Friday, September 30, 2016

evolusi jilbab

Friday, September 30, 2016 0


Damar Muhisa

Download PDF Kitab Panduan dan Syarah Durusul Lughah Al Arabiyah

📢 BAGI YANG MEMBUTUHKAN👇🏽

⬇ Download PDF Kitab Panduan dan Syarah Durusul Lughah Al Arabiyah
👉🏾 https://akrabnahwu.wordpress.com/2016/02/14/kitab-panduan-dan-syarah-durusul-lughah-al-arabiyah/

⬇ Download PDF Kitab Silsilah Ta'lim Lughoh Al Arobiyyah Komplit Mustawa Awwal – Mustawa Robi'
👉🏾 https://akrabnahwu.wordpress.com/2015/12/15/kitab-silsilah-talim-lughoh-al-arobiyyah-komplit-mustawa-awwal-mustawa-robi/

⬇ Download PDF Kitab Al Arabiyyah Bayna Yadayk Terbaru 4 Jilid Full Colour

👉🏾 https://akrabnahwu.wordpress.com/2015/12/03/download-kitab-dan-audio-al-arabiyyah-baina-yadaik-terbaru-4-jilid/

⬇ Download PDF I'rob Al-Qur'an
👉🏾https://akrabnahwu.wordpress.com/category/irob-alquran/

⬇ Download PDF  I'rob Hadits Arba'in Nawawi
👉🏾 https://akrabnahwu.files.wordpress.com/2015/12/irob-hadits-arbain-an-nawawi.pdf

⬇ Download PDF Kitab dan Audio Syarah Jurrumiyyah Syaikh 'Utsaimin
👉🏾 https://akrabnahwu.wordpress.com/2015/12/05/kitab-dan-audio-syarah-jurrumiyyah-syeikh-utsaimin/

⬇ Download PDF Kitab dan Audio Syarah 'Arbain Syaikh 'Utsaimin
👉🏾 https://akrabnahwu.wordpress.com/2015/12/10/kitab-dan-audio-syarah-arbain-syaikh-utsaimin/

⬇ Download PDF Kitab Akrab Nahwu Gabungan
👉🏾 https://akrabnahwu.files.wordpress.com/2016/01/akrab-nahwu-gabungan.pdf

⬇ Download PDF Kitab Qowa'idul Imla
👉🏾 https://akrabnahwu.files.wordpress.com/2015/12/qawaidul-imla.pdf

⬇ Download PDF Materi Faidah Wazan Fi'il
👉🏾 https://akrabnahwu.wordpress.com/category/faidah-wazan-fiil/

Damar Muhisa

Thursday, September 29, 2016

DOA ATAU AMAL AGAR RIZKI LANCAR

Thursday, September 29, 2016 0

mau tanya doa atau amalan agar rezekinya dilancarin itu gimana ya?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah, wa ba'du,

Siapapun yang hidup, dia telah dijatah rizkinya oleh Allah. Ini prinsip yang harus kita tanam dalam palung hati kita.

Allah menanamkan prinsip ini dalam al-Quran, melalui firman-Nya,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

"Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat." (QS. As-Syura: 27)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengajarkan prinsip ini kepada umatnya. Beliau bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ، فَلا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، اتَّقُوا اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ ، وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ، خُذُوا مَا حَلَّ ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian manusia. Carilah rezeki dengan baik, ambil yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Baihaqi 10185, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak 7924 dan disepakati Ad-Dzahabi)

Dengan memahami prinsip ini, akan lebih mudah bagi kita untuk membangun rasa tawakkal, sehingga tidak menjadi orang yang 'cengeng', hanya gara-gara merasa rizkinya tidak lancar.

Karena itu, apapun yang terjadi dengan kondisi rizki kita, jangan sampai memicu kita melakukan tindakan pelanggaran syariat.

Selanjutnya, islam juga mengajarkan kepada kita beberapa amalan dan doa agar rizki semakin lancar,

Pertama, memperbanyak istighfar, memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan

Di surat Nuh, Allah menceritakan wasiat yang disampaikan Nabi Nuh 'alaihis salam kepada umatnya,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh: 10 – 12)

Ada sebuah kisah dari Hasan al-Bashri yang menunjukkan bagaimana manfaat rajin istighfar,

أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة

"Ada orang pernah mengadukan kepada Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Hasan menasehatkan, "Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah".

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Hasan menasehatkan, "Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah".

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Hasan menasehatkan, "Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah".

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Hasan menasehatkan, "Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah".

Kemudian setelah itu Hasan al-Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 11/98)

Kedua, beberapa doa memohon diberi kelancaran rizki,

[1] Berlindung dari kefakiran

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kemiskinan, kehinaan. Dan aku berlindung kepada-Mu jangan sampai aku mendzalimi atau
didzalimi." (HR. Ahmad 8053, Abu Daud 1546 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

[2] Doa agar semua utang dilunasi dan dihindarkan dari kefakiran

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyarankan, jika kita hendak tidur, dianjurkan miring ke kanan, kemudian membaca doa,

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ وَرَبَّ الأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَىْءٍ فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَىْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَىْءٌ وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَىْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَىْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَىْءٌ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

"Ya Allah, Rabb yang menguasai langit yang tujuh, Rabb yang menguasai 'Arsy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu. Rabb yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Rabb yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur'an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya (semua makhluk atas kuasa Allah). Ya Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang lahir, tidak ada sesuatu di atasMu. Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu yang luput dari-Mu. Lunasilah utang kami dan berilah kami kekayaan (kecukupan) hingga terlepas dari kefakiran." (HR. Muslim 2713)

[3] Berlindung dari kelilit utang dan kedzaliman manusia

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia." (HR. Abu Dawud 1557)

[4] Doa mohon rizki yang halal

Doa ini dibaca setiap selesai salam shalat subuh.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca doa berikut, setelah salam shalat Shubuh,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik)." (HR. Ibnu Majah 925 dan dishahihkan al-Hafizh Abu Thahir)

[5] Memohon kecukupan dengan yang halal

Dari hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa berikut,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

"Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu." (HR. Ahmad 1319, Tirmidzi 3563 dan dihasankan al-Hafizh Abu Thahir)

[6] Memohon harta yang diberkahi,

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

"Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku."

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendoakan sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu dengan doa di atas. (HR. Bukhari dalam shahihnya 1982 dan Bukhari Adabul Mufrad 653 dan dishahihkan al-Albani)

[7] Meminta rizki ketika shalat

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ketika duduk antara dua sujud, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca doa,

رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي

Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku)." (HR. Ahmad 2895).

Semoga Allah memberkahi rizki kita dan mengampuni dosa kita..

Amin.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Sumber: https://konsultasisyariah.com/28218-doa-agar-rizki-lancar.ht
m

            ___ 🍃🍀🍃 ___

Damar Muhisa

Menyantuni Anak Yatim di Hari Asyura


Pertanyaan:
Saat ini banyak tersebar keyakinan di masyarakat tentang anjuran menyantuni anak yatim di hari asyura. Apakah benar demikian? Adakah dalil tentang hal ini?

Dari: Abu Ahmad (teXXXXXXXX@yahoo.com)

Jawaban:

Terdapat sebuah hadis dalam kitab tanbihul ghafilin:

من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة

Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro' (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.
Hadis ini menjadi motivator utama masyarakat untuk menyantuni anak yatim di hari Asyura. Sehingga banyak tersebar di masyarakat anjuran untuk menyantuni anak yatim di hari Asyura. Bahkan sampai menjadikan hari Asyura ini sebagai hari istimewa untuk anak yatim.
Namun sayangnya, ternyata hadis di atas statusnya adalah *_hadis palsu_*. Dalam jalur sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang bernama: Habib bin Abi Habib, Abu Muhammad. Para ulama hadis menyatakan bahwa perawi ini matruk (ditinggalkan). Untuk lebih jelasnya, berikut komentar para ulama kibar dalam hadis tentang Habib bin Abi Habib:
a. Imam Ahmad: Habib bin Abi Habib pernah berdusta
b. Ibnu Ady mengatakan: Habib pernah memalsukan hadis (al-Maudhu'at, 2/203)
c. Adz Dzahabi mengatakan: "Tertuduh berdusta." (Talkhis Kitab al-Maudhu'at, 207).
Karena itu, para ulama menyimpulkan bahwa hadis ini adalah hadis palsu. Abu Hatim mengatakan: "Ini adalah hadis batil, tidak ada asalnya." (al-Maudhu'at, 2/203)

Keterangan di atas sama sekali bukan karena mengaingkari keutamaan menyantuni anak yatim. Bukan karena melarang anda untuk bersikap baik kepada anak yatim. Sama sekali bukan.
Tidak kita pungkiri bahwa menyantuni anak yatim adalah satu amal yang mulia. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjanjikan dalam sebuah hadis:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ , وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى , وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيلاً

"Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga." Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit." (HR. Bukhari no. 5304)
Dalam hadis shahih ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hanya menyebutkan keutamaan menyantuni anak yatim secara umum, tanpa beliau sebutkan waktu khusus. Artinya, keutamaan menyantuni anak yatim berlaku kapan saja. Sementara kita tidak boleh meyakini adanya waktu khusus untuk ibadah tertentu tanpa dalil yang shahih.
Dalam masalah ini, terdapat satu kaidah terkait masalah 'batasan tata cara ibadah' yang penting untuk kita ketahui:

كل عبادة مطلقة ثبتت في الشرع بدليل عام ؛ فإن تقييد إطلاق هذه العبادة بزمان أو مكان معين أو نحوهما بحيث يوهم هذا التقييد أنه مقصود شرعًا من غير أن يدلّ الدليل العام على هذا التقييد فهو بدعة

"Semua bentuk ibadah yang sifatnya mutlak dan terdapat dalam syariat berdasarkan dalil umum, maka membatasi setiap ibadah yang sifatnya mutlak ini dengan waktu, tempat, atau batasan tertentu lainnya, dimana akan muncul sangkaan bahwa batasan ini merupakan bagian ajaran syariat, sementara dalil umum tidak menunjukkan hal ini maka batasan ini termasuk bentuk bid'ah." (Qowa'id Ma'rifatil Bida', hal. 52)
Karena pahala dan keutamaan amal adalah rahasia Allah, yang hanya mungkin kita ketahui berdasarkan dalil yang shahih.
Allahu a'lam…

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Sumber: https://konsultasisyariah.com/8954-menyantuni-anak-yatim-di-hari-asyura.html

Damar Muhisa

SUDAH SALAFYKAH AKHLAKMU??!!

Saudaraku, mungkin engkau balik bertanya kepadaku, kenapa hal itu engkau tanyakan?! Tidakkah engkau melihatku memelihara jenggot dan memendekkan ujung celanaku di atas mata kaki? Tidakkah engkau tahu bahwa aku rajin mengaji, duduk di majelis ilmu mendengarkan Kitabullah dan Hadits Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama yang disyarahkan oleh ustadz-ustadz ?

Sabar saudaraku, tenanglah aku tidak meragukan semua yang engkau katakan. Engkau tidak pernah absen menghadiri majelis ilmu, penampilanmu juga menunjukkan bahwa engkau berusaha untuk meneladani generasi salafus sholeh.

Tapi, tahukah engkau saudaraku .. (Ahlus Sunnah sejati adalah orang yang menjalankan islam dengan sempurna baik akidah maupun akhlak. Tidak tepat, jika ada yang mengira bahwasa seorang sunny atau salafy adalah orang meyakini I'tiqod Ahlus Sunnah tanpa memperhatikan aspek perilaku dan adab-adab islamiyah, serta tidak  menunaikan hak-hak sesama kaum muslimin.)[1].

Maafkan aku jika kata-kataku ini menyakitkan hatimu, tetapi hatiku tak tahan lagi untuk tidak mengatakannya, karena aku mencintaimu karena Allah, aku inginkan yang terbaik untukmu semoga Allah Ta'ala memperlihatkan kepada kita kebenaran itu sebagai suatu kebenaran dan membimbing kita untuk mengikutinya. Dan semoga Ia memperlihatkan kepada kita kebatilan itu sebagai suatu kebatilan serta menganugerahkan kepada kita taufik untuk menjauhinya.

Berapa banyak orang yang dibutakan dari kebenaran, dan tidak sedikit pula yang melihat kebenaran tetapi enggan mengikutinya. Berapa banyak pula orang yang mengira kebatilan adalah kebenaran dan tidak sedikit pula orang yang mengetahui kebatilan tapi masih saja mengikutinya.

Ya Allah .. berilah kami petunjuk dan luruskanlah kami …

Saudaraku,

Sikapmu yang kurang menghargai orang yang lebih tua darimu dan angkuh terhadap orang yang lebih muda darimu, dari mana engkau pelajari?!

Lupakah engkau hadits yang pernah kita pelajari bersama,

ليس منا من لم يرحم صغيرنا و يوقر كبيرنا

Artinya, "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak mengasihi yang lebih kecil dan tidak menghormati yang lebih besar". (HR. At-Tirmidzi dari sahabat Anas rodhiyallahu 'anhu dan dishohihkan oleh Al Albany di Shohih Al Jami' no. 5445)

aku teringat hari itu, walaupun setiap mengingatnya hati ini merasa sedih dan resah. Ketika engkau dan beberapa orang lainnya menghadiri undangan. Turut hadir ketika itu orang-orang awwam yang di antaranya  usia lebih tua dari kita. Ketika engkau masuk ke majelis lalu mengucapkan salam dan menjabat  tangan semua yang duduk kecuali bapak itu, engkau menyalami orang yang duduk di samping dan belakang bapak itu, lalu engkau duduk se-enaknya di depan bapak itu tanpa sedikit senyuman apalagi menjabat tangannya!!

Owh ..jelas benar guratan sedih dan perasaan aneh yang menyemburat dari wajah bapak tersebut. Sampai aku pun malu duduk di situ, kalau  bisa ingin rasanya aku untuk tidak hadir di situ dan saat itu..

Saudaraku, katakanlah kepadaku agar aku tidak berburuksangka kepadamu,

–          Apa yang memberatkan bibirmu untuk memberikannya sedikit senyuman walaupun hambar?! Padahal engkau tahu Nabi kita shollollahu 'alaihi wa sallama bersabda,

تبسمك في وجه أخيك لك صدقة

"Senyumanmu dihadapan saudaramu adalah sedekah bagimu". (HR. At-Tirmidzi, Bukhari di Adabul Mufrod dan Ibnu Hibban, Ash-Shohihah oleh Al-Albany no. 572)

–          Apa yang membuat lidahmu kelu untuk menyapa walau hanya dengan tiga aksara "Pak".

–          Apa yang membuat tanganmu lumpuh untuk menjabat tangannya?! Seperti engkau menjabat tangan yang lainnya?! Tidakkah engkau pernah membaca atau mendengar bahwa salafunas sholeh menjabat tangan anak-anak ketika bertemu, lantas bagaimana kalau dia lebih tua darimu?

عن سلمة بن وردان قال: رأيت أنس بن مالك يصافح الناس، فسألني: من أنت؟ فقلت: مولى لبني ليث، فمسح على رأسي ثلاثاً، وقال: "بارك الله فيك"

Dari Salamah bin Wardaan ia menuturkan, "Aku melihat Anas bin Malik menjabat tangan manusia, maka ia bertanya kepadaku, 'Engkau siapa?'. Aku menjawab, 'Maulaa Bani Laits'. Lalu ia mengusap kepalaku tiga kali seraya berkata, 'Semoga Allah memberkahimu". (HR. Bukhari di Adabul Mufrod, Syaikh Al-Albany mengatakan, "Shohihul Isnad")

Dari Al-Barro' bin 'Azib rodhiyallahu 'anhu ia berkata, "Termasuk kesempurnaan tahiyyah (salam) engkau menjabat tangan saudaramu". (HR. Bukhari di Adabul Mufrod, Syaikh Al-Albany mengatakan, "Isnadnya shohih mauquf").

Jawablah saudaraku! Bukankah dia juga seorang muslim? Apakah karena dia tidak berjenggot seperti dirimu dan celananya masih menutupi mata kaki??

Tidak saudaraku .. tidak! sejak kapan  salam dan jabat tangan hanya khusus untuk orang-orang yang penampilan sama sepertimu atau orang-orang yang menghadiri majelis ilmu saja?!

Sikapmu inilah yang barangkali dapat menghambat dakwah salafiyah di terima oleh kaum muslimin. Membuat mereka merasa dijauhi dan dipandang sebelah mata.

Saudaraku .. ketika engkau mengaku seorang salafy tetapi dengan sikap dan akhlakmu yang jauh dari akhlak salafus sholeh engkau telah ikut menghalangi dan menghambat dakwah yang hak ini.

Semoga Allah merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau berkata di  akhir kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah setelah menyebutkan pokok-pokok akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, "Kemudian mereka (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) disamping pokok-pokok ini, mereka mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran sesuai dengan apa yang diwajibkan syari'at. Mereka memandang tetap menegakan haji, jihad, sholat jum'at dan hari raya bersama para pemimpin yang baik maupun yang keji. Mereka menjaga (sholat) jama'ah, dan melaksanakan nasehat untuk umat. dan mereka meyakini makna perkataan Nabi shollallahu 'alaihi wa sallama,

المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا وشبك بين أصابعه

"Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang kokok saling menguatkan satu dengan lainnya". Lalu beliau menjalin di antara jari-jemarinya.(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa rodhiyallahu 'anhu)

Dan sabdanya,

مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر

"Perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mencintai, menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh merasakan sakit, seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur". (HR. Bukhari dan Muslim dari An Nu'man bin Basyir rodhiyallahu 'anhu)

Mereka mengajak bersabar menghadapi ujian, bersyukur ketika lapang, dan ridho dengan pahitnya qodho'.  Mereka mengajak kepada akhlak-akhlak yang mulia dan perbuatan-perbuatan baik, dan meyakini makna perkataan Nabi shollallahu 'alaihi wasallama,

أكمل المؤمنين إيمانًا أحسنهم خلقًا

"Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlak-akhlaknya". (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Mereka mendorong untuk menyambung hubungan dengan orang yang memutus hubungannya denganmu, memberi orang yang tidak mau memberimu, mema'afkan orang yang menzalimimu, memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtua, dan begitu juga mereka memerintahkan untuk menyambung silaturrahim, bertetangga dengan baik, melarang sifat angkuh, sombong, zalim dan merasa lebih tinggi dari makhluk dengan hak atau tidak dengan hak. Mereka memerintahkan kepada budi pekerti yang tinggi dan melarang dari akhlak yang tercela.

Dan seluruh apa yang mereka katakan dan kerjakan dari ini dan yang lainnya, sesungguhnya mereka dalam hal itu mengikuti Al Kitab dan As Sunnah. Jalan mereka adalah Dinul  Islam yang Allah mengutus Muhamad shollallahu 'alaihi wa sallama dengannya". (Al Akidah Al Wasithiyyah, hal. 129-131).

Saudaraku, aku yakin engkau adalah seorang yang berjiwa besar dan bisa berlapang dada menerima nasehat, karena itu marilah kita perbaiki kekurangan-kekurangan kita dalam meneladani akhlak salaf sehingga sempurna pula ittiba' kita kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama.

Semoga Allah Ta'ala membimbing kita untuk meniti jalan  Nabi shollallahu 'alaihi wa sallama dan mengikuti jejak-jejak salafush sholeh baik dalam akidah, ibadah, mu'amalah, akhlak, dan hubungan antara sesama, amin.

[1] An Nashiihah fiima Yajibu Muro'atuhu 'indal Ikhtilaaf, oleh Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily (13).

🍃 *Kisah dosen universitas islam madinah yg anti wahhabi* 🍃

Ini adalah kisah yang sungguh mengagumkan.
Ketika Universitas Islam di Madinah baru saja dibuka oleh Syaikh bin Baz rahimahullahu, tentunya beliau membutuhkan banyak ulama dari penjuru dunia Islam.

Sedangkan metode Syaikh bin Baz adalah beliau melakukan pendekatan kepada seluruh kelompok tanpa membedakannya. Siapa saja yang masuk ke rumah syaikh, bermulazamah kepada beliau, pasti tahu bahwa inilah manhaj Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

Namun beliau tidak pernah berkata suatu yang batil atau bahkan mengajak kepada kebatilan. Beliau juga tidak pernah mengingkari pelaku kebatilan dengan cara keras. Sebaliknya, beliau bersikap ramah, bergurau, mengunjungi mereka, tersenyum, memberikan hadiah dan memberikan bantuan kepada mereka atas setiap hal yang mendatangkan manfaat bagi Islam dan kaum muslimin.

Inilah metode dan manhaj Syaikh bin Baz. Barangsiapa mengatakan selain ini maka ia telah berdusta. Beliau selalu menasehati, mengajak kepada yang ma'ruf dan melarang dari yang mungkar.

Tetapi dengan penuh kelembutan, kesantunan, hikmah, bijaksana dan murah senyum.

Diantara para masyaikh yang didatangkan untuk mengajar di Universitas Islam Madinah adalah masyaikh ahli qiro'ah dari Mesir, diantara mereka adalah Syaikh Abdul Fattah al-Qadhi. Beliau termasuk salah seorang ulama yang mengoreksi mushaf terbitan Mujamma' al-Malik Fahd.

Syaikh Abdul Fattah ini termasuk ulama yang tidak ada tandingannya di zaman ini dalam ilmu qiro'ah dan ulumul Qur'an. Beliau adalah ulama yang pengetahuannya tentang ilmu Qur'an bagaikan samudera.

Sebelum berangkat ke Madinah, orang-orang Mesir sudah memperingatkan beliau bahwa dia akan mendatangi kaum (Wahhabi) yang bersifat begini dan begitu. Berhati-hatilah dalam berbicara dengan mereka, karena jika tidak mereka tidak akan memaafkanmu.

Akhirnya Syaikh pun berangkat ke Madinah. Di Madinah, beliau sangat waspada dan berhati-hati, hanya saja beliau orang yang tempramental, walau pandai berdebat, tetapi jika beliau murka, akan keluar dari mulut beliau perkataan yang tidak layak.

Semoga Alloh merahmati beliau.
Singkat cerita, beliaupun diberi jadwal mengajar di Jami'ah dan mulai mengajar. Pada suatu waktu di tengah mengajar, secara tidak sadar beliau mengucapkan "wan-nabi" (demi Nabi).

Orang-orang Mesir memang memiliki kebiasaan bersumpah dengan nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Tiba-tiba seorang mahasiswa berdiri dan berkata :

" Ya Syaikh! Anda telah bersumpah dengan nama Nabi, padahal beliau bersabda :

" Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Alloh maka ia telah kafir atau musyrik" ( Diriwayatkan Tirmidzi." )

Syaikh tiba-tiba langsung berubah seperti orang gila, marah-marah dan berkata, "Saya kafir ?! Saya Musyrik?! Saya yang mengajarkan al-Qur'an kepada kalian dan kalian mengatakan saya kafir atau musyrik ?!!"

Emosi beliaupun mulai naik dan berbicara kasar memaki-maki mahasiswa tersebut. Beliau mengatakan mahasiswa tersebut dengan ucapan buruk, dikatakan bodoh lah, tidak punya adab, tidak punya sopan santun, dan lain sebagainya.

Padahal mahasiswa tadi hanya menyampaikan sabda Rasulullah, " Barangsiapa bersumpah dengan selain nama Alloh maka dia telah kafir atau musyrik" .

Akhirnya terjadi keributan keras di kelas antara mahasiswa dan Syaikh sehingga kelas menjadi ricuh dan gaduh. Dengan kemarahan yang masih meluap-luap, syaikh langsung keluar dari kelas sembari berteriak-teriak,
"Kamu mengkafirkan saya?! Padahal saya adalah syaikh para ahli qiro'ah di Mesir! Apakah pada usia ini saya sudah menjadi kafir?! Setelah beruban seperti ini menjadi musyrik?!…" Beliau terus menceracau macam-macam…

Syaikh Abdul Aziz al-Qori', ketua panitia pengawasan penerbitan mushaf bertemu beliau dijalan, dan bertanya kepadanya, "ada apa ya syaikh? ada apa?"
Syaikh Abdul Fattah menjawab, "Anda tidak tahu apa yang dikatakan mahasiswa itu ? Mereka mengatakan saya telah kafir! Mengatakan saya begini dan begitu!"
Syaikh Abdul Aziz berkata, " Sudahlah ya syaikh, mereka itu hanya mahasiswa, masih anak-anak. Mereka tidak bermaksud mengkafirkan anda, mereka cuma ingin menasehati anda. Mungkin hanya salah ucap saja"

Syaikh Abdul Aziz yang menceritakan kisah ini kepada saya (Syaikh Muhammad Duwaisy) mengatakan bahwa beliau berupaya menenangkannya, dan akhirnya beliau mengajaknya untuk naik ke mobil beliau dan mengajak ke rumahnya.

Yang jelas, hari itu adalah hari terburuk bagi Syaikh Abdul Fattah. Beliaupun memutuskan untuk mengakhiri kontraknya mengajar di Jami'ah dan mempacking barang-barangnya untuk segera pulang ke Mesir, karena beliau mendengar bahwa kaum ini (Wahhabi) tidak akan memaafkan jika ada seseorang berbuat salah, mereka akan menghukumnya dengan hukum yang sangat keras.
Semenjak pagi Syaikh bin Baz sudah mendengar kejadian tersebut. Beliau pun menelpon Syaikh Abdul Aziz al-Qori untuk menjemput Syaikh Abdul Fattah dan membawa beliau ke kantornya.

Keesokan harinya, Syaikh Abdul Aziz dan Syaikh Abdul Fattah mendatangi kantor Syaikh bin Baz. Syaikh Abdul Fattah mengira bahwa dirinya akan diberhentikan dan dipecat. Beliau membayangkan bahwa Syaikh bin Baz akan mengatakan, " Wahai Abdul Fattah,sesungguhnya kamu melakukan kesalahan yang besar, karena itu tidak ada tempat di sini bagi orang yang bersumpah dengan selain nama Alloh dan mengajarkan hal itu kepada anak didik kami di Universitas."

Kira – kira coba anda bayangkan apa yang dilakukan Syaikh bin Baz?! Ketika Syaikh Abdul Fattah tiba, Syaikh bin Baz langsung bangkit menuju pintu, padahal beliau orang yang buta, dalam rangka menyambut dan menyalami Syaikh Abdul Fattah, beliau berkata : " Bagaimana kabar anda ya Syaikh Abdul Fattah ?

Bagaimana keadaan Anda ? Bagaimana di Jami'ah, senangkah Anda tinggal di sini? tinggal di Madinah?…"
Kemudian Syaikh bin Baz mempersilakan Syaikh Abdul Fattah duduk di samping beliau, lalu berkata kepadanya : " Ya Syaikh, anda kan tinggal sendirian di Madinah, bagaimana jika kami menikahkan Anda di sini agar Anda merasa nyaman dan ada yang melayani Anda?"

Syaikh Abdul Fattah terheran-heran, sebab tadi malam beliau mengira bahwa hari ini adalah hari terakhirnya di kota Nabi Madinah. Namun Syaikh bin Baz sepertinya mengubah tema pembahasan dan sama sekali tidak membahas ucapan keliru Syaikh Abdul Fattah.

Beliau sama sekali tidak mengatakan, "anda telah salah, tidak faham sedikitpun! ahli bid'ah! orang sesat! miskin!!!…" Tidak, Syaikh bin Baz sama sekali tidak mengatakan demikian, karena hal ini adalah tidak pantas.

Syaikh Abdul Fattah sebenarnya adalah orang yang mudah untuk menerima kebenaran. Hanya saja perlu cara dan teknik tertentu agar beliau bisa menerima kebenaran dengan mudah.
Syaikh bin Baz terus saja menyenangkan hati beliau, bergurau dengannya dan sampai akhirnya Syaikh bin Baz berkata kepadanya, " Wahai Syaikh, para mahasiswa itu terkadang tidak faham bagaimana cara berbuat sopan di hadapan para masyaikh. Karena itu seharusnya Syaikh bisa bersikap bijak terhadap mereka dan bersabar atas perlakuan mereka."

Syaikh kemudian menjelaskan kepada beliau, " Anda wajib mengajarkan kepada mereka sopan santun, menjadikan mereka terdidik, bertindak bijak terhadap mereka, tidak mudah emosi akan kesalahan yang ada pada mereka. Anda sendiri pasti tahu bahwa
Anda adalah orang yang lebih pandai dari kita semua. Kita harus bersabar menghadapi mereka dan berdiskusi dengan mereka dengan cara yang hikmah."

Akhirnya Syaikh Abdul Fattah melunak hatinya dan mengatakan "Baiklah Syaikh", karena beliau tahu bahwa tindakannya kemarin adalah sangat tidak pantas.
Syaikh Abdul Aziz al-Qori, yang menceritakan hal ini kepada saya mengatakan, "Setelah itu kami keluar dari kantor dengan rasa penuh hormat dan kemuliaan. Kami pun beranjak keluar dari area Jami'ah.

Kemudian saya bertanya kepada Syaikh Abdul Fattah, "Anda mau pergi ke mana wahai Syaikh?"
Syaikh menjawab, "Saya ingin pulang ke rumah."
Saya berkata, "Baiklah, saya akan mengantarkan Anda ke rumah."
Kemudian Syaikh Abdul Fattah naik mobil bersamaku, kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata, "Wahai Syaikh Abdul Aziz al-Qori, saya punya permintaan."

Saya menjawab, " Apa permintaan Anda?".
Beliau menjawab, "Orang-orang Wahhabi ini, saya ingin membaca buku-buku mereka."
Saya berkata, "baiklah".

Setelah itu saya pilihkan beberapa buku karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan beberapa ulama lainnya, lalu kuberikan kepada beliau. Setelah itu beliau membacanya selama seminggu penuh tanpa henti siang dan malam."
Syaikh Abdul Aziz al-Qori melanjutkan, " Seminggu kemudian saya mengunjungi beliau dan bertanya padanya, " Bagaimana buku-buku yang telah Anda baca? Bagaimana pendapat Anda tentangnya?"

Beliau menjawab, "Demi Alloh! Kalian semua adalah benar dan dulu Saya yang salah. Adapun orang-orang ahlus sunnah yang saya temui, mereka jauh sekali dari praktik yang terdapat dalam buku-buku ini. Saya sekarang sudah mengetahui kebenaran tersebut. Demi Alloh ! Saya dulu meyakini bahwa kalian adalah orang-orang yang begini dan begitu…
mudah-mudahan Alloh mengampuniku."

🌿Wahai saudara-saudaraku…

Apa yang mendorong beliau untuk membaca kebenaran dan puas menerimanya?! Jawablah pertanyaanku…
Tentunya ini semua dengan adab, kelemah lembutan, akhlaq yang mulia, kesabaran, sopan santun dan memenuhi kewajiban hak-hak seorang muslim, bukannya malah tindakan menghajr, membenci, mengucilkan dan lain sebagainya.

Wahai saudara-saudaraku…
Inilah akhlaq seorang alim besar, yang saya yakin bahwa saya dan anda bersepakat akan keilmuannya

Adakah kita mau mengambil dan memetik faidah ini?!
Maukah kita bercermin kembali, sudahkah akhlaq kita mencerminkan akhlaqnya para salaf yang shalih?!

Ataukah kita malah gemar menghujat, mencemooh, mencela, mengucilkan, bahkan sampai menvonis bid'ah secara serampangan?!

Memang benar kiranya ucapan Syaikh al-Albani, bahwa *" ajarkan aqidah kepada ummat dan ajarkan akhlaq kepada salafiyyin"*.
Karena memang sebagian saudara kita salafiyyin butuh untuk lebih mempelajari akhlaq.
@Fb  : ust Muhammad Didik Hariyanto

Damar Muhisa

Friday, September 23, 2016

APAKAH SEORANG PENUNTUT ILMU MEMULAI DENGAN MEMBACA KITAB-KITAB ATAU MENGHAPAL AL-QURAN LEBIH DULU

Friday, September 23, 2016 0


📝 Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin

📢 APAKAH SEORANG PENUNTUT ILMU MEMULAI DENGAN MEMBACA KITAB-KITAB ATAU MENGHAPAL AL-QURAN LEBIH DULU?

❓Pertanyaan :

Semoga Allah menjagamu. Ada seorang bertanya : Seorang penuntut ilmu, apakah ia memulai dengan menghapal Al-Quran atau membaca kitab-kitab ilmu?

✅ Jawaban :

Tidak, Demi Allah. ☝Hendaknya ia mendahulukan untuk menghapal Al-Quran.

Menghapal Al-Quran, tidak ada satupun sebelumnya dari pelajaran-pelajaran yang dihapal manusia, karena Al-Quran adalah Kalamullah,
🔹membacanya adalah ibadah,
🔹mentadabburinya adalah ibadah,
🔹mengamalkan apa yg ditunjukkan olehnya adalah ibadah,
🔹membenarkan kabar yang ada di dalamnya adalah ibadah,
🔹Ia adalah sebaik-baiknya kitab yang diturunkan Allah Ta'ala,
🔹Ia lebih utama dari kitab-kitab yang ditulis manusia dan tidaklah sebanding,

👉 Maka hendaklah manusia memulai dengan menghapal Al-Quran,
👉 kemudian menghapal hadits-hadits shahih dari Nabi ﷺَ, seperti 'Umdatul Ahkam milik Abdulghani Al-Maqdisy rahimahullah. Ia merupakan kitab yang sangat ringkas dalam masalah hukum.
👉 Setelah itu, ia mempelajari kitab yang mudah baginya dari kitab-kitab aqidah dan yang lainnya.

📚 Sumber : Silsilah Fatawa Nur 'alad Darb (kaset no. 344)

هل يبدأ طالب العلم بقراءة الكتب أم بحفظ القرآن الكريم ؟

السؤال:  

حفظكم الله. هذا سائل يقول: طالب العلم هل يبدأ بحفظ القرآن الكريم أم بقراءة كتب العلم؟

الجواب:

الشيخ: لا والله، يبدأ بحفظ القرآن حفظ القرآن لا شيء قبله مما يحفظه الإنسان؛ لأن القرآن كلام الله، وتلاوته عبادة، وتدبره عبادة، والعمل بما يدل عليه عبادة، وتصديق خبره عبادة، فهو أفضل الكتب المنزلة من الله عز وجل، وأفضل من الكتب المؤلفة من الناس ولا سواء، فليبدأ الإنسان بحفظ القرآن الكريم ،ثم بما صح من سنة الرسول صلى الله عليه وعلى آله وسلم: كعمدة الأحكام للحافظ عبد الغني المقدسي رحمه الله، فإنه كتاب مختصر جداً في الأحكام ،ثم بما تيسر له من كتب أهل العلم في العقيدة وغيرها.

المصدر: سلسلة فتاوى نور على الدرب > الشريط رقم [344]

رابط المقطع الصوتي
http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/Lw_344_15.mp3

➖➖➖➖➖
➡Didukung oleh group
WA FirqotunNajiyyah
berisi tausiyah, kajian kitab, ilmu dan info bermanfaat, info kajian, dan berkumpulnya pedagang muslim, ingin bergabung ketik:
Daftar Nama thn lahir Kota
kirim ke
0856 4567 8232 (wa),barakallah fiikum, bantu share ya...

Damar Muhisa

Ibadah Imam Bukhari Selama Menulis Kitab Shahih


Al-Farbari mengatakan,
قال لي البخاري: ما وضعت في كتابي الصحيح حديثاً إلا اغتسلت قبل ذلك وصليت ركعتين
Al-Bukhari pernah bercerita kepadaku, "Setiap kali aku hendak meletakkan satu hadis dalam kitab shahihku, aku mandi terlebih dahulu kemudian shalat 2 rakaat." (Tahdzib al-Asma, an-Nawawi, hlm. 101. Juga disebutkan Ibnu Hajar dalam Tahdzib at-Tahdzib, 9/42).

Dalam shahih Bukhari ada sekitar 7560an hadis. Jika untuk satu hadis beliau shalat 2 rakaat, berarti selama beliau menulis kitab shahih, beliau melaksanakan shalat sekitar 15.120 rakaat. Shalat yang beliau maksud adalah shalat istikharah. Untuk memantapkan hati pada pilihan bahwa hadis ini dimasukkan ke kitab shahihnya.

Kita bisa bayangkan betapa besar perjuangan Bukhari dalam menulis kitab shahihnya. Diceritakan bahwa beliau menulis kitab shahih Bukhari selama 16 tahun. (al-Hadits wal Muhaditsun, hlm. 378).
tulisan ustadz Ammi Nur Baits di grup wa ngaji bareng

Damar Muhisa

Terkait Hukum Parkir

Ini bukan masalah manusiawi atau bukan, tapi ini masalah hukum -hukum muamalah.
Hal ini pernah disampaikan dalam kajian Al-Fadhil Ustadz Aris Munandar tengang hukum tukang parkir. Beliau menyitir sebuah ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil….". (QS. An-Nisa': 29).
Seingat saya (dah lama sekali) waktu kajian , tukang parkir pekerjaan haram dan termasuk mengambil harta yang bukan haknya. (mohon dikoreksi jika saya salah)
Sekali lagi yang saya seingat waktu itu karena tukang parkir berada dilahan umum. Misal kita cuma mau fotokopi yg barang 100 perak perlembar, harus ngeluarkan kocek tambahan 1000/motor, atau kita cuma cek atm doang g sampai 5 menit dah ditarik parkir
Berbeda hal keadaan dengan jasa penitipan sepeda motor yang berada area milik pribadi yang biasanya dihitung perhari yg kadang2 berada diperempatan dan terminal.
Banyak kasus sekarang kalau lihat preman2 itu kelahi sampai terbunuh demi rebutin lahan parkir kan jelas disana ada pundi2 rupiah to.. searching saja yo kasus2 kayak gini di jakarta
Oke, kembali ke topik..
Jika parkir sebagai akad wadiah/penitipan barang. Maka ada konsekuensinya yaitu ketika barang hilang/rusak wajib diganti.
Karena kebanyakan parkir adalah fasilitas umum dan semua orang punya hak yg sama untuk menikmati. Maka parkir termasuk bagian perampasan hak-hak orang lain.
أَلاَ لاَ تَظْلِمُوا ، أَلاَ لاَ تَظْلِمُوا ، أَلاَ لاَ تَظْلِمُوا ، إِنَّهُ لاَ يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ إِلاَّ بِطِيبِ نَفْسٍ مِنْهُ
"Janganlah kalian berbuat zhalim (sampai 3 kali). Sesungguhnya tidak halal harta seseorang muslim kecuali dengan kerelaan dari pemiliknya." [HR. Imam Ahmad]
Mohon maaf jika salah, semoga ustadz Ammi mau mengoreksinya
sumber: Abu Najmah @wa ngaji bareng

Thursday, September 15, 2016

Pempek Ikan Apa aja ala saya

Thursday, September 15, 2016 1

Bahan
500g daging ikan apa aja giling
500g tepung tapioka/kanji/sagu boleh kurang  boleh lebih
3 sdm tepung terigu
1 saset kaldu
½ sdt micin (ini sy pakai.. ga pake gpp.. soalnya sy gak anti msg)
telur secukupnya (klo mau bikin kapal selam.. dan cari telur yg kecillll aja)
air rebusan tulang² sisa filetan didinginkan/kulkas.

bahan kuah:
1 liter air
2 jempol tgn (kira2) asam jawa
1 batok gula jawa (yg besar)
2 sdt ebi
7 bawang putih
cabai kriting (selera)
cabai rawit (selera)
sedikit cuka..

saya bikin cukonya:
1. blender ebi+bw putih+cabe
2. campurkan semua bahan kecuali cuka
3. rebus
4. tambahkan sedikit cuka sesuai selera
5. saring. siap
#kalo ada yg ndak suko pedas.. pisahkam cabai. rebus sendiri. blender sendiri.. kalo mau makan baru ditambahkan.
#lebih mantab lg cuko diinapkan semalam..

cara SAYA bikin adonan:
1. campur semua tepung aduk.. kemudian masukkan daging..
2. campur air rebusan (dingin) dg kaldu+micin.
3. masukkan campuran air rebusan tsb ke campuran tepung+daging sedikit-sedikit.. aduk.. kalau terlalu lembek tambahkan tepung.. kalau terlalu kaku tambahkan air.. sampe bisa dibentuk tetapi tidak lengket ditangan alias kalis..
4. bentuk sesuai selera. untuk kapal selam.. bentuk seperti gelas.. masukkan telur (dikurangi putihnya..banyak) atau kadang sy aduk kuning+putih telur (ngirit)
5. masukkan ke dlm air mendidih sampai naik/mengambang.. angkat tiriskan..
6. jika mau bisa langsung digoreng.. kalau mau lebih empuk dikukus lagi dulu..

dah gitu aja..
ntar kalo ada yg kelupaan disusulin


Damar Muhisa

#masakan #pempek

BANANA CAKE /CAKE PISANG


ga pake mikser..

BAHAN :
250 gram tepung serba guna
150 gram gula Pasir
200 ml minyak goreng
4 atau 5 biji pisang ambon yg besar dan sangat masak
4 butir telur
1 sdt baking soda
1 sdr baking powder
2 sdt vanilli
2 sdm gula merah

CARA MEMBUATNYA :

pencet2/hancurkan pisang menggunakan garpu hingga halus
Masukkan gula pasir dan gula merah dan diaduk rata

Tuangkan minyak kedalamnya dan campur dengan bahan lainnya hingga rata

masukkan telor dan vanilla dan aduk hingga rata
Ayak Tepung,baking soda,baking powder dan masukkan kedalam adonan . Campur kesemuanya hingga benar2 tercampur rata ,

Tuang kedalam Loyang yg telah diolesi minyak dan ditaburi tepung tipis2 agar tidak lengket nanti cakenya

Panggang dengan panas 180 derajat celcius hingga matang kira2 40 menit ,

Selesai dan selamat mencoba

Damar Muhisa

#bananacake #baking

Wednesday, September 7, 2016

Dalam keyakinan LDII kelompok diluarnya adalah kafir?

Wednesday, September 7, 2016 0

Pertanyaan:

Ustadz, perkenalkan saya adalah seorang istri dari seorang pria yang menjadi anggota kelompok LDII. Dulu pun saya termasuk anggota. Kini saya bingung dengan posisi saya, karena dalam keyakinan LDIIkelompok diluarnya adalah kafir. Dalam kesendirian saya di tengah perkampungan komunitas LDII saya khawatir akan terseret lagi. Untuk itu saya mohon advisnya. Jazakallahu khairan. (Akhwat , Yogyakarta)

Jawaban:

Sebelum saya menjawab pertanyaan ukhti, sebaiknya kita runut terlebih dahulu beberapa penyimpangan kelompok yang disebut Islam jama'ah atau LDII. Semoga juga bermanfaat bagi saudara-saudara kaum Muslimin yang lainnya:

A. Sikap mereka terhadap kaum Muslimin diluar jama'ah mereka. Orang Islam diluar kelompok mereka dianggap kafir. Dalil mereka adalah:

"Mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun, mengabarkan kepada kami Baqiyah, mengabarkan kepadaku Shafwan bin Rustum dari Abdur-Rahman bin Maisarah dari Tamim al-Dari, ia berkata; 'Di zaman Umar kebanyakan orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan rumah. Berkatalah Umar; 'Wahai golongan Arab! Ingatlah tanah..tanah! Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa jama'ah (persatuan) dan tidak ada jama'ah tanpa Imarah (kepemimpinan) dan tidak ada Imarah/kepemimpinan tanpa ketaatan (kepatuhan). Barangsiapa yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya karena ilmunya/pemahamannya maka akan menjadi kehidupan bagi dirinya sendiri dan juga bagi mereka, dan barangsiapa yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya tanpa memiliki ilmu/pemahaman, maka akan menjadi kebinasaan bagi dirinya dan juga bagi mereka.""

Ucapan Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu tersebut bila ditinjau dari segi ilmu hadits (maka) sanad-nya lemah, dengan dua sebab:
Shafwan bin Rustum adalah majhul (tidak diketahui kredibilitasnya). Hal ini dinyatakan oleh al-Dzahabi dalam kitabnya Lisanul Mizan 3/191, dan disetujui oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Mizanul-I'itidal 3/433.

Inqitha' antara Abdur-Rahman bin Maisarah dengan sahabat Tamim ad-Dari yang meriwayatkan ucapan sahabat Umar bin Khatthab ini.
Seandainya hadits itu shahih, justru ucapan Umar ini menjadi hujjah (alasan) atas (argumentasi yang melemahkan / mengoreksi) orang-orang LDII yang telah mem-bai'at orang yang tidak berilmu, bahkan banyak salah paham atau bahkan sengaja salah paham. La haula wala quwwata illa billah.
Oleh Nur Hasan Ubaidah, pendiri embrio LDII, (hadits ini) ditafsirkan secara terbalik; "Jika tidak taat kepada amir, maka lepas bai'atnya, jika lepas bai'atnya, maka tidak punya amir, kalau tidak punya amir, maka bukan jama'ah, jika bukan jama'ah, maka bukan Islam, kalau bukan Islam, apa namanya kalau tidak kafir."
Bahkan kalau bicara tentang pentingnya jama'ah, mereka mengatakan; "Saudara-saudara sekalian, kalau diantara saudara ada yang punya pikiran, ada yang punya sangkaan bahwa diluar kita (diluar jama'ah Ubaidah) masih ada yang masuk Surga tanpa mengikuti kita, maka sebelum berdiri, saudara sudah faroqol-jama'ah (memisahkan diri dari jama'ah), sudah kafir, dia harus tobat dan bai'at kembali, jika tidak, maka dia akan masuk neraka selama-lamanya."

Itulah bukti kebohongannya yang amat dahsyat, hingga mengkafirkan hanya berlandaskanmanqul bikinan dan dikuatkan dengan ucapan Umar yang dari sisi sanad-nya dha'if, padahal hadits ini tidak bisa dijadikan dalil apalagi untuk mengkafirkan orang. Dari sinilah mereka memiliki keyakinan yang menyimpang dan menyesatkan terhadap orang-orang di luar jama'ah mereka, di antaranya:
Orang Islam diluar kelompok mereka dianggap najis, meski orangtua sendiri pun. Kalau ada orang diluar kelompok shalat di masjid mereka, bekas shalat orang tersebut harus dicuci kembali. Kalau ada orang diluar kelompok bertamu, bekas tempat duduk tamu tersebut harus dicuci karena najis. Pakaian mereka yang dijemur dan diangkat oleh orangtua mereka yang bukan kelompoknya harus dicuci kembali karena dianggap terkena najis.

Wajib bai'at dan taat pada amir/imam mereka.
Mati dalam keadaan belum di-bai'at oleh imam/amir, dianggap mati jahiliyah.
Haram memberikan daging qurban atau zakat fithri kepada orang diluar kelompok.
Harta benda diluar kelompok halal untuk diambil walau dengan cara apapun (asal tidak tertangkap saja).

Haram shalat di belakang orang yang bukan kelompok mereka, kalaupun ikut shalat tidak usah berwudhu karena toh shalatnya harus diulangi.
Haram kawin dengan orang di luar kelompok mereka.

B. Sistem manqul
LDII memiliki sistem manqul. Manqul menurut Ubaidah Lubis adalah; "Waktu belajar harus tahu gerak lisan/badan guru; telinga harus mendengar, dapat menirukan amalannya dengan tepat. Terhalang dinding atau lewat buku tidak sah. Murid tidak dibenarkan mengajarkan apa saja yang tidak manqul sekalipun menguasai ilmu tersebut, kecuali telah mendapat ijazah dari guru, baru boleh mengajarkan seluruh isi buku yang telah diijazahkan kepadanya itu."

Di Indonesia ini satu-satunya ulama yang ilmu agamanya manqul hanyalah Nur Hasan Ubaidah Lubis. Hal ini bertentangan dengan ajaran nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang memerintahkan agar siapa saja yang mendengarkan ucapannya hendaklah memeliharanya, kemudian disampaikan kepada orang lain, dan Nabi tidak pernah memberikan ijazah kepada para Sahabat radhiyallahu 'anhuma.
"Semoga Allah membaguskan orang yang mendengarkan ucapan lalu menyampaikannya (kepada orang lain) sebagaimana apa yang didengar." (Syafi'i dan Baihaqi)

Dalam hadist ini Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan orang yang menyampaikan sabdanya kepada orang lain seperti yang didengarnya. Adapun cara atau alat yang dipakai untuk mempelajari dan menyampaikan hadits-haditsnya tidaklah ditentukan. Jadi bisa disampaikan dengan lisan, dengan tulisan, audio, video, dan lain-lain.

Ajaran manqul Nur Hasan ini terlalu mengada-ada. Tujuannya membuat pengikutnya fanatik, tidak dipengaruhi oleh pikiran orang lain, sehingga sangat tergantung dan terikat dengan apa yang digariskan oleh amir-nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala menghargai hamba-hamba-Nya yang mau mendengar ucapan, lalu menyeleksinya mana yang lebih baik untuk diikutinya.
"Berilah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengar perkataan lalu mengikuti apa yang diberi Allah petunjuk, dan mereka itulah orang yang mempunyai akal." (QS. az-Zumar : 17-18)

C. Dosa-dosa bisa ditebus lewat sang amir/imam, besar tebusan tergantung dari besarnya dosa yang diperbuat yang (mana tebusan ini) ditentukan oleh amir/imam.

D. Wajib membayar infak 10% dari penghasilan per bulan, sedekah, dan zakat kepadaamir/imam. Haram membayarkannya pada pihak lain.

E. Harta, uang, infaq, sedekah yang sudah diberikan kepada amir/imam tidak boleh ditanyakan kembali catatannya atau digunakan untuk apa saja. Sebab kalau menanyakan kembali harta, zakat, infak dan sedekah yang pernah dikeluarkan dianggap sama dengan menelan kembali ludah yang sudah dikeluarkan.

F. Kesimpulan.
LDII adalah nama lain dari kelompok yang menamakan diri sebagai Darul-Hadits, Islam Jama'ah, atau Lemkari yang didirikan oleh Madigol alias Nur Hasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa). Setelah Madigol meninggal pada hari Sabtu tanggal 12 Maret 1982, tahta kerajaan LDII diwarisi oleh putranya yang tertua yaitu Abduzh-Zhahir Nur Hasan sebagai imam/amir dan di-bai'at di hadapan jenazah mendiang ayahnya sebelum dikuburkan dengan disaksikan seluruh amir/imam daerah. Hasyim Rifa'i yang pernah ditugaskan oleh pihak IJ (Islam Jama'ah) untuk keliling ke berbagai wilayah di dalam dan di luar negeri menyebutkan bukti-bukti bahwa mereka menganggap golongan selain IJ/LEMKARI/LDII adalah kafir.
Mereka menganggap orang Islam di luar golongan adalah ahli kitab, sedang yang lain kafir.

Dalam menanamkan keyakinan pada murid-murid mereka mengatakan:
Kalau saudara-saudara mengira di luar kita masih ada orang yang bisa masuk surga maka sebelum berdiri, saudara sudah kafir (faroqol-jama'ah/memisahkan diri dari jama'ah), sudah murtad harus tobat dan di-bai'at kembali.
Orang keluar dari jama'ah kok masih ngaji, shalat dan puasa, itu lebih bodoh daripada orang kafir, sebab orang-orang kafir tahu kalau akan masuk neraka, maka mereka hidup bebas.

Pengunggulan kelompok sendiri dan memastikan Muslimin selain kelompoknya masuk neraka seperti itu jelas sifat Iblis yang telah dijabarkan al-Qur'an yang telah menipu Adam dan Hawa. Sedang rangkaian kerjanya, bisa dilihat bahwa mereka sangat berat menghadapi orang alim agama, sebagaimana setan pun berat menghadapi orang alim agama.
Itulah kenyataan yang dikemukakan oleh Hasyim Rifa'i dan para petinggi Islam Jama'ah/LEMKARI/LDII yang telah keluar dari kungkungan aliran yang pernah dilarang tersebut.
Kalau setan yang dinyatakan Allah sebagai musuh manusia itu telah mengajari manusia untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal alias mengadakan syari'at, IJ/LEMKARI/LDII pun begitu. Sang amir mewajibkan pengikutnya setor penghasilan masing-masing 10% (usyur) untuk amir tanpa boleh menanyakan untuk apa.
Lebih parah lagi dari penuturan para mantan anggota Islam Jama'ah diketahui bahwa sang amirmenjamin anggota jama'ah masuk surga. Padahal hanya Dajjal-lah yang berani membuat pernyataan sedahsyat itu. Akhlak Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak tercermin dalam tingkah laku amir pendiri IJ. Riwayat hidupnya penuh mistik dan perdukunan, melarikan perempuan, menceraikan tiga belas istrinya –menurut penelitian Litbang Depag RI– memungut upeti 10% dari masing-masing jama'ah dengan sertifikat atas nama pribadi, diketahui pula bahwa dia punya ilmu pelet untuk menggaet wanita, baik yang lajang maupun berstatus istri orang.
Terhadap Allah mereka berani membuat syari'at sendiri (seperti mewajibkan jama'ahnya setor sepuluh persen penghasilan kepadanya), terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dia) menyelisihi akhlak Beliau namun mengklaim dirinya sebagai amir yang harus ditaati jama'ah, kepada para ulama ia mencaci–maki dengan amat keji dan kotor, dan kepada umat Islam ia menajiskan dan mengkafirkan, serta memvonis masuk neraka. Sedang kepada wanita ia amat berhasrat, hingga dengan ilmu-ilmu yang dilarang Allah, yakni sihir pelet pun ditempuh.

Itulah jenis kemunafikan dan kesesatan yang nyata, yang dia sebarkan sejak tahun 1941, danalhamdulillah telah dilarang oleh Kejaksaan Agung tahun 1971. Namun dengan liciknya ia bersama pengikutnya berganti–ganti nama dan bernaung di bawah Golkar, maka kesesatan itu justru lebih mekar dan melembaga sampai kini ke desa–desa hampir seluruh wilayah Indonesia bahkan ke negara–negara lain dengan nama LDII. Begitulah berbagai penyimpangan dalam kelompok tersebut. Memang beberapa waktu terakhir mereka kelihatan mulai membuka diri terhadap kaum Muslimin lainnya. Tetapi hakikatnya keyakinan-keyakinan tersebut masih ada pada diri mereka dan mereka sembunyikan untuk mengelabui orang-orang diluar kelompok mereka.
Nasehat saya kepada ukhti penanya, yang pertama memohon kepada Allah untuk memberikan hidayah kebenaran kepada suaminya dan orang-orang yang tertipu dengan jama'ah ini dan mengembalikannya kepada jalan kebenaran.
Yang kedua, untuk selalu dan tidak letih-letihnya memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang hikmah dan kalau harus berdiskusi atau berdebat, maka dengan cara dan jalan yang terbaik, baik dengan dalil-dalil dari al-Qur'an ataupun as-Sunnah atau dengan logika yang tepat dan bisa diterima oleh akal sehat.
Yang ketiga, berkhidmatlah kepada suami dengan sepenuh hati, tampakkan kepadanya akhlak yang mulia, patuhlah kepadanya dalam perkara-perkara yang ma'ruf adapun bila ia mengajak pada perkara maksiat atau penyimpangan maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah, dan jagalah keharmonisan rumah tanggamu dengan berbuat ihsankepadanya dan jangan meminta cerai kepadanya karena ini akan membuka pintu setan untuk menghancurkan rumah tanggamu.
Yang terakhir, belajar dan belajarlah ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai dengan yang dipahami generasi yang terbaik dari umat ini, yaitu para sahabat dan para Imam yang mulia dari kalangan ulama umat ini. Dengan ini semua, dirimu akan terjaga dari berbagai fitnah dan syubhat yang ada di sekitarmu, sebagaimana yang dijanjikan oleh AllahTa'ala. Wallahu Waliyyut-Taufiq.

Dijawab oleh al-Ustadz Abu Saad, M.A.

 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates