Tuesday, August 23, 2016

Sekedar share bagian dari suatu ebook, tulisan Ustadz Abdullah Taslim hafidzahulloh

Tuesday, August 23, 2016 0

Lihat : http://pakdenono.com/…/Menyingkap-Tabir-Ikhwanul-Muslimin-I…
Quote :
Salah satu di antara pemikiran yang sangat menyimpang yang ada pada IM (al-Ikhwan al-Muslimun) adalah apa yang mereka namakan dengan dengan “At Taqriib Bainal Mazdaahibil Islaamiyyah (pendekatan antara berbagai kelompok/aliran dalam islam)”, bagaimanapun sesat dan menyimpangnya kelompok tersebut, salah satu di antara kelompok yang mereka ingin dekatkan adalah kelompok Syi’ah (Raafidhah) yang populer dengan segudang pemahaman sesat bahkan kufur – wal’iyaadzu billaah – yang mereka sebutkan dalam kitab-kitab mereka sendiri, seperti pengkafiran mereka terhadap mayoritas Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – radiallahu ‘anhum -, keyakinan mereka bahwa kitab suci Al Quran yang ada saat ini sudah berubah dan tidak murni lagi, tuduhan keji dan dusta mereka terhadap istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci, ‘Aisyah radiallahu ‘anha, pengkultusan mereka yang berlebihan terhadap imam-imam mereka, yang bahkan sampai pada tingkatan meyakini adanya sifat-sifat ketuhanan pada diri imam-imam tersebut, dan masih banyak pemahaman sesat dan kufur mereka lainnya.
Di antara bukti nyata yang menunjukkan sikap IM di atas adalah pujian, dukungan dan pembelaan mereka terhadap kelompok Syi’ah, termasuk dukungan terhadap revolusi Syi’ah di Iran, pertemuan persahabatan dengan tokoh-tokoh mereka, yang akan terlihat jelas dalam nukilan-nukilan yang akan kami bawakan sebagai berikut:
1. Mursyid (pimpinan) umum IM yang ke-3, ‘Umar At Tilmisaany dalam kitabnya “Dzikrayaat laa mudzakkiraat” (hal. 249-250, cet. Daarul I’tishaam, thn 1985 M) menukil ucapan Hasan Al Banna -semoga Allah mengampuninya- tentang Syi’ah, dia berkata:
“Syi’ah adalah kelompok yang kurang lebih (bisa) disamakan dengan apa yang ada di antara mazhab yang empat di kalangan Ahlus Sunnah… (memang) ada perbedaan (antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah) tapi mungkin untuk dihilangkan, seperti: nikah mut’ah, jumlah istri (maksimal) bagi seorang (laki-laki) muslim – yang ada pada sebagian sekte Syi’ah –, dan yang semisalnya, yang mana perbedaan ini seharusnya tidak menjadi sebab pemutusan hubungan antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah. Sungguh dua kelompok ini telah berjalan beriringan sejak ratusan tahun (yang lalu), tanpa ada saling bersinggungan di antara keduanya, kecuali (hanya sebatas) dalam tulisan-tulisan saja. Dan untuk diketahui, sesungguhnya tokoh-tokoh besar Syi’ah telah meninggalkan kepustakaan islam sebagai perbendaharaan yang selalu memenuhi perpustakaan-perpustakaan.”
2. Dalam kitab yang sama, At Tilmisaany berkata:
“Sekitar tahun 40-an – seingatku – yang mulia Al Qummy (salah seorang tokoh Syi’ah) pernah singgah sebagai tamu IM di markas besar IM, pada waktu sang Imam (Hasan Al Banna) sedang giat-giatnya mengusahakan pendekatan antara kelompok-kelompok, (dengan tujuan) agar musuh-musuh islam tidak menjadikan perselisihan antara kelompok-kelompok ini sebagai celah untuk memecah belah persatuan islam. Suatu hari kami pernah bertanya kepada beliau (Hasan Al Banna) tentang seberapa jauh perbedaan antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah, maka beliau melarang kami membicarakan masalah-masalah pelik seperti ini, yang tidak pantas bagi kaum muslimin untuk menyibukkan diri dengannya, sementara kaum muslimin – seperti yang anda saksikan – saling berpecah dan musuh-musuh islam berusaha untuk semakin menyulut perpecahan tersebut, maka kami katakan kepada beliau: kami bertanya tentang hal ini bukan untuk bersikap fanatik atau untuk memperluas jurang perbedaan di antara kaum muslimin, akan tetapi kami bertanya untuk pengetahuan, karena (perbedaan) antara Sunnah dan Syi’ah disebutkan dalam tulisan-tulisan yang sangat banyak jumlahnya, dan kami tidak punya waktu yang cukup untuk memungkinkan kami membahas (masalah ini) dalam referensi-referensi tersebut, maka beliau menjawab: ‘Ketahuilah, sesungguhnya Ahlus Sunnah dan Syi’ah (semuanya) adalah kaum muslimin yang disatukan dengan kalimat Laa ilaaha illallah (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Jalla Jalaaluhu, inilah landasan akidah yang sama-sama ada pada Sunnah dan Syi’ah, dan di atas kesucian, adapun perbedaan di antara keduanya, maka hal itu (hanya) dalam perkara-perkara yang mungkin untuk didekatkan.’”
3. Dalam kitab “Mauqifu ‘Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syii’ati wats Tsauratil Islaamiyyah”, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim (hal. 13, cet. Sabhar, Teheran, Iran, cet. ke-2 thn 1406 H), penulis tersebut berkata:
“Di masa sekarang ini terbentuklah “Jamaa’atut Taqriib bainal Madzaahibil Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan aliran-aliran dalam islam)”, yang ikut berpartisipasi di dalamnya Imam Hasan Al Banna…, berkata Ustadz Salim Al Bahansaawy – salah seorang cendekiawan IM – dalam kitabnya “As Sunnatu al Muftara ‘Alaiha” (hal. 58): ‘Sejak terbentuknya “Jamaa’atut Taqriib bainal Madzaahibil Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan aliran-aliran dalam islam)”, yang ikut memberikan andil di dalamnya Imam Al Banna dan Imam Al Qummy (tokoh Syi’ah), dan saling kerjasama terus berjalan antara IM dan Syi’ah, yang hal ini menjadi sebab kunjungan Imam Nawwab Shafawy (tokoh Syi’ah) ke Kairo thn 1954 M.’ Di halaman yang sama dia berkata: ‘Tidak ada yang aneh dalam sikap saling kerjasama tersebut, karena prinsip-prinsip yang ada pada kedua kelompok inilah (IM dan Syi’ah) yang melahirkan sikap saling kerjasama tersebut.’”
4. ‘Umar At Tilmisaany dalam kitabnya “Al Mulhamul Mauhuub Hasan Al Banna Ustaadzul Jiil” (hal. 78, cet. Daarut Tauzii’ wan Nasyril Islaamiyyah) berkata:
“…Untuk tujuan mempersatukan kelompok-kelompok inilah Hasan Al Banna pernah menjamu Syaikh yang mulia Muhammad Al Qummy – salah seorang tokoh besar dan pentolan Syi’ah – di markas besar IM dalam waktu yang cukup lama, sebagaimana juga diketahui bahwa Imam Al Banna telah menemui seorang tokoh rujukan Syi’ah, Aayatullah Al Kaasyaany di sela-sela pelaksanaan ibadah haji tahun 1948 M, yang (pertemuan tersebut) menghasilkan kesesuaian paham antara keduanya, (sebagaimana hal ini) diisyaratkan oleh salah seorang figur IM saat ini yang sekaligus murid Imam Hasan Al Banna, yaitu Ustadz ‘Abdul Muta’aal Al Jabry dalam kitabnya “Limaadza Ugtiila Hasan Al Banna”…”
5. Berkata salah seorang tokoh IM yang terkenal, Muhammad Al Gazaaly -semoga Allah menunjukinya- dalam kitabnya “Difaa’un ‘Anil ‘Aqiidati wasy Syarii’ati Dhiddu Mathaa’inil Mustasyrikiin” (sebagaimana yang dinukil oleh tokoh IM lainnya, Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim dalam kitabnya “Mauqifu ‘Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syii’ati wats Tsauratil Islaamiyyah” (hal. 22):
“Sesungguhnya jarak perbedaan antara Syi’ah dan Sunnah adalah seperti jarak perbedaan antara mazhab fikih Abu Hanifah, mazhab fikih Malik, mazhab fikih Syafi’i… kami memandang semuanya sama dalam mencari hakikat (kebenaran) meskipun caranya berbeda-beda.”
6. Dalam kitab di atas (hal. 15) Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim menukil keterangan dari tokoh IM lainnya, Dr. Ishak Musa Al Husainy dalam kitabnya “Al Ikhwaanul Muslimuun Kubral Harakaatil Islaamiyyatil Haditsah” bahwa sebagian mahasiswa dari kalangan Syi’ah yang dulunya pernah belajar di Mesir telah bergabung dalam kelompok IM, sebagaimana barisan kelompok IM di Irak beranggotakan banyak orang dari kalangan Syi’ah “Al Imaamiyyah Al Itsnai ‘Asyariyyah.”
7. Dukungan dan pujian tokoh-tokoh IM terhadap revolusi Syi’ah di Iran, yang terlalu panjang untuk kami nukilkan dalam tulisan ini, lihat kitab “Mauqifu ‘Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syii’ati wats Tsauratil Islaamiyyah”, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. ‘Izzuddiin Ibrahim (hal. 44-50).
Dan masih banyak ucapan dan sikap IM lainnya terhadap Syi’ah dan kelompok-kelompok sesat lainnya yang karena khawatir tulisan ini menjadi terlalu panjang sehingga tidak kami nukilkan semuanya.

seko fb ne sapa ya td.. lali

Saturday, August 6, 2016

Download e-book pdf kitab muyassar fi 'ilmi nahwi

Saturday, August 6, 2016 0

Download e-book pdf

muyassar fi 'ilmi nahwi


http://www.4shared.com/office/yggeuEBQ/muyassar_fi_ilmi_nahwi_1.htm
atau
https://docs.google.com/viewer?a=v&pid=sites&srcid=ZGVmYXVsdGRvbWFpbnxraXRhYmtpdGEwMHxneDo2NDBhNDhkMDZkOGNhOTEz

Friday, August 5, 2016

Kajian Tafsir Qur'an Surat Al-Layl 8 bagian ke-2

Friday, August 5, 2016 0

_*Oleh : Ustadz Abdullah Zaen Lc MA*_

_Bertempat di Masjid Agung Darussalam setiap malam kamis._

(وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ)

[Surat Al-Layl 8]

Puji syukur kehadhirat illahi robbi semoga memberi taufiq kpd kita atas limpahan rahmat utk bersama2 mengkaji Al-Qur'an yg agung ini.

Kalo memang sifat bakhil itu jelek, knp kita dibekali sifat2 ini? knp kita disuruh meninggalkan sifat bakhil?

Dalam QS Al-Isra' 100

(قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ ۚ وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا)

"Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan adalah manusia itu sangat kikir." [Surat Al-Isra' 100]

Ayat ini merupakan dalil bahwa sifat bakhil adl bawaan sifat manusia

Kalo memang sifat bawaan, Kenapa kita tdk boleh pasrah?

Karena :

1. Sejak lahir, kita sdh dikasih modal senang pd kebaikan.. tapi orang tuanyalah yg merusak fitrah dari Alloh ta'ala.

2. Alloh sudah mengutus para rosul dan para nabi serta pewaris mereka (para ulama).. fungsi diutusnya mereka adalah untuk mengarahkan manusia pada kabaikan dan menghalangi mereka pada keburukan.

3. Kita dikasih akal oleh Alloh yg bisa digunakan utk membedakan mana yang baik dan buruk.

Kalo ada orang yang tidak menggunakan akalnya maka lebih buruk dari pada binatang, dalilnya adl QS : Al-A'raf 179

(وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ)

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
[QS: Al-A'raf 179]

Para ulama sepakat bahwa selama hidup mereka, gak pernah ketemu dengan orang yang soleh tp pelit. kita berlindungbdari sifat pelit.

4. Kita ini dikasih pembisik kebaikan, yaitu malaikat. Dalam sebuah HR.Muslim "Masing2 manusia ditemani oleh 2 qorin, yakni dari kalangan jin dan malaikat"

5. Kita ini dimotivasi dg pahala dan diancam dengan siksa. dan memang manusia membutuhkan itu. reward dan punishment.

Alloh menjanjikan pahala dan siksa tercantum dalam QS :
At-Taghabun 16

(فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ)

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
[Surat At-Taghabun 16]

Maka mulailah dari sekarang latihan jadi orang yang dermawan. tapi jangan sampai tertipu, kepada orang lain dermawan tapi kepada anak dan istri pelit.

Semoga bermanfaat.

Thursday, August 4, 2016

Fenomena Ruwaibidhah Di Zaman Ini

Thursday, August 4, 2016 0

.
Penulis: Ust. Aan Chandra Thalib El-Gharantaly, Lc.
***

Di sebuah negeri antah berantah, dimana semua bisa serba instan, dengan mengandalkan ketrampilan mengolah kata, seseorang bisa dengan mudah di-ustadz-kan.
.
Dengan modal Al Qur'an dan terjemahannya seseorang bisa langsung menafsirkan Al-Qur'an.
.
Ada lagi yang masuk Islam hari ini, besoknya langsung jadi da'i. Asal bisa bahasa arab sedikit, ditambah laptop atau tablet langsung membuka majelis pengajian dan punya murid plus nongol di TV.
.
Sesekali jadi aktor buat film "religi" di bulan Ramadhan.
Karena merasa disaingi oleh sang da'i, artis juga tak mau kalah. Sambil megang gitar tua, sang artis tanpa malu-malu berfatwa pada masaalah-masalah yang memerlukan kompetensi fiqih tingkat tinggi. Iya, berfatwa pada masalah-masalah yang seandainya ditanyakan pada Umar bin Khathab, niscaya dia akan mengumpulkan Ahli Badr (pejuang perang Badr) untuk mencari jawabannya.
.
Kabar terakhir yang saya terima, ada mentalis yang tiba-tiba jadi mufassir (pakar tafsir). Konon tafsirnya "luar biasa". Iya, "luar biasa" karena keluar dari yg biasa..
.
Di negri itu juga.. Semua orang -kecuali yang dirahmati Allah- merasa kurang kalau tidak bicara soal agama, tak peduli apa latar belakang pendidikannya. Bahkan merupakan sesuatu yang WAH dan perlu mendapat apresiasi apabila ada orang bicara bukan pada bidangnya. Dengan gelar Prof. Dr. Anda bebas untuk bicara dibidang apa saja yang anda mau. Senin jadi pakar hukum. Selasa jadi pengamat ekonomi. Rabu jadi kriminolog. Kamis jadi pengamat politik. Jum'at jadi khotib. Sabtu jadi ahli komunikasi. Ahad jadi komentator bola. Biar keren, tak perlu panggil Ustadz, cukup "Cendikiawan Muslim" saja.
.
Jurusnya gak jauh-jauh dari:
Menurut saya…
Menurut hemat kami…
Menurut pengamatan saya…
Saya sih melihatnya boleh-boleh saja…
Si awam pun ya iya-iya saja..
Padahal, "Ilmu itu adalah agama, maka perhatikan dari siapa kamu mengambil agamamu" (Ibnu Sirin).
.
Para salaf terdahulu sangat takut untuk mengomentari sesuatu tanpa ilmu. Mereka takut kalau tergelincir walau sejengkalpun dari petunjuk rabbani. Ibnu Abi Malikah -rahimahullah- mengatakan : Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallaahu 'Anhu pernah berkata : 'Bumi mana yang akan ku pijak, dan langit mana yang akan sanggup menaungiku, jika aku berkata tentang ayat dari kitab Allah dengan ra'yu-ku (pendapatku) atau dengan apa yang aku tidak tahu.'
.
Dalam taarikh Dimasyq Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Atho Ibnu Rabah –rahimahullah– pernah ditanya tentang sesuatu. Beliau menjawab:
"Aku tidak tahu". Penanya tadi berkata: Tidakkah engkau mau mengutarakan pendapat pribadimu dalam masalah ini..? Atho menjawab:
إني أستحي من اللَّه أن يدان فِي الأرض برأيي
"Aku malu pada Allah, jika orang-orang dimuka bumi ini beragama dengan pendapatku".
.
Bandingkan sifat kehati-hatian salaf dengan sifat sebagian orang saat ini, yang ilmunya tidak sampai sepersepuluh dari ilmu mereka, namun lagaknya sudah seperti mujtahid mutlak, begitu gampangnya menghukumi sesuatu atau mengomentari sesuatu.
.
Sebagai catatan, apapun Latar belakang pendidikan seseorang tak jadi masaalah, hanya saja kenalilah kapasitas diri. Setiap bidang punya ahlinya.
.
Bagi penuntut ilmu, fenomena diatas bukan hal yang mustaghrab (patut dianggap aneh) sebab Rasulullah shallahu alaihi wasallam telah jauh-jauh hari mengabarkan akan munculnya fenomena ini. Sahabat Abu Hurairah –radhiyallahu anhu– mengatakan; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara." Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?". Beliau menjawab, "Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas." (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah).
.
Manyikapi fenomena diatas marilah sejenak bersama petunjuk Rabbani. Allah azza wa jalla berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." [QS Al Isra`: 36].
.
Dia juga berfirman:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram." untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung." [QS An Nahl: 116].
.
Dan firman-Nya:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah yang nyata." [QS Yusuf: 108]
.
Dua Ayat pertama diatas mengandung pelarangan berbicara tanpa ilmu. Adapun ayat selanjutnya menerangkan bahwa apabila kita ingin berdakwah, hendaklah melandasi dakwah kita dengan hujjah berupa ilmu dan dalil dari Al Quran maupun hadits. Apabila seseorang berdakwah tanpa landasan ilmu maka bisa jadi dia menyangka telah menyeru kepada kebaikan, namun pada kenyataannya dia telah menyeru kepada kesalahan dan kebid'ahan. Na'udzubillahi min dzalik.
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah berkata: "….Jika hal itu (ilmu dan fiqih) menjadi tolak ukur seluruh amal sholih, maka wajib bagi pelaku amar ma'ruf nahi munkar untuk memenuhi keriteria tersebut dalam dirinya, dan tidak dikatakan amal sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaimana pernyataan Umar bin Abdil Aziz: "Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya"
Beliau melanjutkan, "Ini sangat jelas, karena niat dan amal yang tidak disertai ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan (bentuk) pengekoran terhadap hawa nafsu. Maka dari itu ia harus mengetahui yang ma'ruf dan yang munkar serta dapat membedakan keduanya. Ia juga harus memiliki ilmu tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang." (Secara ringkas dari Majmu Fatawa 28 hal: 135-137. Jilid: 14 bagian ke dua hal: 78 untuk cetakan Daarul wafaa' ).
.
Semoga catatan singkat ini bermanfaat untuk saya dan pembaca.
_____________________
Dhuha ditepi laut merah.
Jum'at 09-03-1435 H
***
Penulis: Ust. Aan Chandra Thalib

Damar Muhisa

 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates