaruh pada penurunan berat badan.

Alhamdulillah, Allah takdirkan, saya di posisi bersebelahan dengan seorang teman yang lebih senior dua tahun di atas saya. Dari beliau, saya terbantu untuk memahami kesimpulan kajian, yang rasanya sulit untuk saya cerna.

Hingga pada suatu kesempatan, saya menemukan buku panduan shalat di rak senior saya itu. Saya ingat, buku itu berwarna biru. Tapi saya tidak terlalu memperhatikan penerbitnya. Seingat saya, buku itu mulai saya baca malam hari setelah kajian.

Saya tidak tahu, rasanya ada sesuatu yang aneh. Mungkin itu yang namanya hidayah. Saya yang biasanya sudah sangat ngantuk, tiba-tiba bisa bertahan tetap segar. Saya baca buku pelan-pelan. Kadang beberapa kali saya ulang. Setiap poin saya nikmati. Rasanya, sangat mudah untuk diserap. Malam itu, kegiatan baca tidak selesai. Lanjut esok hari.

Buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, karya seorang ahli hadis yang tawadhu', Imam Al-Albani. Saya tertarik karena ini membahas shalat yang menjadi ibadah rutin paling penting bagi manusia. Selama ini kita mengerjakan shalat, rasanya garing. Kita melakukan berbagai gerakan, membaca berbagai bacaan, tapi kita tidak pernah tahu dari mana sumbernya. Alhasil, saya semakin suka buku ini, karena semua gerakan dalam shalat, disebutkan dengan rinci dan disertai dalil.

Hingga, saya baca buku itu sampai habis. Padahal ini belum pernah ada dalam sejarah hidup saya; baca buku sampai habis. Karena biasanya hanya di permukaan dan daftar isi saja.

Singkat cerita, Allah memberi taufik kepada saya, hingga saya menjadi orang yang sangat cinta dengan shalat sunnah. Siapa pun yang mencintai sesuatu, akan berusaha sekuat tenaga untuk menyia-nyiakannya. Setiap saya shalat, saya berusaha untuk menyesuaikan dengan panduan yang disebutkan dalam buku itu. Bahkan saya membayangkan setiap dalil untuk semua gerakan dalam shalat itu. Kali ini saya bisa merasakan ketenangan dan konsentrasi dalam shalat. Atau jika tidak keberatan, saya ungkapkan, "Saya sedang khusyuk dalam shalat." Shalat dengan fokus memikirkan semua gerakan dan bacaan yang ada di dalamnya.

Perjalanan spiritual itu ternyata tidak berhenti di sini. Sekali lagi, mungkin inilah yang disebut hidayah, tiba-tiba saya menjadi orang yang suka belajar agama. Biasanya pukul 7.00 saya sudah lari dari pesantren untuk kelayapan, sekarang suasanya berbeda. Saya jadi suka membaca hadits, saya jadi suka mendengarkan kajian, saya jadi suka baca buku-buku para ulama.

Dan … di antara yang saya anggap sangat menggembirakan, saya semakin mudah menerima pelajaran di kajian malam. Kali ini, hati sudah tidak lagi berontak. Suasana lebih nyaman dan lebih tenang.

Saya layak berterima kasih yang setinggi-tingginya atas kesabaran Ustadz, yang mengantarkan saya menuju manusia yang sebenarnya.

Ada cuplikan peristiwa yang menarik. Sampai saya suka dengan kajian, penampilan saya masih sama dengan orang awam. Isbal, baju dimasukkan, pakai sabuk, dan seterusnya. Ya, meskipun ini bukan standar orang yang anti-ngaji. Suatu ketika saya diajak kajian oleh senior saya, di Masjid Al-Hasanah, Terban. Kajian Ahad pagi, pukul 9.00. Melihat penampilan saya yang paling nyeleneh sendiri, ustadz yang akan mengisi pengajian pagi itu langsung memanggil saya, yang kala itu sedang mengambil posisi untuk duduk.

"Ya, Fulan!" Ustadz memanggil.

"Saya?" jawabku.

"Ya, Anda. Di mana Allah?"

Rasanya aneh. Belum pernah saya dapat pertanyaan seperti ini. Tapi alhamdulillah, saya sudah tahu kunci jawabannya.

Saya jawab, "في السماء (di atas langit)."

Alhamdulillah, jawaban saya dibenarkan. Jawabnya pakai bahasa Arab lagi. Ya … sedikit kecampuran deg-degan.

Lebih aneh lagi, ternyata yang mengalami peristiwa semacam itu bukan saya seorang. Saya berjumpa dengan seseorang teman satu angkatan. Dia seorang salafi. Dia baru saja menikah dan pindah di dekat masjid tempat saya tinggal. Kala itu, saya sudah jadi marbot masjid. Ketika sedang ngobrol tentang buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, saya langsung sampaikan, ini buku mengantarku menjadi senang ngaji. Dia balik sampaikan, ternyata sama! Dia senang ngaji juga karena buku ini.

Di kesempatan lain, saya berjumpa adik angkatan. Dua tahun lebih muda dari saya. Ternyata dia juga memiliki pengalaman yang sama. Cinta salafi, karena buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Setelah tambah beberapa referensi, saya mendapat informasi yang lebih mencengangkan. Ternyata Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini, seorang ahli hadits Mesir, juga mengalami hal semisal. Beliau yang dulunya seorang apoteker, berubah menjadi ulama hadits kelas dunia; pengantarnya, buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Saya semakin yakin, kejadian semacam ini pastilah banyak. Dari sekian juta umat Islam di dunia, mungkin ada banyak orang yang nasibnya seperti Syaikh Abu Ishaq. Allahu a'lam, betapa besar jasa Imam Al-Albani. Betapa banyak pahala yang akan beliau dapatkan.

Semoga Allah menerima amal kita semua.

Kisahku - Ammi Nur Baits

Tuesday, April 19, 2016

Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 36 | Asy Syafā’atul ‘Uzhma (Syafa'at Paling Besar)

Tuesday, April 19, 2016 0

🌎 BimbinganIslam.com
Selasa, 12 Rajab 1437 H / 19 April 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 36 | Asy Syafā'atul 'Uzhma (Syafa'at Paling Besar)
⬇ Link Download: bit.ly/BiAS02-AR-S05-H36
➖➖➖➖➖➖➖

ASY SYAFĀ'ATUL 'UZHMA (SYAFA'AT PALING BESAR)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah ke-36 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Asy Syafā'atul 'Uzhma (Syafa'at Yang Paling Besar)".

Asy Syafā'atul 'Uzhma adalah syafa'at yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk para penduduk Padang Mahsyar, yang isinya adalah permintaan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla supaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyegerakan Hari Keputusan.

Dinamakan Asy Syafā'atul 'Uzhma (syafa'at yang paling besar) karena syafaat ini diperuntukkan untuk seluruh manusia; yang mukmin maupun yang kafir, ketika sudah memuncak kesusahan di Padang Mahsyar;

• Terik matahari
• Keringat yang menggenang
• Waktu yang sangat lama
• Dalam keadaan takut yang sangat,

Menunggu Hari Keputusan, maka manusia ingin disegerakan Hari Keputusan tersebut.

Mereka mendatangi orang-orang yang memiliki kedudukan mulia supaya:

⑴ Memohon kepada  Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar menyegerakan Hari Keputusan.

⑵ Membebaskan mereka dari kesusahan yang berkepanjangan di Padang Mahsyar.

◆ Pertama-tama mereka mendatangi Nabi Ādam 'alayhissalām, bapak mereka, manusia yang pertama.

Namun beliau enggan dan meminta udzur dan merasa tidak berhak karena beliau 'alayhissalām pernah memaksiati Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan memakan sesuatu yang dilarang.

◆ Kemudian Nabi Ādam 'alayhissalām menyuruh manusia mendatangi Nabi Nūh, rasul yang pertama yang diutus kepada manusia.

Beliau juga enggan dan merasa tidak berhak karena pernah meminta kepada Allāh sesuatu yang tidak dibenarkan.

◆ Kemudian Nabi Nūh menyuruh manusia mendatangi Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām, kekasih Allāh.

Beliau juga enggan dan merasa tidak berhak karena merasa pernah berdusta.

◆ Kemudian Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām menyuruh manusia mendatangi nabi Mūsa 'alayhissalām, seorang nabi yang pernah diajak bicara oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Namun beliau enggan dan merasa tidak berhak karena pernah membunuh manusia tanpa diperintah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

◆ Nabi Mūsa menyuruh manusia mendatangi Nabi 'Īsā 'alayhissalām, beliau juga enggan dan merasa tidak berhak.

◆ Akhirnya Nabi 'Īsā 'alayhissalām menyuruh manusia mendatangi Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kemudian mereka mengatakan : "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasūlullāh, penutup para nabi, Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.

Lakukanlah syafa'at, mintalah kepada Robb-mu untuk kami.

Bukankah kamu telah melihat bagaimana keadaan kami?

Bukankah kamu melihat bagaimana kesusahan kami?"

Maka Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menuju bawah 'Arsy Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan bersujud kepada Allāh.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengilhamkan kepada Beliau pujian-pujian kepada Allāh yang belum pernah diajarkan sebelumnya kepada seorangpun.

Kemudian dikatakan kepada Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah, maka kamu akan diberi.

Lakukanlah syafa'at maka kamu akan dikabulkan syafa'atmu."

(Hadits shahih riwayat Bukhāri dan juga Muslim)

Inilah yang dimaksud مَقَامٌ مَّحْمُودٌ (maqāmun mahmūd), yaitu kedudukan yang dipuji.

⇒ Dimana Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam akan dipuji oleh seluruh manusia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla janjikan untuk beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam, sebagaimana di dalam AlQurān:

عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

"Semoga Rabb-mu membangkitkan dirimu pada kedudukan yang dipuji."
(QS Al Isrā': 79)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu pada halaqah yang selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy,
Di kota Al Madīnah

✒ Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_______________

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 05| Riya' (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 11 Rajab 1437 H / 18 April 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 05| Riya' (Bagian 1)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H5-1
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ." أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari Mahmud bin Labid radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya'."

(HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
〰〰〰〰〰〰〰

R I Y A '  (BAGIAN 1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat, kita lanjutkan pembahasan kita pada hadits yang ke-5.

وَعَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ." أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari sahabat Mahmud bin Labid radhiyallāhu 'anhu, ia berkata, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil yaitu riya'."

(HR Ahmad dengan sanad hasan)

Hadits ini adalah hadits yang sangat penting yang menjelaskan akan salah satu akhlak yang buruk yaitu melakukan amal shalih karena riya' (ingin dilihat oleh orang lain).

Masalah riya' berkaitan tentang akhlak yang buruk kepada Allāh, bukan kepada manusia.

Kenapa?

Karena orang yang riya' terkadang justru orang yang sangat baik akhlaknya kepada orang lain karena dia ingin mencari pujian dari manusia.

Bagaimana dia bisa dipuji kalau dia berakhlak buruk kepada manusia.

Dia akan menunjukkan akhlak mulianya mungkin dengan shalat, murah senyum dan mudah bersedekah. Akan tapi semuanya dilakukan bukan karena Allāh melainkan karena ingin dipuji oleh manusia.

Dikatakan syirik, kenapa?
Karena dia beribadah dengan mangambil tandingan terhadap Allāh.

Tujuan dia beribadah bukan karena Allāh tetapi karena makhluk, ingin dipuji oleh manusia, ingin disanjung, ingin dilihat, ingin dihormati dan diakui. Dari sisi inilah maka dikatakan bahwasannya riya' adalah syirik kecil.

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Dari hadits ini juga bisa mengambil kesimpulan bahwasannya syirik itu terbagi menjadi 2, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik ashgar (kecil).

Perbedaannya adalah, kalau syirik akbar mengeluarkan seseorang dari Islam.

Barang siapa yang terjerumus ke dalam syirik besar maka amalannya akan terhapus seluruhnya, dia keluar dari Islam dan tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi orang yang syirik akbar akan terkena 3 musibah.

▪MUSIBAH YANG PERTAMA: amalannya akan gugur seluruhnya.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Telah diwahyukan kepada engkau dan juga nabi-nabi sebelum engkau. Kalau engkau berbuat syirik (syirik akbar) maka akan gugur seluruh amalanmu, dan engkau sunguh-sungguh akan menjadi orang yang merugi (di neraka Jahannam.)"
(QS Az-Zumar: 65)

Berarti ini berlaku kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan juga nabi-nabi yang sebelumnya.

Demikian juga dalam ayat yang lain setelah menyebutkan para nabi Allāh mengatakan:

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Kalau seandainya mereka berbuat kesyirikan maka akan gugur seluruh amalan yang telah mereka lakukan."
(QS Al An'am: 88)

Ayat ini disampaikan kepada para nabi dan mereka tentunya tidak melakukan kesyirikan karena dijaga oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tetapi seandainya (maksudnya Allāh memberikan gambaran) Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, manusia yang paling mulia yang surga tidak akan terbuka kecuali diketuk oleh beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam, melakukan kesyirikan maka amalannya akan gugur apa lagi orang-orang yang kedudukannya di bawah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Seorang hambah, misalnya selama 60 tahun melakukan amal shalih, kemudian sebelum meninggal dunia dia melakukan syirik akbar, maka amalannya selama 60 tahun itu, baik dia haji,  bersedekah, infaq dan berbakti kepada orang tua, seluruh amalannya tersebut akan gugur.

Kenapa?
Karena dia tutup amalannya dengan berbuat syirik akbar kepada  Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

▪MUSIBAH YANG KEDUA: adalah dosanya tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa lainnya bagi siapa yang Ia kehendaki."

(QS an-Nisā 48)

Kalau seseorang meninggal dunia dalam kondisi bermaksiat, misalkan dalam kondisi berzinah atau bunuh diri atau merampok kemudian meninggal dalam kondisi ditembak polisi, dia telah melakukan dosa besar dan sangat terancam dengan neraka Jahannam, akan tetapi masih ada kemungkinan Allāh akan mengampuninya.

Berbeda dengan tatkala meninggal dalam keadaan berbuat syirik kepada  Allāh Subhānahu wa Ta'āla (syirik akbar), maka mustahil akan diampuni.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

"Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari ayat-ayat Allāh (mendustakan ayat-ayat Allāh) maka tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta bisa dimasukkan ke dalam lubang jarum."

(QS Al-A'rāf: 40)

Ini adalah perkara yang mustahil, orang musyrik tidak mungkin akan masuk surga kecuali kalau onta bisa dimasukkan ke dalam lubang jarum.

▪MUSIBAH YANG KETIGA: akan kekal dalam neraka Jahannam.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sesungguhnya orang yang melakukan kesyirikan kepada Allāh maka telah Allāh haramkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka Jahannam dan tidak ada penolong baginya."

(QS Al-Maidah: 72)

Tiga musibah ini berkaitan, yaitu orang yang melakukan syirik akbar:
~ akan gugur  seluruh amalnya
~ tidak akan diampuni oleh Allāh
~ maka menyebabkan dia kekal di neraka.

Sedangkan syirik kecil, yang gugur adalah amalan shalih yang berkaitan dengan syirik ashghar tersebut saja.

Misalnya seseorang bersedekah sebanyak 3 kali, yang pertama ikhlas, yang kedua riya' kemudian yang ketiga ikhlas lagi, maka yang gugur hanya sedekah yang kedua saja, sedangkan yang pertama dan ketiga tidak gugur.

Akan tetapi meskipun demikian, syirik kecil juga merupakan dosa besar karena berkaitan dengan hak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya datang ancaman tentang orang yang riya', sebagaimana hadits yang ada di Shahih Muslim dan yang lain yang menyebutkan bahwa ada 3 kelompok orang yang pertama yang akan diazab Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yaitu:
~ orang yang mujahid di jalan Allāh,
~ orang yang 'alim dan
~ orang yang rajin bersedekah

akan tetapi amal shalihnya bukan karena  Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka mereka dimasukan ke dalam neraka jahannam.

Ini juga menunjukkan bahwa syirik kecil juga merupakan dosa besar meskipun dia disifati dengan syirik asghar (kecil), namun hakekatnya adalah dosa besar.

Demikin para Ikhwan dam akhwat.

Kita lanjutkan insya Allāh pada pembahasan berikutnya.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Sunday, April 17, 2016

Materi Tematik: SEDERHANALAH

Sunday, April 17, 2016 0

🌎 BimbinganIslam.com
Sabtu, 09 Rajab 1437 H / 16 April 2016 M
📝 Materi Tematik: SEDERHANALAH
_________________________

SEDERHANALAH!

Hidup sederhana, Kondisi itu semakin jarang kita jumpai di masa ini. Hidup mewah, glamour, berfoya-foya, dan cenderung menikmati kesenangan dunia secara berlebihan, lebih banyak kita saksikan tidak hanya di kalangan masyarakat umum saja, bahkan pada golongan orang yang mengaku mengikuti sunnah.

Bermegah-megahan dalam mendirikan bangunan, berlebih-lebihan dalam  makanan, ingin terlihat "Wah" dalam penampilan, seakan sudah biasa bahkan merupakan kebanggaan.

Padahal, bila kita membuka Al Qurān dari belakang saja, akan langsung kita dapati celaan Allāh bagi orang-orang yang gemar bermegah-megahan.

Allāh berfirman:

الهكم التكثر. حتى زرتم المقابر. كلا سوف تعلمون. ثم كلا سوف تعلمون. كلا لو تعلمون علم اليقين. لترون الجحيم. ثم لترونها عين اليقين. ثم لتسالن يومءذ عن النعيم

"Bermegah megahan telah melalaikan kamu.
Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.
Niscaya kamu akan benar-benar melihat neraka Jahim.
Dan sesungguhnya kamu akan benar-benar melihatnya dengan 'ainul yakin.
Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)"

(QS At-Takatsur)

Jadi, buat apa bangga dengan kemegahan dan kemewahan?

Sederhanalah!

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para shahābat Radhiyallāhu Ta'āla 'anhum adalah orang-orang yang memilih hidup sederhana, bahkan jauh di bawah standar hidup sederhana.

Padahal mereka diberi kunci-kunci dunia.

Dalam sebuah hadīts riwayat Bukhāri Muslim disebutkan,

"Bahwa suatu hari Umar Radhiyallāhu 'anhu pernah menemui Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam. Saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma, dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma.

Melihat keadaan Nabi yang seperti itu Umar pun menangis. Kemudian Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya: "Mengapa engkau menangis?"

Umar menjawab: "Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasūlullāh, utusan Allāh, kekayaanmu hanya seperti ini, sedangkan Kisra dan raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan".

Maka Nabi menjawab, "Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti ?"

Begitulah Rasūlullāh, pribadi yang telah Allāh tunjuk sebagai teladan kaum muslimin yang menginginkan keridhāan Allāh dan mengimani hari akhir, memilih kehidupan yang sangat sederhana di dunia ini. Perwujudan dari sabda beliau:

كن في الدنيا كانك غريب او عابر السبيل

"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing atau seorang musafir"

Maka, adakah kita pernah membaca kisah tentang kemegahan rumah beliau?

Lihatlah bagaimana shahābat menggambarkan keadaan rumah beliau!
▪ Dalam kitab Shahīh Adabul Mufrad karya Imām Bukhāri disebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata,

"Saya melihat kamar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut. Saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8. Saya berdiri di pintu Ā'isyah, saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)"

Bila satu hasta adalah 0,45 meter, maka dapat dibayangkan sebesar apa rumah beliau Shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Belum lagi bila kita membaca tentang isi rumah beliau, akan terenyuhlah hati kita akan kesederhanaan beliau, bagaimana seorang yang paling dicintai oleh Pemilik dan Pencipta alam semesta ini memilih kesederhanaan, bahkan kekurangan di dunia, memilih menjadi Rasūl dan hamba ketimbang menjadi Rasūl sekaligus raja.

Maka tidakkah kita malu mengaku sebagai pengikutnya, bila kita masih dipusingkan dengan model keramik lantai rumah kita? Atau perabot mana yang akan diganti karena bosan, apalagi sekedar wallpaper yang sebenarnya tidak perlu?

Lihatlah, bagaimana shahābat pun sederhana dalam tempat tinggal mereka!

▪ Dikisahkan bahwa ketika Salman Al Farisi hendak membangun rumah, ia bertanya kepada pekerjanya, bagaimanakan ia akan membuat rumah.

Pekerjanya adalah orang yang cerdas dan memahami kezuhudan Salman, maka ia menjawab: "Saya akan membuat rumah yang melindungimu dari panas, menghangatkanmu dari kedinginan, apabila engkau berdiri, kepalamu mengenai atapnya, dan bila engkau tidur, kakimu menyentuh dindingnya".

Maka Salman berkata: "Bangunlah seperti itu."

Demikian pula dalam hal makanan... Dimanakah termaktub kisah bahwa Rasūlullāh gemar menikmati beraneka ragam makanan ?

Tidak ada, bukan?

Sebaliknya, terlalu sering kita mendengar dan membaca hadīts yang mengisahkan bahwa dapur Rasūlullāh tidak mengepulkan asap selama 3 bulan berturut-turut sehingga  beliau dan keluarga beliau hanya makan kurma dan air putih.

Akan tetapi, mengapa masih terkunci hati kita untuk meneladani beliau sehingga kita masih pusing memikirkan makanan apa yang akan disantap hari ini, atau restoran mana yang akan dicoba pada akhir pekan nanti.

Lihatlah bagaimana shahābat meneladani beliau dalam hal makanan bahkan setelah beliau meninggal dunia.

Dikisahkan bahwa suatu hari seorang teman Ibnu Umar menghadiahinya bejana yang penuh isinya, maka bertanyalah Ibnu Umar : "Apakah ini?"

Temannya  menjawab: "ini adalah obat yang sangat bagus, saya bawa dari Iraq".

Maka Ibnu Umar bertanya lagi: "Untuk mengobati apa?"

Temannya menjawab: "obat agar makanan menjadi mudah dicerna".

Maka Ibnu Umar pun tersenyum dan berkata: "Sesungguhnya aku tidak pernah kenyang sama sekali selama 40 tahun ini".

Bila ditanya mengapa, beliau menjawab, karena takut apabila dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti:

أَذْهَبتم طيّباتكم في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها

"Kamu telah menghabiskan rezekimu dalam kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang dengannya."

(QS Al Ahqāf : 20)

​Jadi, untuk apa masih bermewah-mewah dan bermegah-megahan?

Sederhanalah! Karena sederhana lebih dekat pada sifat Rasūlullāh dan para shahābat.

Sederhanalah! Karena kesederhanaan itu melahirkan keteladanan.

Ummu Sholih, Madinatul Qurān, Jonggol
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt 🔊 Kajian 33 | Shalāt Sunnah

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 08 Rajab 1437H / 15 April 2016M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊 Kajian 33 | Shalāt Sunnah
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS02-FZ-H033
➖➖➖➖➖➖➖
MATAN KITAB

والصلوات المسنونات خمس العيدان والكسوفان والاستسقاء والسنن التابعة للفرائض سبع عشرة ركعة ركعتا الفجر وأربع قبل الظهر وركعتان بعده وأربع قبل العصر وركعتان بعد المغرب وثلاث بعد العشاء يوتر بواحدة منهن وثلاث نوافل مؤكدات صلاة الليل وصلاة الضحى والتراويح.

Adapun shalat sunnah ada 5 (lima) yaitu:

① Idul Fitri dan Idul Adha,
② Gerhana matahari (kusuf as Syamsi) dan gerhana bulan (khusuf al qamar);
③ Shalat istisqa' (minta hujan).
④ Adapun shalat sunnah rawatib yang bersamaan dengan shalat fardhu ada 17 (tujuh belas) raka'at.

Yaitu dua rokaat sebelum shalat subuh, empat raka'at sebelum dzuhur, dua rokaat setelah dhuhur, empat raka'at sebelum ashar, dua raka'at setelah maghrib dan tiga rokaat setelah isya' dengan shalat witir (ganjil) dengan satu raka'at terakhir.

⑤ Ada 3 (tiga) shalat sunnah mua'akkad yaitu shalat malam, shalat dhuha dan shalat tarawih.
➖➖➖➖➖➖➖

SHALAT SUNNAH
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para Sahabat Bimbingan Islam yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, pada halaqah yang ke-33 ini kita akan membahas tentang "Shalat Sunnah".

Sebelum masuk ke dalam matan kitab maka saya mengajak diri dan Sahabat sekalian untuk memperbanyak shalat sunnah yang diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdasarkan hadīts-hadīts (dalil-dalil) yang shahīh.

Diantara faidah dalam memperbanyak amalan shalat sunnah diantaranya adalah:

⑴ Bahwasanya dengan memperbanyak amalan shalat sunnah maka itu menjadi washilah untuk mendapatkan kecintaan dari Allāh kepada kita, dengan syarat bahwasanya kita menjaga amalan-amalan ibadah yang wajib.

Sebagaimana di dalam hadīts Qudsi yang shahīh yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda bahwa Allāh Ta'āla berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ...

(فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا)

... وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

"Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri beribadah kepadaKu dengan sesuatu yang Aku cintai melebihi dari pada ibadah-ibadah yang telah aku wajibkan kepadanya.
Dan seorang hamba (-setelah dia mengerjakan amalan-amalan yang wajib-) senantiasa terus mendekatkan diri beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepadaKu dengan amalan-amalan yang sunnah sampai aku mencintainya."

⇒ Maksudnya adalah bahwasanya Allāh Ta'āla mencintai seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allāh dengan amalan-amalan yang diwajibkan kepadanya.

Kemudian sampai pada lafazh
"Tatkala Allāh telah mencintai dia" (فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ)

وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ 

"Dan jika dia meminta kepadaKu niscaya akan Aku penuhi permintaannya. Dan apabila meminta perlindungan kepadaKu niscaya akan Aku lindungi dia."

⑵ Dengan shalat sunnah maka akan menutup kekurangan yang ada pada shalat yang wajib.

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imām Abū Dāwūd bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

(إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلَاةُ) ، قَالَ : (وَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ : انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا ؟ فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً ، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا ، قَالَ : انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ ، قَالَ : أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ

"Sesungguhnya amalan manusia yang pertama kali dihisab (diperhitungkan) pada hari kiamat adalah amalan shalatnya.

Kemudian Nabi bersabda: Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla bertanya kepada para malaikatNya dan Allāh Maha Mengetahui akan hal itu:

Lihatlah shalat hambaKu apakah sempurna ataukah kurang?

Maka apabila sempurna akan dicatat sebagai amalan yang sempurna. Dan apabila berkurang sesuatu dari shalatnya maka Allāh berfirman: Lihatlah apakah hambaKu punya amalan-amalan shalat sunnah?

Maka apabila dia memiliki amalan shalat sunnah, Allāh Ta'āla berfirman: Sempurnakanlah shalat wajib hambaKu dengan shalat sunnahnya."

قال المصنف رحمه الله:
((والصلوات المسنونات خمس))

((Dan shalat sunnah/nafilah ada 5))

● PERTAMA

((العيدان))

((Dua shalat 'Īd))

⇒ Yaitu shalat 'Īdul Fithri dan shalat 'Īdul Adha.

Disunnahkan untuk dilaksanakan secara berjama'ah bahkan dikatakan hukum berjama'ah adalah fardhu kifayah.

Dalilnya adalah perbuatan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

● KEDUA

((والكسوفان))

((Shalat 2 gerhana))

Yaitu shalat gerhana matahari dan gerhana bulan.

Hukum shalatnya adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan/dianjurkan) karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melakukannya dan memerintahkannya. Dan disunnahkan pula untuk melakukannya berjama'ah.

● KETIGA

((والاستسقاء))

((Dan shalat mohon untuk diturunkan hujan))

Dan disunnahkan juga untuk dilakukan secara berjam'ah, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

● KEEMPAT

((والسنن التابعة للفرائض سبع عشرة ركعة))

((Sunnah-sunnah yang mengikuti shalat wajib ada 17 raka'at))

Para sahabat Imām Syāfi'ī berbeda pendapat tentang berapa jumlah raka'atnya.

Adapun yang disebutkan oleh Penulis di sini adalah sebanyak 17 raka'at, yaitu:

((ركعتا الفجر وأربع قبل الظهر وركعتان بعده وأربع قبل العصر وركعتان بعد المغرب وثلاث بعد العشاء يوتر بواحدة منهن))

• 2 raka'at sebelum shalat Shubuh
• 4 raka'at sebelum shalat Zhuhur
• 2 raka'at setelah shalat Zhuhur
• 4 raka'at sebelum shalat 'Ashar
• 2 raka'at setelah shalat Maghrib
• 3 raka'at setelah shalat 'Isya dengan witir salah 1 nya

⇒ Jadi 2 raka'at ditambah 1 raka'at Witir.

Totalnya adalah 17 raka'at yang mengikuti shalat fardhu berdasarkan yang disebutkan oleh Penulis.

Namun para sahabat Imām Syāfi'ī kebanyakan menyebutkan 10 raka'at atau 12 raka'at yaitu rawātib yang mu'akkad, maksudnya adalah shalat rawātib yang senantiasa dikerjakan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Berdasarkan hadīts Ibnu 'Umar, diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dan Muslim. Kata beliau:

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَحَدَّثَنِيْ حَفْصَةُ بِنْتُ عُمَرُ رضي الله تعالى عنهما أَنَّ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ بَعْدَ مَا يطلع الْفَجْر

"Saya shalat bersama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam;
⑴ 2 raka'at sebelum Zhuhur
⑵ 2 raka'at setelah shalat Zhuhur
⑶ 2 raka'at setelah shalat Maghrib
⑷ 2 raka'at setelah shalat 'Isyā

Dan Hafshah bintu 'Umar mengabarkan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam shalat 2 raka'at yang ringan setelah terbit fajar (yaitu sebelum shalat Shubuh)."

Jadi yang ke-5 adalah:

⑸ 2 raka'at sebelum shalat Shubuh

Adapun yang mengatakan bahwa sebelum shalat Zhuhur adalah 4 raka'at berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dari 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَمْ يَدَعْ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ  

"Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah meninggalkan 4 raka'at sebelum shalat Zhuhur."

Adapun yang lain maka termasuk perkara yang mustahab namun tidak sampai derajat muakad (sangat ditekankan) yaitu 4 raka'at sebelum shalat 'Ashar.

Adapun 2 raka'at sebelum shalat Maghrib maka menurut Imām Nawawi yang shahīh adalah termasuk mustahab (sunnah) karena disana ada khilaf apakah 2 raka'at sebelum shalat Maghrib termasuk sunnah atau tidak termasuk sunnah.

Imām Nawawi berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

صَلُّوا قَبْلَ صَلاَةِالْمَغْرِبِ - قَالَ فِي الثَّالِثَةِ -: لِمَنْ شَاءَ 

"Shalatlah kalian sebelum shalat Maghrib- Beliau mengatakan setelah 3 kali mengucapkan- Bagi yang menginginkan."

Ini menunjukkan bahwasanya hal tersebut adalah sunnah dan tidak muakkad.

■ KEUTAMAAN SHALAT RAWĀTIB

Keutamaan shalat rawātib di dalam Shahih Muslim, dari Ummu Habībah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

من صلى اثنتي عشرة ركعة في يوم وليلة بني له بهن بيت في الجنة " قالت أم حبيبة: فما تركتهن منذ ان سمعتهن من رسول الله صلى الله عليه وسلم

"Barangsiapa yang shalat 12 raka'at sehari dan semalam maka akan dibangunkan untuknya rumah di surga."

Maka berkata Ummu Habībah, "Sejak saya mendengar dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka saya tidak pernah meninggalkan amalan tersebut."

● KELIMA
قال المصنف:
((وثلاث نوافل مؤكدات))

((Dan 3 shalat sunnah yang muakkad))

Yaitu yang sangat ditekankan/dianjurkan;

١. ((صلاة الليل))

1. ((Shalat malam))

Dalam hadits riwayat Hākim yang mana syaratnya sesuai syarat Bukhāri, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ ، وَ قُرْبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ ، ومكفرة لِلسَّيِّئَاتِ ، وَمَنْهَاةٌ عَنَ الْإِثْمِ

"Hendaklah kalian menjaga shalat malam karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian dan ibadah yang mendekatkan kepada Tuhan kalian dan juga sebagai penebus dan pencegah dari perbuatan dosa."

Dan juga shalat malam adalah ciri orang-orang yang beriman.

Allāh Ta'āla berfirman,

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ 

"Dan mereka senantiasa memohon ampun pada waktu-waktu sahur
(Yaitu pada waktu sepertiga malam)." (Adz-Dzāriyāt 18)

٢. ((وصلاة الضحى))

2. ((Shalat Dhuha))

Yaitu shalat sunnah minimal 2 raka'at di waktu dhuha (antara 15 menit setelah terbitnya matahari sampai zawwal).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلاثٍ : صِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ , وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى , وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu berkata, "Bahwasanya kekasihku (yaitu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam) pernah memberikan wasiat kepadaku dengan 3 perkara; puasa 3 hari setiap bulannya, mengerjakan 2 raka'at shalat Dhuha dan shalat Witir sebelum tidur." (HR Bukhāri dan Muslim)

٣. ((والتراويح))

3. ((Shalat Tarāwīh))

Yaitu shalat malam di setiap malam bulan Ramadhān.

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًاغُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

"Barangsiapa yang menegakkan shalat malam di bulan Ramadhān (maksudnya shalat Tarāwīh) dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah terdahulu."
(HR Bukhāri dan Muslim)

Sampai disini yang bisa kita sampaikan.

وصلى الله على نبينا محمد و على آله وصحبه وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 35 | Keadaan Orang-Orang Yang Beriman Yang Berdosa Pada Hari Kiamat

🌎 BimbinganIslam.com
Kamis, 07 Rajab 1437 H / 14 April 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 35 | Keadaan Orang-Orang Yang Beriman Yang Berdosa Pada Hari Kiamat
⬇ Link Download: bit.ly/BiAS02-AR-S05-H35
➖➖➖➖➖➖➖

KEADAAN ORANG YANG BERIMAN YANG BERDOSA DI HARI KIAMAT

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Halaqah yang ke-35 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Keadaan Orang-orang Yang Beriman Yang Berdosa Di Hari Kiamat".

Iman dan amal shalih adalah sebab seseorang mendapatkan keamanan di hari kiamat.

Sebaliknya, dosa-dosa dan maksiat bagi seorang mukmin akan menjadi sebab kesusahan di hari kiamat.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أَمْ حَسِبَ الَّذينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ سَواءً مَحْياهُمْ وَ مَماتُهُمْ ساءَ ما يَحْكُمُونَ

"Apakah orang-orang yang melakukan dosa menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih?

Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka. Amat buruklah apa yang mereka sangka tersebut."
(QS Al Jātsiyah: 21)

◆ Orang yang tidak membayar zakat emas dan perak, maka akan di setrika dahi, lambung dan punggung mereka dengan lempengan emas dan perak yang dipanaskan di neraka Jahannam.

◆ Orang yang memiliki unta dan dia tidak membayar zakatnya, maka dia akan ditelentangkan di tempat yang rata kemudian unta-unta tersebut akan menginjak-injaknya dan menggigitnya.

◆ Orang yang memiliki sapi dan kambing kemudian dia tidak membayar zakatnya, maka hewan-hewan tersebut akan menginjak-injaknya dan menanduknya.

Demikian dilakukan terhadap mereka sampai hari keputusan.
(HR Muslim)

◆ Orang-orang yang meminta kepada orang lain bukan dengan alasan yang dibenarkan secara syariat, tapi hanya karena ingin memperbanyak hartanya maka akan datang pada hari tersebut dalam keadaan wajah tidak berdaging.

مَا يزَالَ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

"Senantiasa seseorang meminta kepada manusia, sampai datang kepada hari kiamat dalam keadaan tidak ada di wajahnya sepotong dagingpun."
(Hadits shahih, riwayat Bukhari dan Muslim)

◆ Orang yang pernah melakukan ghulul yaitu mengambil sebagian harta rampasan perang secara sembunyi-sembunyi, maka dia akan membawa harta tersebut pada hari kiamat.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۚ 

"Dan barangsiapa yang melakukan ghulul, maka dia akan membawa harta ghulul tersebut pada hari kiamat."
(QS Āli 'Imrān: 161)

◆ Orang yang berkhianat di dunia, maka akan diberikan bendera di hari kiamat. Kemudian dikatakan "Ini adalah pengkhianatan Fulān bin Fulān".
(HR Muslim)

Sehingga manusia saat itu di Padang Mahsyar mengetahui bahwasanya ia adalah seorang pengkhianat.

Dan masuk dalam makna pengkhianatan adalah:

⑴ Pengkhianatan rakyat terhadap penguasa yang sah.
⑵ Pengkhianatan penguasa terhadap rakyatnya.
⑶ Pengkhianatan di dalam perjanjian.
⑷ Dan lain-lain.

⇒ Semakin besar pengkhianatan seseorang, maka akan semakin tinggi benderanya.

◆ Orang-orang yang sombong di dunia, maka akan dikumpulkan di Padang Mahsyar sebesar semut-semut kecil dalam bentuk manusia.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

◆ Akan dikumpulkan orang-orang yang sombong di hari kiamat sebesar semut-semut kecil berbentuk manusia, mereka diselimuti kehinaan dari semua arah.
(Hadits hasan riwayat Tirmidzi)

◆ Orang yang meludah ke arah kiblat, maka ludahnya akan berada di antara dua matanya.
(Hadits shahih riwayat Abū Dāwūd)

Demikianlah keadaan sebagian orang-orang yang beriman yang berdosa di Padang Mahsyar.

◆ Dan barang siapa yang menutup aib seorang Muslim di dunia, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menutup aibnya di hari kiamat.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

و من ستر مسلما ستره الله يوم القيامة

"Dan barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menutup aibnya di hari kiamat."
(HR Bukhari dan Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

✒ Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_______________

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 04| Jauhilah Sifat Pelit (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 06 Rajab 1437 H / 13 April 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 04| Jauhilah Sifat Pelit (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H4-2
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ جَابِرٍ - رضى الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ : { اِتَّقُوا اَلظُّلْمَ, فَإِنَّ اَلظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ, وَاتَّقُوا اَلشُّحَّ , فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ }

Dari Jabir  radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Jauhilah berbuat zhalim karena perbuatan zhalim adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari kiamat dan jauhilah sifat "syuh" (sangat pelit) karena sifat sangat pelit tersebut telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."

(HR Muslim 2578).
〰〰〰〰〰〰〰

JAUHILAH SIFAT PELIT (BAGIAN 2 DARI 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat,

Kita lanjutkan pembahasan hadits ke-4 tentang "وَاتَّقُوا اَلشُّحَّ " / "Jauhilah Sifat Pelit".

Sesungguhnya sifat pelit adalah sifat yang sangat tercela.

Pelit ada banyak bentuknya sebagaimana diisyaratkan oleh para ulama, seperti Syaikh Abdurrahman bin Sa'di rahimahullāhu Ta'ala dalam tafsirnya, yaitu:

يمنعون ما عندهم مما آتاهم الله من فضله، من المال والجاه والعلم

"Orang-orang yang tidak memberikan karunia Allāh yang diberikan kepada mereka, seperti harta, kedudukan dan ilmu."

Jadi, Allāh memberi karunia kepada mereka akan tetapi mereka tidak memberikan (membagi) karunia tersebut kepada hamba-hamba Allāh yang lain.

Karunia itu seperti: "al māl"  (harta), "al jāh" (kedududkan) dan juga 'ilm (ilmu).

Ini menunjukkan bahwa ada orang yang bakhil dengan hartanya dan ada yang bakhil dengan kedudukannya, misalnya dia mampu untuk memberi syafa'at (pertolongan) tapi dia tidak mau melakukannya.

Ada juga orang yang bakhil dengan ilmunya, dia mempunyai ilmu akan tetapi jika ditanya tidak mau menjawab atau tidak berdakwah bahkan berusaha menyembunyikan ilmunya.

Ini adalah bakhil dengan ilmunya.

Juga ada bentuk kebakhilan yang lain seperti dalam hadits Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَإِنَّ أَبْخَلَ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلامِ

"Sesungguhnya orang yang paling bakhil yaitu orang yang bakhil dengan salam."

Yaitu tatkala bertemu dengan saudaranya dia bakhil untuk mengucapkan salam, bahkan bakhil juga untuk menjawab salam ketika diberi salam.

Salam adalah perkara yang mudah yang tidak ada ruginya bahkan tidak ada biaya yang keluar.

Sehingga ketika bertemu saudara tinggal mengucapkan, "Assalāmu'alaikum."

Kalau dia mengucapkan salam berarti telah mengucapkan doa dan berpahala dan saudaranya juga mendapatkan pahala jika menjawab salamnya.

Bakhil seperti ini biasanya karena ada keangkuhan di dalam dirinya .

Kebakhilan ada beberapa derajat.

Derajat pertama, yaitu

▪BAKHIL TERHADAP DIRI SENDIRI

Ada orang yang seperti ini kehidupannya. Dia memiliki kelebihan harta namun dia bakhil terhadap dirinya sendiri.

Sampai disebutkan oleh Ibnu Qudamah rahimahullāh:

فكم من بخيل يمسك المال ويمرض فلا يتداوى،

"Betapa banyak orang yang bakhil. Dia mempunyai harta namun dia tidak menggunakan hartanya tersebut, sehingga jika dia sakit tidak mau berobat karena tidak ingin megeluarkan biaya."

Ada seseorang yang sakit dan ketika diajak untuk berobat ketempat yang mahal yang lebih baik dia enggan. Dia memilih berobat dengan yang lebih murah namun akhirnya meninggal dunia.

Kalau dia tidak mempunyai uang maka hal ini wajar, akan tetapi kalau dia mempunyai uang (harta) maka orang seperti ini berbahaya.

Kenapa?

Karena dia bukan hanya menyiksa dirinya sendiri dengan kebakhilannya akan tetapi juga menyiksa orang-orang terdekatnya, misalkan istrinya.

Istrinya melihat suaminya kaya namun dia tidak mendapat bagian harta, tidak dibelikan macam-macam (keperluannya).

Kemudian anak-anaknya pun menderita.

Saya pernah mendengar suatu ceramah tentang seseorang yang bakhil.

Tatkala meninggal, setelah dicek ternyata diketahui bahwa hartanya banyak. Maka anak-anaknyapun marah.

Sang hakim yang memberitahukan bahwa ayahnya memiliki harta yang banyak menjadi heran.

Anak-anaknya berkata: "Kami tidak mengetahui kalau ternyata ayah kami kaya. Selama ini kami hidiup dalam kondisi yang susah."

Mereka bukan senang tatkala mengetahui harta warisannya banyak, justru mereka marah kepada ayah mereka.

Oleh karenanya orang bakhil seperti ini bukan hanya menyiksa dirinya akan tetapi juga menyiksa orang-orang yang disekitarnya.

Dan sungguh menakjubkan orang yang bakhil, sebagaimana perkataan Ibnu Muflih:

"Orang seperti ini hidupnya susah. Dia bakhil agar terhindar dari kefakiran. Dia mengumpulkan uang supaya tidak menjadi fakir. Namun kenyataanya kehidupannya seperti orang miskin. Dia justru terjerumus pada kondisi yang ingin dihindari yaitu kefakiran."

Dia ingin mengumpulkan harta yang banyak supaya menjadi orang kaya, namun karena dia bakhil maka dia hidup seperti orang miskin dan ini musibah.

Dia hidup seperti orang miskin di dunia namun di akhirat dia akan dihisab dengan hisabnya orang kaya.

Inilah nasib buruk bagi seorang yang bakhil.

Derajat yang kedua,

▪BAKHIL TERHADAP ORANG LAIN

Ini masih lebih ringan dari pada yang pertama.

Seharusnya kita tidak perlu bakhil karena kalau kita memberikan harta kita selama tidak membuat mudharat bagi kita maka akan berpahala.

Makanya Allāh mengatakan:

وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ

"Barang siapa bakhil maka sesungguhnya dia bakhli kepada dirinya sendiri."

(QS Muhammad: 38)

Kenapa?

Karena orang yang bakhil akan menghalangi pahala bagi dirinya sendiri.

Karena hartanya yang sesungguhnya adalah harta yang dia keluarkan, yang diberikan di jalan Allāh seperti diberikan kepada fakir miskin.

Itulah tabungan dia di akhirat kelak. Di akhirat kelak dia sangat butuh dengan pahala.

Jadi ingat, bahwa orang yang bakhil sesunguhnya dia bakhil terhadap dirinya sendiri.

Demikianlah para ikhwan dan akhwat,

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjauhkan kita dari sifat bakhil.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 34 | Keadaan Orang Yang Beriman Dan Bertaqwa Di Hari Kiamat

🌎 BimbinganIslam.com
Selasa, 05 Rajab 1437 H / 12 April 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 34 | Keadaan Orang Yang Beriman Dan Bertaqwa Di Hari Kiamat
⬇ Link Download: bit.ly/BiAS02-AR-S05-H34
➖➖➖➖➖➖➖

KEADAAN ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA DI HARI KIAMAT

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-34 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Keadaan Orang-orang Yang Beriman dan Bertaqwa Di Hari Kiamat".

Secara umum, orang-orang yang beriman dan bertaqwa, mereka di hari tersebut akan:

✓Mendapatkan rasa aman.
✓Tidak takut dengan apa yang akan mereka hadapi di hari kiamat.
✓Dan mereka tidak bersedih, yaitu dengan dunia yang telah mereka tinggalkan.

Rasa aman ini Allãh Subhānahu wa Ta'āla berikan sesuai dengan kadar keimanan dan ketaqwaan mereka.

◆ Barangsiapa yang sempurna iman dan juga taqwanya maka dia akan mendapatkan rasa aman yang sempurna.

◆ Dan barangsiapa yang kurang iman dan juga taqwanya maka akan berkurang pula rasa aman yang akan dia dapatkan.

Allãh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (٦٢) ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَڪَانُواْ يَتَّقُونَ (٦٣) لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ‌ۚ

"Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allãh tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak akan bersedih.

Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di dunia dan juga di akhirat."
(QS Yūnus: 62- 64)

Allãh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَـٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ (٨٢)

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezhaliman (kesyirikan) merekalah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk."
(QS Al An'ām: 82)

Yang demikian itu karena mereka selama di dunia takut kepada Allãh dan takut adzab di hari kiamat.

Maka Allãh Subhanahu wa Ta'ala memberikan rasa aman kepadanya di hari kiamat.

Allãh Subhānahu wa Ta'āla berfirman menceritakan tentang ucapan orang-orang yang beriman :

إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوۡمًا عَبُوسً۬ا قَمۡطَرِيرً۬ا (١٠) فَوَقَٮٰهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٲلِكَ ٱلۡيَوۡمِ وَلَقَّٮٰهُمۡ نَضۡرَةً۬ وَسُرُورً۬ا (١١)

"Sesungguhnya kami takut dari Rabb kami pada hari di mana orang bermuka masam penuh dengan kesulitan.

Maka Allãh Subhānahu wa Ta'āla menjaga mereka dari kesusahan pada hari tersebut.

Dan memberikan kepada mereka kecerahan wajah dan kegembiraan hati."
(QS Al Insān: 10-11)

◆ Umat Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam akan memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh umat nabi yang lain. Wajah, tangan dan kaki mereka akan berwarna putih bekas wudhū' mereka di dunia.
(HR Bukhāri dan Muslim)

Orang yang mengumandangkan adzan di dunia adalah orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat.
(HR Muslim)

⇒ Ada yang mengatakan bahwasanya hikmahnya adalah kepalanya lebih jauh dari genangan keringat daripada yang lain.

◆ Orang-orang yang berbuat adil ketika memberikan keputusan, baik untuk dirinya, keluarganya maupun orang-orang yang di bawah kekuasaannya maka dia akan berada di atas mimbar dari cahaya.
(HR Muslim)

Semoga Allãh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita termasuk orang-orang yang mewujudkan iman dan juga taqwa.

⇒ Beriman artinya membenarkan dan mempercayai dengan hati.
⇒ Bertaqwa artinya mengamalkan kepercayaan tersebut dan keyakinan tersebut.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

✒ Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_______________

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 04| Jauhilah Sifat Pelit (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 04 Rajab 1437 H / 11 April 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 04| Jauhilah Sifat Pelit (Bagian 1)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H4-1
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ جَابِرٍ - رضى الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ : { اِتَّقُوا اَلظُّلْمَ, فَإِنَّ اَلظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ, وَاتَّقُوا اَلشُّحَّ , فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ }

Dari Jabir  radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Jauhilah berbuat zhalim karena perbuatan zhalim adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari kiamat dan jauhilah sifat "syuh" (sangat pelit) karena sifat sangat pelit tersebut telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."

(HR Muslim 2578).
〰〰〰〰〰〰〰

JAUHILAH SIFAT PELIT (BAGIAN 1 DARI 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita masih dalam Bab Tarhib min Masawil Akhlak (Bab Tentang Peringatan Bahaya dari Akhlak-akhlak yang Buruk, kita masuk pada hadits yang ke-4.

Dari Jabir  radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

اِتَّقُوا اَلظُّلْمَ, فَإِنَّ اَلظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ, وَاتَّقُوا اَلشُّحَّ , فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

"Jauhilah berbuat zhalim karena perbuatan zhalim adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari kiamat dan jauhilah sifat "syuh" (sangat pelit) karena sifat sangat pelit tersebut telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."

(HR Muslim 2578)

Hadits ini terdiri dari 2 bagian.

BAGIAN PERTAMA

Jauhilah perbuatan zhalim karena perbuatan zhalim merupakan kegelapan yang bertubi-tubi pada hari kiamat, dan telah kita jelaskan pada pembahasan hadits yang sebelumnya.

Oleh karenanya kita akan konsentrasi pada bagian yang kedua.

BAGIAN KEDUA

Jauhilah kalian "asy syuh" (sifat sangat pelit) karena itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.

Asy syuh maknanya adalah pelit yang amat sangat yang disertai dengan semangat untuk meraih harta, bahkan harta milik orang lain.

Oleh karenanya, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan bahwasannya syuh inilah yang membinasakan umat-umat terdahulu, ini benar.

Kita lihat bagaimana terjadinya pertempuran dan penjajahan. Suatu negara datang ke negera yang lain untuk merebut harta yang dimiliki negara tersebut karena adanya sifat tamak.

Dan inilah yang menyebabkan terjadinya peperangan dan penjajahan pada umat-umat terdahulu.

Dalam Al Quran juga banyak ayat yang menjelaskan tentang buruknya sifat pelit, seperti firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ ءَاتٰىهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِۦ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ

"Sekali-sekali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allāh berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di leher mereka pada hari kiamat."

(QS Ali Imran: 180)

Seperti juga firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ

"Barang siapa yang bakhil, maka sesungguhnya dia bakhil untuk dirinya sendiri."
(QS Muhammad: 38)

Ini celaan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian juga firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Barang siapa yang terjaga dari sifat pelit maka sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang beruntung."

(Al Hasyr: 9)

Orang yang pelit sesungguhnya menunjukkan bahwa keimanannya kepada hari akhirat dan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla kurang.

Dalam suatu hadits Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

"Tidak akan berkumpul sifat pelit dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya."

(HR Nasa'i: 3111)

Kenapa?

Karena kalau orang yang beriman dengan iman yang benar maka dia yakin bahwasanya harta yang dia keluarkan akan diganti oleh Allāh di dunia maupun di akhirat.

Jadi, kapan seseorang itu pelit? Yaitu tatkala dia kurang yakin.

Dalam Al Qur'an terlalu banyak Allāh memerintahkan, "Infaqlah,..," "Bersedekahlah...," banyak sekali.

Dalam hadits juga Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyeru untuk bersedekah.

Betapa banyak ayat-ayat dan hadits-hadits ini namun tidak menggerakkan hatinya untuk bersedekah, malah justru membuat dirinya pelit. Ini menunjukkan keimanannya kurang.

Kalau keimanannya kuat, dia akan yakin bahwa apa yang dikeluarkannya akan diganti oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sehingga seseorang bisa mengukur imannya dari sifat pelitnya. Kalau teryata dia pelit maka imannya kepada Allāh dan hari akhirat kurang.

Oleh karenanya dalam hadits Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

الصدقة برهان

"Bahwa sedekah itu adalah burhan (bukti)."

Maksudnya apa?

Maksudnya bukti tentang keimanan.

Anda, kalau mengaku beriman kepada Allāh harus ada buktinya, buktinya mana?

Buktinya yaitu anda mau bersedekah.

Maka paksakan anda untuk bersedekah, sebagai bukti bahwa anda beriman, bahwa sedekah yang anda keluarkan akan diganti oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan nanti dalam pembahasan berikutnya.

_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

BEBERAPA KESALAHAN YANG TERJADI PADA BULAN RAJAB

🌎 BimbinganIslam.com
Sabtu, 02 Rajab 1437 H/ 09 April 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Abū Sulaiman Aris S
🔊 BEBERAPA KESALAHAN YANG TERJADI PADA BULAN RAJAB
📹 Sumber: 
https://almanhaj.or.id/3089-beberapa-kesalahan-yang-terjadi-pada-bulan-rajab.html

〰〰〰〰〰〰〰〰〰

BEBERAPA KESALAHAN YANG TERJADI PADA BULAN RAJAB

_____________________________
Makalah berikuti ini merupakan penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin, yang diangkat dari muhadharah beliau di Universitas Jami'ah Islamiyah, … pada tanggal 9 Rajab tahun 1419H, kemudian disusun dalam sebuah risalah yang berjudul At Tamassuk Bi Sunnah Wa Atsaruhu, dan diterjemahkan dengan sedikit ta'liq (tambahan) oleh Ustadz Abu Sulaiman Aris S
_____________________________

▪1. Bulan Rajab, adalah satu diantara bulan Harām yang empat (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, tiga bulan yang berurutan, kemudian yang keempat adalah Rajab, yang diapit oleh bulan Jumada, yakni Jumada Tsaniah dan Sya'ban).

Empat bulan ini memiliki kekhususan yang sama, tanpa terkecuali bulan Rajab.

Para ulama berselisih pendapat, diantara empat ini, mana yang paling baik.

🔗 Sebagian Syafi'iyah berkata: "Yang paling baik adalah Rajab".

~~> Tetapi pendapat ini dilemahkan oleh Imām Nawawi dan yang lainnya.

🔗 Sebagian ulama berpendapat: "Bulan Muharram".

~~> Ini adalah pendapat Al Hasan dan dikuatkan oleh Nawawi.

🔗 Sebagian ulama berkata: "Bulan Dzulhijjah".

~~> Pendapat ini diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair dan selainnya. Dan inilah yang lebih kuat.

Demikian, sebagaimana dinukil dalam kitab Al Latha'if, karya Ibnu Rajab Al Hambali.

Saya berkata (Syaikh Ibnu Utsaimin): Pendapat ini adalah benar. Karena dalam bulan Dzulhijjah terdapat dua keistimewaan. Yaitu :

⑴ Dzulhijjah termasuk bulan-bulan haji, yang padanya terdapat hari Idul Adha.
⑵ Karena Dzulhijjah termasuk bulan-bulan harām.

▪2. Bulan Rajab adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang Jahiliyah, yakni mereka mengharāmkan perang pada bulan-bulan tersebut, sebagaimana pada bulan-bulan harām lainnya.

Kaum muslimin berbeda pendapat tentang harāmnya berperang pada bulan ini.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa harāmnya berperang pada bulan ini adalah mansukh (telah dihapus hukumnya) dan boleh memulai berperang. Yaitu memerangi orang-orang kāfir pada bulan Rajab dan bulan-bulan harām lainnya, karena adanya dalil-dalil yang umum dalam masalah ini.

Akan tetapi pendapat yang benar, bahwa memulai berperang pada bulan Rajab hukumnya harām.

Namun jika mereka (musuh, Red.) memerangi kita, atau perang tersebut merupakan kelanjutan dari bulan-bulan sebelumnya, maka tidaklah mengapa.

▪3. Bulan Rajab diagungkan oleh orang-orang Jahiliyah dengan berpuasa.

Akan tetapi tidak ada dalil yang shahīh dari Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam masalah mengkhususkan puasa pada bulan Rajab ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' Fatawa 25/290 berkata:

Berpuasa pada bulan Rajab secara khusus diriwayatkan dari hadīts-hadīts yang semuanya dha'if, bahkan palsu. Sedikitpun tidak diakui oleh para ulama. Tidak termasuk dha'if yang diriwayatkan di dalam fadha'ilul a'mal, bahkan seluruhnya adalah maudhu' …,"

Hingga Ibnu Taimiyah Rahimahullāh berkata,"Telah diriwayatkan dari Umar dengan jalan yang shahīh. Bahwa Umar memukul tangan-tangan kaum muslimin, sehingga mereka meletakkannya di atas makanan pada bulan Rajab, sambil mengatakan,"Janganlah kalian menyerupakannya dengan bulan Ramadhan."

Dan suatu ketika, Abū Bakar Ash Shiddiq masuk ke rumahnya, dan melihat keluarganya telah membeli satu bejana tempat air. Mereka bersiap-siap untuk berpuasa. Kemudian beliau bertanya,"Untuk apakah ini?" Mereka menjawab,"Untuk berpuasa pada bulan Rajab." Beliau berkata,"Apakah kalian ingin menyerupakannya dengan bulan Ramadhan?"Kemudian beliau memecahkan bejana tersebut.

Al Hāfizh Ibnu Rajab menyebutkan atsar dari Umar, seperti yang disebutkan dalam Majmu Fatawa. Beliau menambahkan: "Dahulu, bulan Rajab begitu diagungkan oleh orang Jahiliyah. Ketika datang Islam, kemudian ditinggalkan".

▪4. Bulan Rajab diagungkan oleh bangsa Arab.

Mereka mengerjakan umrah pada bulan ini. Karena mereka pergi haji pada bulan Dzulhijjah. Sedangkan Rajab adalah pertengahan tahun yang dihitung dari Muharram.

Oleh karena itu, mereka mengerjakan umrah, agar Ka'bah menjadi makmur dengan orang yang haji dan umrah pada pertengahan dan akhir tahun.

Ibnu Rajab di dalam Al Latha'if berkata:

Disunnahkan oleh Umar untuk umrah pada bulan Rajab. Dan dahulu, 'Aisyah dan Ibnu Umar mengerjakannya. Ibnu Sirin menukilkan, bahwa dahulu, para salaf mengerjakannya. [1]

▪5. Pada bulan Rajab terdapat shalāt yang dinamakan dengan Shalāt Raghaib.

Dikerjakan malam Jum'at pertama antara Maghrib dan Isya', sebanyak 12 raka'at dengan sifat yang aneh, sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar di dalam kitab Tabyinul 'Ajab Bima Warada Fi Fadhli Rajab.

· An Nawawi di dalam Syarah Al Muhadzdzab 3/548, berkata:

"Shalāt yang dikenal dengan shalāt Raghaib, yaitu 12 raka'at, dikerjakan antara Maghrib dan Isya' pada malam Jum'at pertama bulan Rajab, dan demikian pula shalat Nishfu Sya'ban 100 raka'at.

Kedua macam shalāt ini adalah bid'ah yang munkar.

Janganlah engkau tertipu dikarenakan kedua shalāt ini disebutkan di dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya' Ulumuddin.

Semua hadīts-hadīts yang disebutkan di dalamnya adalah batil.

Jangan tertipu dengan sebagian ulama yang terkena syubhat dalam masalah ini, yang mengarang suatu risalah disunnahkannya shalāt ini, karena mereka salah dalam masalah ini.

Dan Al Imām Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma'il Al Maqdisi telah mengarang kitab yang menerangkan mengenai batilnya dua shalāt tersebut.

🔗 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam Majmu Fatawa 23/124, berkata:

"Menurut kesepakatan ulama, shalat Raghaib adalah bid'ah, tidak disunnahkan oleh Rasūlullāh dan (tidak pula) oleh seorangpun dari Khulafaur Rasyidin.

Dan tidak dianggap sebagai sunnah oleh para Imām , seperti Malik, Asy Syafi'i, Ahmad, Abu Hanifah, Ats Tsaury, Al Auza'i, Al Laits dan yang lainnya.

Sedangkan menurut kesepakatan ahlul hadits, hadīts-hadīts yang diriwayatkan dalam hal ini adalah palsu".

🔗 Ibnu Rajab di dalam Al Latha'if, berkata:

"Tidak ada (riwayat) yang sah pada bulan Rajab suatu shalā tertentu. Adapun hadīts-hadīts yang diriwayatkan tentang keutamaan shalāt Raghaib pada malam Jum'at pertama dari bulan Rajab adalah palsu dan tidak shahīh".

Beliau (Ibnu Rajab) berkata:

"Para ulama mutaqaddimin tidak menyebutkannya, karena hal ini ada dan muncul sesudah zaman mereka".

Pertama kali dikenal setelah tahun 400-an hijriah, sehingga tidak dikenal oleh ulama mutaqaddimin.

🔗 Asy Syaukani di dalam Al Fawa'id Al Majmu'ah, halaman 48, berkata:

"Para huffazh telah sepakat, bahwasanya shalāt Raghaib adalah berdasarkan hadīts yang palsu. hingga beliau berkata,'Kepalsuan hadītsnya tidak diragukan lagi oleh orang yang memiliki sedikit pemahaman terhadap hadīts-hadīts".

🔗 Al Fairuz Abadi di dalam Al Mukhtashar, berkata, bahwa hadīts tersebut palsu berdasarkan kesepakatan ulama.

Demikian pula dikatakan oleh,

🔗 Al Maqdisi Asy Syaukani menyebutkan di dalam kitab tersebut satu hadīts tentang keutamaan shalāt pada malam pertengahan bulan Rajab, kemudian beliau mengomentari:

"Diriwayatkan oleh Al Jauzqani dari Anas secara marfu'. Tetapi hadīts ini adalah maudhu', dan para rawinya adalah orang-orang majhul".

▪6. Pada bulan Rajab, banyak orang datang ke kota Madīnah untuk berziarah.

Mereka menamakannya "Rajabiyah". Mereka berkeyakinan, bahwa hal ini sebagai sunnah mu'akkadah.

Mereka pergi untuk berziarah ke beberapa tempat. Sebagian dari ziarah ini disyari'atkan, seperti ziarah ke masjid Nabawi, ke masjid Quba', ke kubur Nabi, dan kubur dua orang sahabatnya (Abū Bakar dan Umar, serta kubur para syuhada' Uhud). Dan (ziarah ini) ada yang tidak di syari'atkan, seperti ziarah ke masjid yang dinamakan masjid Ghamamah, masjid kiblatain dan masjid-masjid yang tujuh.

Ziarah Rajabiyah ini tidak ada asalnya di dalam perkataan Ahlul Ilmi.

Tampaklah, hal ini baru saja muncul pada masa-masa terakhir ini.

Tidak diragukan lagi, bahwa masjid Nabawi merupakan satu diantara tiga masjid yang disyari'atkan untuk ziarah kepadanya, yakni Masjidil Harām , Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha'.

Akan tetapi, mengkhususkan ziarah pada bulan tertentu, atau hari tertentu, maka hal ini memerlukan dalil, dan (sesungguhnya) tidak ada dalil yang mengkhususkan bulan Rajab dengan hal itu.

Sehingga, meyakininya sebagai sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allāh pada bulan ini, adalah termasuk bid'ah yang tertolak.

Karena sabda Rasūlullāh :

"من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد"

Barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak ada perintah kami, maka dia akan tertolak.

Dalam lafadz yang lain:

"من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد"

Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perkara kami yang tidak ada perintah darinya, maka dia tertolak. (Yakni ditolak dari pelakunya).

▪7. Pada bulan Rajab, terjadi peristiwa Isra' dan Mi'raj.

Sebagaimana telah masyhur di kalangan kaum muslimin pada masa-masa terakhir ini, (yang terjadi) pada malam ke 27.

Mereka mengadakan beberapa perayaan. Dan barangkali mereka menjadikan hari itu sebagai hari libur resmi.

Padahal, hal ini memerlukan penelitian dua masalah yang penting.

↝Pertama, dari segi tarikh (kepastian peristiwa)
↝Kedua, apakah dengan mengadakan perayaan ini termasuk ibadah?

MASALAH YANG PERTAMA

Para ulama telah berselisih pendapat.

📌 Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitab Al Bidayah Wan Nihayah 3/119, Cetakan Al Fajjalah, dari Az Zuhri dan Urwah:

"Bahwa Isra' Mi'raj terjadi satu tahun sebelum Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam hijrah ke Madīnah". Yakni pada bulan Rabi'ul Awwal.

√ Dari As Suddi, beliau berkata:

"Terjadi 16 bulan sebelum hijrahnya Rasulullah ke Madīnah", yakni pada bulan Dzulqa'dah.

√ Al Hāfizh Abdul Ghani bin Surur Al Maqdisi membawakan satu hadīts, namun tidak sah sanadnya, bahwasanya Isra' Mi'raj (terjadi) pada malam 27 bulan Rajab.

√ Sebagian orang berkeyakinan, bahwa Isra' Mi'raj terjadi pada malam Jum'at pertama bulan Rajab.

Mereka menamakan malam raghaib, yang disyari'atkan untuk shalāt (shalàt Raghaib), padahal tidak ada dalilnya. Wallahu a'lam.

~~>Sampai disini perkataan Ibnu Katsir.

📌 As Saffarini menyebutkan di dalam Syarah Aqidah-nya 2/280, dari Al Waqidi dari rijalnya:

Bahwa Isra' Mi'raj (terjadi) pada malam Sabtu, 17 Ramadhan tahun ke12 dari kenabian, 18 bulan sebelum hijrah.

√ Dan diriwayatkan pula dari para gurunya, mereka berkata:

Rasūl diisra'kan pada malam 17 bulan Rabi'ul Awwal, satu tahun sebelum hijrah. Abu Muhammad Ibnu Hazm mengaku adanya Ijma'. Demikian ini pendapat Ibnu Abbas dan 'Aisyah.

Kemudian As Saffarini menyebutkan satu perkataan dari Ibnul Jauzi:

Isra' Mi'raj terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal, atau Rajab, atau Ramadhan.

📌 Al Hafizh Ibnu Hajar berkata di dalam Fathul Bari 7/203, bab Al Mi'raj, dari Shahih Al Bukhāri:

Bahwa perbedaan ulama dalam masalah ini (terdapat) lebih dari 10 pendapat.

√ Diantaranya, satu tahun sebelum hijrah. Demikian ini pendapat Ibnu Sa'ad dan lainnya, dan (yang) dianggap tepat oleh An Nawawi.

√ Pendapat yang lain, 8 bulan sebelum hijrah, atau 6 bulan, atau 11 bulan, atau 1 tahun 2 bulan, atau 1 tahun 3 bulan, atau 1 tahun 5 bulan, atau 18 bulan, atau 3 tahun sebelum hijrah, atau 5 tahun.

√ Ada (pula) pendapat yang mengatakan, terjadi pada bulan Rajab. Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr, dan dikuatkan oleh An Nawawi di dalam kitab Raudhah.

Akan tetapi sebagian ulama tidak menjumpainya di dalam Raudhah.

√ Syaikhul Islam berkata, seperti dinukil oleh muridnya Ibnul Qoyyim di dalam Zaadul Ma'ad, ketika menyebutkan keistimewaan hari-hari dan bulan tertentu daripada yang lainnya, beliau menjawab: "Orang yang mengatakan bahwa malam Isra' lebih mulia daripada malam lailatul qadar, yakni dia berkeyakinan bahwa shalāt dan berdo'a pada malam Isra' yang dikerjakan setiap tahunnya lebih afdhal, maka pendapat ini adalah batil.

Belum pernah dikatakan oleh seorangpun dari ummat ini. Sangat jelas kebatilannya menurut agama Islam.

Hal ini, jika telah diketahui waktu terjadinya malam Isra' mi'raj dengan pasti.

Namun, bagaimana jika belum diketahui dalil yang menetapkan bulannya atau detailnya? Bahkan nukilan-nukilan dalam masalah ini terputus dan berbeda-beda.

Tidak terdapat kepastian padanya, dan tidak disyari'atkan bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan suatu shalāt atau ibadah lainnya pada malam yang diyakini sebagai malam Isra' dan Mi'raj …, hingga beliau berkata: Tidak seorangpun dari kaum muslimin yang meyakini malam Isra' lebih lebih baik dari yang lainnya, terlebih dengan malam lailatul qadar.
Demikian pula para shahabat dan tabi'in, mereka tidak mengkhususkan malam ini, dan mereka tidak mengenalnya. Bahkan tidak dikenal kapan terjadinya malam itu".

Ini masalah pertama yang ada kaitannya dengan Isra' Mi'raj. Telah jelas bahwa malam tersebut belum diketahui kapan terjadinya.

MASALAH YANG KEDUA

Adapun masalah yang kedua, yaitu menjadikan malam tersebut sebagai 'id, yang dirayakan dan diadakan muhadharah, serta dibacakan hadīts-hadīts yang dha'if atau palsu tentang kisah Isra' Mi'raj.

Maka, tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan bid'ah yang diada-adakan di dalam agama Islam.

Apabila seseorang berlepas diri dari hawa dan mengetahui dengan sebenarnya, maka perayaan-perayaan seperti ini tidak pernah dikenal pada zaman sahabat dan para tabi'in.

📌 Dalam Islam tidak ada hari raya, kecuali tiga. Yaitu :

⑴ Idul fithri
⑵ Idul adha (Keduanya adalah 'id yang berulang setiap tahun)
⑶ Sedangkan yang ketiga adalah hari Jum'at, hari raya setiap pekan.

Tidak ada hari raya selain tiga ini.

Hendaknya diketahui, bahwa ittiba' Rasūlullāh yang sebenarnya adalah dengan berpegang teguh terhadap sunnahnya, mengerjakan yang Beliau kerjakan, meninggalkan sesuatu yang Beliau tinggalkan.

Barangsiapa menambah atau mengurangi, maka telah berkurang kadar mutaba'ahnya (ketaatan) kepada Rasūlullāh.

Menambah (permasalahan) di dalam agama lebih berat, karena mendahului Allāh dan Rasūl-Nya.

Orang yang berakal, adalah orang yang mengetahui bahwa perbuatan seperti ini merupakan bencana yang besar. Sehingga seorang mukmin yang sempurna adalah orang yang beribadah kepada Allāh dengan syari'at Rasūlullāh.

Dan seseorang mempunyai kekurangan yang besar, apabila ia menambah (sesuatu) pada syari'at Allāh dan Rasūl-Nya.

Hendaknya seorang mukmin berhati-hati dari perbuatan bid'ah yang dianggap baik oleh hawa nafsunya. Karena Nabi memperingatkan kita dari hal itu, dan Beliau menyampaikannya dalam khutbah Jum'at.

Beliau berkata:

أما بعد:فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة

Adapun sesudah itu, maka sebaik-baik perkataan adalah Kitabullāh, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap bid'ah adalah sesat. (Seperti ini diriwayatkan dalam Shahīh Muslim. Dan dalam riwayat An Nasa'i (disebutkan):

وكل ضلالة في النار

Dan setiap kesesatan adalah di neraka.

Saya berdo'a kepada Allāh untuk meneguhkan kita dengan perkataan yang kuat di dunia maupun di akhirat.
Dan semoga Allāh melindungi kita dari berbagai fitnah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Dia Maha Pemberi dan Maha Pemurah.

Tanggal 11 Rabi'ul Awwal 1425H, bertepatan tanggal 1 Mei 2004M.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VIII/1425H/2004. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh berkata: "Bahwasanya para ulama mengingkari pengkhususan adanya memperbanyak ibadah umrah pada bulan Rajab".

Dan Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz At Tuwaijiri di dalam kitab Al Bida' Al Hauliyah, halaman 238, berkata: "Yang rajah, menurut saya -wallahu a'lam- bahwasanya mengkhususkan bulan Rajab dengan umrah itu tidak ada asalnya, karena tidak ada dalil syar'i yang mengkhususkannya.

Dan Rasulullah tidak pernah mengerjakan umrah pada bulan Rajab. Seandainya hal ini terdapat keutamaan, pasti Beliau menganjurkan ummatnya, karena Beliau orang yang bersemangat untuk (berbuat) kebaikan, sebagaimana Beliau menganjurkan untuk mengerjakan umrah pada bulan Ramadhan.

Adapun yang dikatakan sunnah oleh sahabat Umar bin Khathab, maka saya belum menemukan sanadnya. Dan yang dinukil oleh Ibnu Sirin, bahwa para salaf dahulu mengerjakannya, maka tidak terdapat dalil yang mengkhususkan umrah pada bulan Rajab.

Karena maksud mereka tidak untuk mengkhususkan bulan Rajab dengan ibadah umrah, tetapi maksud mereka -wallahu a'lam- ialah untuk mengerjakan haji pada satu kali safar dan mengerjakan umrah pada safar tersendiri, untuk menyempurnakan haji dan umrah, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab dalam uraiannya yang dinukil Ibnu Sirin dari para salaf".

_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com
===================================
keutamaan bulan rajab ?

 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates