Monday, October 30, 2017

Peta asal para imam ahli hadits

Monday, October 30, 2017 0

1. Imam Abu Hanifah - Kufah - Iraq (80 - 150 H)
2. Imam Malik bin Anas - Madinah - (93 - 179 H)
3. Imam Asy Syafi'i - Gaza Palestina (150-204 H)
4. Imam Ahmad - Baghdad Iraq (164 - 241 H)
5. Imam Al Bukhari - Bukhara Uzbekistan ( 194 -256 H)
6. Imam Muslim - Neyshabur Iran (204 - 261 H)
7. Imam Abu Dawud - Sistan Iran - Afganistan (202 - 275H)
8. Imam At Tirmidzi - Termiz Uzbekistan (209 - 279 H)
9. Imam An Nasa'i - Nasa Turkmenistan (215-303 )
10. Imam Ibnu Majah - Qaswin Iran (209 - 273 H)
Kalau diperhatikan maka Al Imam Al Bukhari rahimahllulloh ta'ala adalah yg asalnya paling jauh dari Makkah - Madinah

Sunday, October 8, 2017

*Memandikan dan Mengkafani Jenazah Korban Mutilasi*

Sunday, October 8, 2017 0

Pertanyaan:

Mohon maaf, mau tanya.

Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan korban mutilasi yang dibuang di jalan tol. Jika kita menjumpai semacam itu, bagaimana cara memandikan dan mengkafani jenazah korban mutilasi?

Terima kasih jawabannya, mohon maaf jika merepotkan.

Dari: Imma

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu 'ala rasulillah, amma ba'du,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

«لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ الْهَرْجُ» قَالُوا: وَمَا الْهَرْجُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «الْقَتْلُ الْقَتْلُ»

"Kiamat tidak akan terjadi, sampai banyak terjadi al-haraj." Para sahabat bertanya, 'Apa itu al-haraj wahai Rasulullah?' beliau menjawab, "Pembunuhan dan pembantaian." (HR. Muslim 157).

Hadis ini memberikan gambaran kepada kita, perjalanan kepribadian manusia ketika  semakin jauh dari masa kenabian. Kecenderungan untuk menjauh dari aturan syariah, membuat mereka semakin bengis dan kejam. Tidak hanya puas dengan membunuh, penganiayaan harus berlanjut pada mutilasi. Mari kita perbanyak berdoa memohon kepada Allah, agar diselamatkan dari ujian kehidupan.

Selanjutnya, terkait cara memandikan dan mengkafani korban mutilasi, berikut kami kesimpulan keterangan ulama hanafi,

Pertama, Burhanudin Ibnu Mazah mengatakan,

وإن أوجد شيئاً من أطراف ميت كيد أو رجل أو رأس لم يغسل ولم يصلِ عليه، ولكنه يدفن

Jika hanya ditemukan potongan tubuh mayit, seperti tangan atau kaki, atau kepala saja, dia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan, namun langsung dimakamkan.

Kemudian beliau menyebutkan keterangan dari Imamnya, disebutkan oleh al-Hasan bin Ziyad dari Abu Hanifah, beliau mengatakan,

إذا وجد أكثر البدن غسل وكفن وصلي عليه ودفن. وإن كان نصف البدن، ومعه الرأس غسل وصلي عليه ودفن

Jika ditemukan potongan tubuh mayat yang lebih utuh, dia dimandikan, dikafani, dishalati, dan dimakamkan. Dan jika ditemukan separoh jasad dan ada kepalanya maka dikafani, dimandikan, dishalati, dan dimakamkan.

Beliau juga mengatakan,

وإن كان مشقوقاً نصفين طولاً، فوجد منه أحد النصفين لم يغسل، ولم يصلِ عليه، ولكنه يدفن لحرمته، وإن كان نصف البدن بلا رأس غسل، ولم يصلِ عليه. وإن كان أقل من نصف البدن ومعه الرأس غسل وكفن ودفن ولا يصلى عليه

"Jika terbelah memanjang separoh, dan ditemukan hanya separohnya, maka tidak dimandikan, tidak dishalati, namun dikubur dalam rangka memuliakan jasadnya. Jika ditemukan separoh jasad melintang tanpa kepala maka dimandikan dan tidak dishalati. Jika kurang dari separoh jasad dan ada kepalanya, dia dimandikan, dikafani, dikuburkan dan tidak dishalati." (al-Muhith al-Burhani, 2:364).

Kedua, keterangan dalam Hasyiyah Ibn Abidin,

لو وجد طرف من أطراف إنسان أو نصفه مشقوقا طولا أو عرضا يلف في خرقة إلا إذا كان معه الرأس فيكفن

"Jika ditemukan potongan anggota badan manusia atau ditemukan separoh badan terbelah memanjang atau melintang, cukup dibungkus dengan kain (tidak dimandikan), kecuali jika ada kepalanya maka dia dikafani." (ar-Raddul Mukhtar, 2:222).

Dari beberapa keterangan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan,

1. Potongan jasad mayat, ada yang disikapi sebagai layaknya manusia utuh dan ada yang disikapi bukan sebagai manusia.

2. Potongan jasad yang disikapi sebagaimana layaknya manusia, wajib dimandikan, dikafani, dishalati dan dimakamkan sebagaimana layaknya jenazah. Sebaliknya, potongan jasad yang tidak disikapi sebagaimana layaknya manusia, tidak dimandikan dan tidak dishalati, tapi cukup dibungkus dengan kain dan dikuburkan.

3. Potongan yang disikapi sebagai jasad manusia utuh:

Potongan jasad mayat yang lebih dari separoh, meskipun tanpa kepala

Potongan kurang dari separoh badan bersama kepala

4. Potongan yang disikapi BUKAN sebagai jasad manusia utuh

Hanya potongan anggota badan, seperti tangan, kaki

Hanya potongan separoh tanpa kepala.

Allahu a'lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

Termasuk salah satu sunnah yang ditinggalkan

Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam Apabila membaca ayat :

أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ على أَنْ يُحيىَ المَوْتَى 
Maka mengucapkan :
 سبحانك فبلى 
(subhaka fabalaa)

Kemudian apabila beliau membaca :
سَبِّحِ اسمَ رَبِّكَ الأعلى
Beliau mengucapkan : 
سبحان ربي الأعلى
(Subhana rabbiyal a'la)

Baik imam maupun makmum, pada shalat fardhu atau Sunnah, atau tilawah

#سنــــة_مهجـــورة

ورد في السُّنّة الصحيحة أن النبي صلى الله عليه وسلم " كان إذا قرأ : ( أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ على أَنْ يُحيىَ المَوْتَى ) قال : سبحانك فبلى ، وإذا قرأ (سَبِّحِ اسمَ رَبِّكَ الأعلى ) قال : ( سبحان ربي الأعلى ) ".

#قــال العلامة المُحّدِّث الامام الهمام محمد ناصر الدين #الألباني جعله الله في الفردوس الأعلى في تعليقه على هذا الكلام - وهو من كلامه ما بين القوسين الصغيرين - في صفة الصلاة : أبو داود والبيهقي بسند صحيح، وهو مطلق القراءة فيشمل القراءة في الصلاة وخارجها، والنافلة والفريضة، وقد روى ابن أبي شيبة (2/132/2) عن أبي موسى الأشعري والمغيرة أنهما كانا يقولان ذلك في الفريضة . ورواه عن عمر وعلي إطلاقاً . اهـ .

----------------------------------------------

#سئــل العلامة #ابن_عثيمين رحمه الله : " سمعنا بعض المأمومين إذا قرأ الإمام قوله تعالى: ( أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ) يقول المأموم: بلى، فما صحة هذا ؟

#فأجــاب : هذا صحيح، إذا قال الله تعالى: ( أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ) فقل: بلى ، وكذلك مثل هذا الترتيب ، يعني : إذا جاءنا مثل هذا الكلام نقول : بلى. ( أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ) الزمر/36 تقول : بلى. ( أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ )الزمر/37 تقول : بلى. (أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى ) تقول : بلى. لكن المأموم إذا كان يشغله هذا الكلام عن الاستماع إلى إمامه فلا يفعل ، لكن إذا جاء في آخر الآية التي وقف عليها الإمام فإنه لا يشغله . فإذا قال: ( أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ) يقول : بلى. انتهى من "لقاء الباب المفتوح" (11/81).

ust Abu Hanifah Jandriadi Yasin


Tuesday, October 3, 2017

KENAPA SYUKRAN DIJAWAB AFWAN?

Tuesday, October 3, 2017 0
 PERTANYAAN :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz, kenapa jika kita mengucapkan syukran terkadang kita mendapat jawaban afwan?
Bukankah afwan artinya meminta ma'af?
Atas jawabannya saya ucapkan jazaakallahu khayran
JAWABAN :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Kata عفوا berasal dari kata عفو yg artinya maaf, walau di dalam al-Qur’ân kata العفو bermakna berbeda², menurut ulama ahli bahasa setidaknya ada 5 makna... Seperti :
1. Ziyâdah زيادة (tambahan),
2. Fadhl فضل (keutamaan)
3. Udzru عذر (maaf) 
4. Tholab طلب (memohon, menuntut)
5. dan Tarku ترك (meninggalkan)...
Dalam bahasa Arab, suatu kalimat singkat itu ada kata tersembunyi yg disebut "mahdzûf" yg memiliki perkiraan...
Seperti misalnya kata شكرا (syukran)...
Misal ada yg mengatakan syukron, maka maknanya adalah اشكرك شكرا (asykuruka SYUKRAN yaitu saya berterima kasih)...
Perkiraan (taqdir) nya adalah kata asykuruka...
Adapun jawaban AFWAN, maka juga sama... Taqdir (perkiraan) nya adalah
أعفو عنك عفوا
A'fû 'anka afwan
makna letterlijk nya Saya memohon maaf kpd anda
Kenapa di dalam bahasa Arab orang berterima kasih dgn mengucapkan kata SYUKRAN kok dijawab AFWAN (maaf)...
Jawabannya adalah, karena ada makna yg terkandung di dalamnya...
Makna 1 :
Kata AFWAN Bermakna ZIYADAH (TAMBAHAN)
Maksudnya saat kita diucapkan syukron, maka kita jawab afwan, artinya :
هذا العمل الذي فعلته قليل فأطلب منك العفو
Perbuatan yang kulakukan ini SEDIKIT/KECIL, karena itulah aku minta kepada anda TAMBAHAN (AFWU)
Makna 2 :
Kata AFWAN Bermakna TARKU (meninggalkan)
Artinya :
عفوت عنك عفوا لاني لا استحق الشكر
Saya tinggalkan dirimu karena saya tdk berhak atas ucapan terima kasihmu...
Makna 3 :
Kata AFWAN bermakna THOLAB (menuntut)
اعتفيتك إذا طلبت معروفك وفضلك
Artinya saya meminta dan memohon kebaikan anda (atas terima kasih anda kpd saya)
Makna 4 :
Kata AFWAN bermakna FADHL (keutamaan) yg diberikan tanpa diminta
أعطيتك عفواً من غير مسألة منك
Saya berikan keutamaan tsb tanpa perlu anda minta... (maksudnya yg saya kerjakan itu murni bantuan tdk usah anda minta saya kerjakan)
Makna 5 :
Kata AFWAN bermakna MAAF
Seakan dikatakan
عفوت عنك عفوا
Saya mohon maaf, (krn saya tidak berhak diberi ucapan terima kasih, namun Allâh lah yg berhak)
Semua makna itu intinya sama...
Yaitu sebagai bentuk tawadhu (kerendahhatian) kita saat diucapkan terima kasih, seakan² kita tdk layak menerimanya, dan yg kita lakukan itu suatu kewajiban yg tdk perlu dipinta terlebih dahulu...
Wallahu a'lam bish shawaab.
@abinyasalma 
______________
WAG Al-Wasathiyah Wal I'tidål

Sunday, October 1, 2017

Tasrif

Sunday, October 1, 2017 0

Bagaimana AH Nasution lolos ? Inilah kunci Teka-Teki siapa dalang G30S/PKI

===============

Lihat foto ini, foto diambil sehari sebelum Tragedi G30S/PKI. Gak nyangka ya padahal sehari sebelumnya cengar cengir bareng.. begitulah cara hidup Komunis..

JENDERAL Besar TNI Abdul Haris (AH) Nasution, lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). 

Dia berhasil selamat, namun putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean, menjadi korban penculikan PKI.

Pada 1 Oktober 1965, pasukan yang menyebut diri mereka Gerakan 30 September (G30S) mencoba menculik tujuh perwira Angkatan Darat antikomunis termasuk Nasution. Letnan Arief yang memimpin pasukan untuk menangkap Nasution, dan timnya yang terdiri dari empat truk dan dua mobil militer berjalan menyusuri Jalan Teuku Umar yang sepi pada pukul 04.00 WIB pagi. Rumah Nasution di Jalan Teuku Umar Nomor 40. Saat tiba, para penjaga rumah Nasution tak curiga dengan kedatangan mereka karena menggunakan pakaian layaknya tentara pada umumnya.

Sersan Iskaq, yang bertanggung jawab menjaga rumah saat itu sedang berada di ruang jaga yang terletak di ruang depan bersama beberapa tentara. Sedangkan, beberapa di antaranya sedang tidur. Dua ajudan Nasution yakni Letnan Muda Pierre Tendean dan Ajun Komisaris Polisi Hamdan Mansjur pun sedang tertidur.

Sebelum alarm menyala, pasukan Letnan Arief telah melompat pagar dan menguasai para penjaga yang mengantuk di pos jaga dan ruang jaga. Lainnya masuk dari seluruh sisi rumah dan menutupinya dari belakang. Sekitar lima belas tentara masuk ke rumah.

Nasution dan istrinya terganggu oleh nyamuk dan terjaga. Mereka tidak mendengar para penjaga yang telah dikuasai tapi Nyonya Nasution mendengar pintu dibuka paksa. Dia bangkit dari tempat tidur untuk memeriksa dan membuka pintu kamar tidur, ia melihat tentara Cakrabirawa (pengawal presiden) dengan senjata siap menembak.

Dia menutup pintu dan berteriak memberitahu suaminya. Nasution ingin melihatnya dan ketika dia membuka pintu, tentara menembak ke arahnya. Dia melemparkan dirinya ke lantai dan istrinya membanting dan mengunci pintu. Orang-orang di sisi lain mulai menghancurkan pintu bawah dan melepaskan tembakan-tembakan ke kamar tidur.

Nyonya Nasution mendorong suaminya keluar melalui pintu lain dan menyusuri koridor ke pintu samping rumah. Nasution berlari ke halaman rumahnya menuju dinding yang memisahkan halamannya dengan Kedutaan Besar Irak. Dia ditemukan oleh tentara yang kemudian menembaknya tapi meleset. Nasution Memanjat dinding dan mengalami patah pergelangan kaki saat ia jatuh ke halaman Kedutaan Irak untuk bersembunyi.

Seluruh penghuni rumah terbangun dan ketakutan oleh penembakan itu. Ibu dan adik Nasution, Mardiah, juga tinggal di rumah dan berlari ke kamar tidur Nasution. Mardiah membawa putri Nasution Ade Irma Suryani Nasution (5) dari tempat tidurnya, memeluk erat anak itu dalam pelukannya, dan mencoba lari ke tempat aman.

Saat ia berlari, seorang kopral dari penjaga istana melepaskan tembakan ke arahnya melalui pintu. Irma tertembak dan menerima tiga peluru di punggungnya. Dia meninggal lima hari kemudian di rumah sakit. Sementara putri sulung Nasution, Hendrianti Saharah (13) dan perawatnya Alfiah sudah lari ke rumah pondok ajudan Nasution dan bersembunyi di bawah tempat tidur.

Tendean mengambil senjatanya dan lari dari rumah, tapi ia tertangkap dalam beberapa langkah. Dalam kegelapan, ia membuat kesalahan dan sudah berada di bawah todongan senjata. Setelah mendorong suaminya keluar rumah, Nyonya Nasution lari ke dalam dan membawa putrinya yang terluka.

Saat ia menelepon dokter, pasukan Cakrabirawa menuntutnya agar memberitahu mereka di mana keberadaan suaminya. Kabarnya dia melakukan percakapan singkat sambil marah-marah dengan Arief dan mengatakan kepadanya bahwa Nasution sedang keluar kota selama beberapa hari. Pasukan itu pun pergi dari rumah Nasution dan membawa Tendean pergi dengan mereka.

Nasution terus bersembunyi di halaman tetangganya sampai pukul 06.00 WIB ketika ia kembali ke rumahnya dalam keadaan patah pergelangan kaki. Nasution kemudian meminta ajudan untuk membawanya ke Departemen Pertahanan dan Keamanan karena dia pikir itu akan lebih aman di sana. Nasution kemudian mengirim pesan kepada Soeharto di markas Kostrad, mengatakan kepadanya bahwa ia masih hidup dan aman.

Setelah mengetahui bahwa Soeharto mengambil alih komando tentara, Nasution kemudian memerintahkan dia untuk mengambil langkah-langkah seperti mencari tahu keberadaan presiden, menghubungi Panglima Angkatan Laut RE Martadinata, Komandan Korps Marinir R Hartono serta Kepala Kepolisian Soetjipto Joedodihardjo, dan mengamankan Jakarta dengan menutup semua jalan yang mengarah ke sana.

Angkatan Udara tidak termasuk karena Panglima Omar Dhani dicurigai sebagai simpatisan G30S. Soeharto segera mengintegrasikan perintah tersebut ke dalam rencananya untuk mengamankan kota.

Sekira pukul 14.00 WIB, setelah Gerakan 30 September mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi, Nasution mengirim perintah lain untuk Soeharto, Martadinata dan Joedodihardjo. Dalam rangka itu, Nasution mengatakan bahwa ia yakin Soekarno telah diculik dan dibawa ke markas G30S di Halim. Dia langsung memerintahkan ABRI untuk membebaskan Presiden, memulihkan keamanan Jakarta, dan yang paling penting, menunjuk Soeharto sebagai kepala operasi.

Namun, pesan datang dari Soekarno di Halim. Soekarno telah memutuskan untuk menunjuk loyalisnya, Mayjen Pranoto Reksosamodra untuk mengisi posisi Panglima Angkatan Darat dan diminta menemuinya. Soeharto tidak mengijinkan Pranoto pergi tapi ia tahu bahwa Soekarno tidak akan menyerah untuk mencoba memanggil Pranoto. Untuk memperkuat posisi tawar, Soeharto meminta Nasution untuk datang ke Markas Kostrad.

Nasution tiba di markas Kostrad sekitar pukul enam sore, Soeharto mulai mengerahkan pasukan Sarwo Edhie Wibowo untuk mengamankan Jakarta dari Gerakan 30 September. Di sana, Nasution akhirnya menerima pertolongan pertama untuk pergelangan kakinya yang patah. Setelah Jakarta aman, Martadinata datang ke markas Kostrad dengan salinan Keputusan Presiden yang menunjuk Pranoto. Setelah melihat keputusan tersebut, Soeharto mengundang Martadinata dan Nasution ke ruangan untuk membahas situasi.

Nasution meminta Martadinata bagaimana caranya presiden datang untuk menunjuk Pranoto. Martadinata menjawab bahwa pada sore hari ia, Joedodihardjo, dan Dhani telah menghadiri pertemuan dengan Soekarno di Halim untuk memutuskan siapa yang harus menjadi Panglima Angkatan Darat setelah Yani tewas.

Pertemuan telah memutuskan bahwa Pranoto harus menjadi Panglima Angkatan Darat. Nasution mengatakan bahwa penunjukan Soekarno tidak dapat diterima karena penunjukan datang ketika Soeharto telah memulai operasi. Nasution dan Soeharto kemudian mengundang Pranoto dan meyakinkannya untuk menunda menerima pengangkatannya sebagai Panglima Angkatan Darat sampai setelah Soeharto selesai menumpas percobaan kudeta.

Dengan pasukan Sarwo Edhie, Jakarta dengan cepat berhasil diamankan. Soeharto kemudian mengalihkan perhatiannya ke Halim dan mulai membuat persiapan untuk menyerang pangkalan udara. Nasution memerintahkan angkatan laut dan polisi untuk membantu Soeharto dalam menumpas Gerakan 30 September.

Untuk angkatan udara, Nasution mengeluarkan perintah mengatakan bahwa mereka tidak akan dihukum atas pembangkangan jika mereka menolak untuk mematuhi perintah Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Omar Dhani. Pada pukul 06.00 WIB tanggal 2 Oktober, Halim berhasil diambil alih dan Gerakan 30 September secara resmi dikalahkan.

Inilah kuncinya dari teka-teki sejarah G30S/PKI yang masih sering diperdebatkan. Bukti ini yang membantah bahwa Suharto adalah dalang, justru karena Pak Harto-lah bangsa ini bisa lepas dari Komunis..

fb
 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates