Wednesday, May 25, 2016

simpul pancing (knot)

Wednesday, May 25, 2016 0


Damar Muhisa

Friday, May 20, 2016

Nemu Jam tangan.. apa yang harus dilakukan?

Friday, May 20, 2016 0

Bapak Helmy: Tanya ustadz tadi saat njemput anak saya nemu jam tangan di jalan raya jl kaliurang, tadinya saya kira batu mau saya tendang minggir ternyata mengkilat pas kelewatan ternyata jam saya lalu berhenti trus tak ambil. Untung belum kelindas mobil atau motor cuman tergores kacanya. Yg harus saya lakukan terhadap jam itu apa ustadz? Apa harus saya umumkan di koran atau bagaimana. Tadinya mau saya biarkan tapi eman kalau kelindas kendaraan.

jawab Ustadz Ammi Nur Baits:
Jika kita yakin bisa bersikap amanah terhadap barang temuan itu, kita bisa mengambilnya dan mengumumkannya atau berusaha menjaganya hingga datang pemiliknya, atau penanganan lainnya yang diizinkan secara syariat.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan beberapa aturan di tanah haram, diantaranya,

وَلاَ تَحِلُّ سَاقِطَتُهَا إِلاَّ لِمُنْشِدٍ

Tidak halal diambil barang temuannya, kecuali bagi orang yang hendak mengumumkannya. (HR. Bukhari 112 & Muslim 3371).

Pendapat yang rajih (mendekati kebenaran) terkait barang temuan, bahwa tidak ada perbedaan antara barang temuan di tanah haram (Mekah) dan selain tanah haram.

Karena itu, ketika kita merasa ada orang lain yang lebih memungkinkan untuk mengembalikan barang itu, sebaiknya kita serahkan ke orang lain, dan kita tidak mengambilnya.

Sebagai contoh, anda menemukan barang di sebuah daerah, ketika anda sedang safar. Atau misalnya di terminal. Tentu saja, anda akan sangat kerepotan jika harus mengumumkan di tempat itu. Karena anda harus melakukan safar untuk bisa menemukan pemiliknya. Di posisi ini, anda bisa serahkan ke satpam atau petugas yang amanah. Sehingga anda terlepas dari tanggung jawab menjaganya.

Sebaliknya, jika memungkinkan bagi anda untuk mengembalikannya, karena barang itu anda temukan di daerah anda, maka bisa anda ambil.

Selanjutnya, bagaimana cara menanganinya? Anda bisa perhatikan keterangan berikut, yang kami sarikan dari kitab al-Mulakhas al-Fiqhi, karya Dr. Soleh al-Fauzan

Cara Menangani Barang Temuan

Dilihat dari daya tahannya, barang temuan bisa kita kelompokkan menjadi tiga,

Pertama, barang temuan yang tidak tahan lama

Misalnya, roti, buah-buahan, atau makanan apapun lainnya.
Untuk barang yang mudah rusak semacam ini, anda harus memilih cara penanganan yang paling menguntunkan bagi pemiliknya. Misalnya, dijual atau dibeli sendiri, kemudian uang hasilnya disimpan untuk diserahkan ke pemiliknya jika ketemu. Atau disedekahkan atas nama pemiliknya.

Kedua, barang temuan yang membutuhkan perawatan

Misalnya binatang piaraan, atau binatang ternak atau benda apapun yang butuh perawatan.

Ada 3 pilihan yang bisa dilakukan,

Memakannya, dan dengan komitmen membelinya dari pemilik. Sehingga jika pemiliknya datang, dia bisa berikan uangnya ke pemiliknya.
Menjualnya, lalu uangnya disimpan untuk diserahkan ke pemilik.
Merawatnya tanpa memilikinya. Terutama untuk binatang piaraan. Biaya perawatan untuk sementara kita yang tanggung, dan jika pemiliknya datang, kita bisa minta ganti rugi.
Ketika menjelaskan kambing temuan, Ibnul Qoyim mengatakan,

وفيه جواز التقاط الغنم ، ، فيخير بين أكلها في الحال وعليه قيمتها ، وبين بيعها وحفظ ثمنها ، وبين تركها والإنفاق عليها من ماله

Dalam hadis ini menunjukkan bolehnya mengambil kambing temuan. … ada beberapa pilihan yang bisa dia lakukan, antara memakannya langsung, namun diganti uang senilai kambing itu. Atau dijual dan disimpan uangnya, atau dia rawat dan biaya perawatan diambil dari hartanya.

Ketiga, semua barang bernilai selain dua jenis di atas

Seperti uang, perhiasan, hp atau barang berharga lainnya, yang tidak butuh perawatan, selain hanya disimpan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait barang temuan ini,

Ketika orang itu menemukannya, dia bisa menimbang keadaannya dan lingkungannya. Jika dia sanggup bertindak amanah, dia berhak mengambilnya. Terlebih ketika dia yakin barang ini bisa terancam keselamatannya jika jatuh ke tangan orang lain.
Berusaha mengenali ciri-cirinya, termasuk tempat dia menemukannya. Karena demikian yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Wajib diumumkan selama setahun.. mengenai teknis mengumumkannya, tidak ada batas tertentu. Dia bisa gunakan cara apapun yang paling efektif dan efisien.
Jika ada yang datang mengaku memilikinya, dia bisa minta dirinya untuk menyebutkan ciri-cirinya. Jika ternyata tidak sesuai, tidak boleh dia serahkan, kecuali jika dia memiliki bukti yang lain.
Jika pemiliknya tidak datang setelah diumumkan selama setahun, dia bisa memanfaatkannya. Dengan komitmen, jika pemiliknya datang, dia akan serahkan ke pemiliknya.
(al-Mulakhas al-Fiqhi, 2/193)
https://pengusahamuslim.com/4547-barang-temuan-tidak-boleh-dimiliki-bag-2.html

Thursday, May 12, 2016

Memilih Ukuran Busur Panah Anak & Dewasa Pemula

Thursday, May 12, 2016 0
Terkadang kita melihat busur panah yang dipakai pemanah pemula terlalu besar. Hal ini terjadi karena pemanah maupun pelatih kadang menganggap alat panahan itu mahal, maka harus awet dan bisa dipakai untuk waktu yang lama. Akibatnya, busur panah pun sering dibeli dengan ukuran yang kebesaran (terutama busur anak-anak). Padahal, busur yang kebesaran dapat menyebabkan cedera dan latihan tidak optimal.

CARA MENGUKUR TINGGI/PANJANG BUSUR ANAK DAN DEWASA YANG TEPAT

Pemanah harus mengetahui dulu panjang tarikan tangannya. Panjang tarikan ini diukur dengan mengukur panjang rentang tangan lebih dahulu. Panjang rentang tangan ini bisa berbeda walaupun tinggi badan pemanah sama. Cara mengukurnya bisa dengan berdiri tegak sambil menempelkan tubuh ke dinding dengan posisi punggung menempel dinding. Setelah itu rentangkan tangan kanan dan kiri sampai lurus sejajar bahu. Hitung panjang rentang tangan dengan meteran, dari titik terluar tangan kanan sampai titik terluar tangan kiri. Untuk mengukur rentang tangan ini gunakan ukuran inchi karena pada umumnya busur panah dijual dengan ukuran inchi.

Setelah panjang rentang tangan didapat, maka hasil tersebut dibagi 2,5 misal: seorang anak panjang rentang tangannya adalah 60, maka 60:2,5=24. Angka 24 ini adalah panjang tarikan tangan.

Setelah itu lihatlah tabel ukuran busur anak dan dewasa yang cocok dibawah ini :

Panjang tarikan 14″ s/d 16″ = Busur Panah 48″
Panjang tarikan 17″ s/d 20″ =Busur Panah 54″
Panjang tarikan 20″ s/d 22″ =Busur Panah 58″
Panjang tarikan 22″ s/d 24″ = Busur Panah 62″
Panjang tarikan 24″ s/d 26″ = Busur Panah 64″ s/d 66″
Panjang tarikan 26″ s/d 28″ = Busur Panah 66″ s/d 68″
Panjang tarikan 28″ s/d 30″ = Busur Panah 68″ s/d 70″
Panjang tarikan 31″ lebih = Busur Panah 70″ s/d 72″

Berdasarkan ukuran diatas, seorang anak yang panjang tarikannya 24 maka sudah dapat memakai busur panah dengan panjang 62″ s/d 66″

sumber: copas fb penjual panah (lupa ketutup)

Wednesday, May 11, 2016

Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 42 | Memperbanyak Al Hasanah ( Kebaikan ) dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa) Bagian Ke-2

Wednesday, May 11, 2016 0

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 04 Sya'ban 1437 H / 11 Mei 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📗 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 42 | Memperbanyak Al Hasanah ( Kebaikan ) dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa) Bagian Ke-2
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-AR-S05-H42
~~~~~~~~~~~

MEMPERBANYAK AL HASANAH (KEBAIKAN) DAN MENGURANGI AS SAYYIAH (DOSA) BAGIAN KE-2

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-42 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Memperbanyak Al Hasanah (Kebaikan) Dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa) Bagian 2".

Di antara cara memperbanyak Al Hasanah dan menghilangkan As Sayyiah (dosa),

■ Ketiga | Memanfaatkan kenikmatan Allāh yang diberikan kepada kita semaksimal mungkin.

Seperti:
• Kenikmatan ilmu agama
• Kesehatan
• Waktu luang
• Harta benda
• Anggota badan yang lengkap dan sehat
• Jabatan
• Kenikmatan teknologi
• Kecerdasan
• Kenikmatan berbicara
• Dan lain-lain.

✓Menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan niat yang benar yaitu untuk mencari pahala Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya :

◆ Dua nikmat yang banyak manusia yang rugi di dalamnya kesehatan dan waktu luang
(Hadits shahih riwayat Bukhāri).

Di dalam hadits yang lain Beliau Shalallahu 'alayhi wassallam mengatakan yang artinya:

◆ Sesungguhnya orang-orang kaya adalah orang-orang yang sedikit hasanahnya pada hari kiamat kecuali orang yang Allāh berikan kekayaan kemudian bershadaqah kepada apa yang ada di kanannya, kirinya, depan dan belakangnya dan beramal dengan kekayaan tersebut amalan yang baik (Hadits shāhih riwayat Bukhāri dan Muslim).

■ Keempat | Memperbaiki amalan supaya diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena amalan bisa menjadi hasanah bagi seseorang bila diterima di sisi Allāh.

Dan syarat diterima amalan ada 2 yaitu:
⑴ Ikhlash
⑵ Sesuai dengan sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

■ Kelima | Bertaubat dari dosa yang diiringi dengan iman dan amal shalih.

Karena barangsiapa yang melakukan yang demikian itu maka dosanya akan diganti dengan hasanah.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan bahwasanya,
• Orang yang menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
• Membunuh zina tanpa haq.
• Berzina

Maka mereka akan mendapatkan adzab yang pedih di hari kiamat, kecuali apabila dia:
• Bertaubat
• Beriman
• Mengerjakan amal shalih

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan.

(QS Al Furqān: 68-70)

■ Keenam | Memperbanyak istighfar.

⇒ Setiap;
• Melakukan dosa, atau
• Kurang bersyukur atas nikmat, atau
• Kurang melakukan kewajiban atau,
• Lalai dari mengingat Allãh Subhanahu Wa Ta'ala.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًاكَثِيْرًا

"Tūba bagi orang yang mendapatkan di dalam kitabnya istighfar yang banyak."
(Hadits shāhih riwayat Ibnu Mājah)

⇒ Tuba;
• Ada yang mengatakan maknanya adalah surga.
• Ada yang mengatakan maknanya adalah nama pohon di surga.

■ Ketujuh | Tidak melakukan amalan yang mengurangi pahalanya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

◆ Aku mengetahui ada sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa hasanah sebesar gunung-gunung tihāmah maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan hasanah tersebut seperti debu yang beterbangan. Maka salah seorang sahabat bertanya tentang sifat mereka.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita, shalat malam sebagaimana kita shalat malam, akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharamkan maka mereka pun melanggarnya.
(Hadits shāhih riwayat Ibnu Mājah)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy,
Di kota Al Madīnah

✒Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_______________

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 06| Tanda-Tanda Orang Munāfik (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 03 Sya'ban 1437 H / 10 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 06| Tanda-Tanda Orang Munāfik (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H06-2
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TANDA-TANDA ORANG MUNĀFIQ  (BAGIAN 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwān dan Akhwāt, kita masih melanjutkan hadīts yang ke-6.

Pada pertemuan yang lalu  telah kita jelaskan tentang nifāq akbar atau disebut juga dengan nifāq I'tiqadi, yaitu nifāq yang berkaitan dengan keyakinan dengan menyembunyikan kekufuran dan menampakkan ke-Islaman.

Adapun bagian ke-2 yang akan bahas adalah:

▪Nifāq kecil/nifāq ashghar

Yaitu nifāq kecil (Nifāq al 'amali)  yaitu nifāq yang berkaitan dengan amal.

Artinya, hatinya beriman hanya saja amalannya menyelesihi batinnya, namun tidak berada pada derajat kekufuran.

Inilah yang disebutkan dalam hadīts yang sedang kita bahas, nifāq 'amali.

آيَةُ اَلْمُنَافِقِ ثَلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَان.
وَلَهُمَا مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. وإِذَا احَدَّ غَدر

Tanda-tanda Munāfiq ada 3, yaitu:

① kalau berbicara berdusta
② kalau dia berjanji menyelisihi
③ kalau diberi amanah dia berkhianat.

Ada tambahan dalam riwayat yang lain:

④ kalau sudah melakukan kesepakatan dengan orang lain maka dia menyelisihi (menkhianati) kesepakatan tersebut.
⑤ kalau dia bersengketa maka dia melakukan fujur yaitu keluar dari jalan kebenaran.

Inilah 5 ciri nifāq al ashghar, nifāq 'amali.

Dan kalau kita perhatikan, 5 ciri tersebut seluruhnya kembali kepada satu muara yaitu penyelisihan zhahir dengan batin, inilah yang disebut dengan nifāq 'amali.

Semakin banyak sifat tersebut pada seseorang maka semakin tinggi kualitas kemunāfikannya.

Pertanyaannya, apabila kita dapati 5 ciri tersebut ada pada dirinya, apakah kita katakan dia telah Munāfiq dengan nifāq akbar?

Kalau ngomong selalu berdusta, kalau berjanji selalu menyelisihi, kalau diberi amanah selalu berkhianat, kalau membuat kesepakatan selalu menyelisihi dan kalau bersengketa selalu melakukan kefujuran.

Apabila 5 ciri tersebut ada pada dia, Apakah dikatakan dia telah kāfir ?

Jawabannya: Tidak

Tetap dikatakan dia telah Munāfiq 'amali (nifaq kecil) selama imannya ada dalam hatinya. Tetap dia melakukan nifāq kecil bukan Nifās akbar.

Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Perhatikan, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendatangan kalimat: "Idza" (kalau)
√ kalau dia berbicara dia berdusta
√ Kalau di janji menyelisihi
Ini menunjukkan sifat yang SELALU dia lakukan.

Maka apabila ada seorang mukmin yang TERKADANG berdusta maka tidak dikatakan dia seorang munāfiq (Nifaq 'amali).

Karena seorang mukmin terjerumus dalam kemaksiatan,
√ Terkadang dia berdusta,
√ Terkadang menyelisihi janji,
√ Terkadang melakukan kefujuran,
√ Terkadang dia mengkhianati amanah.
Ini tidak dikatakan dia munāfiq dan tetap dikatakan dia seorang mukmin nanum dia telah melakukan maksiat.

Berbeda dengan orang yang "selalu", inilah yang disebut dengan orang munāfiq dengan nifāq 'amali.

Jadi, dibedakan antara seseorang mukmin yang bersalah dengan seseorang yang munāfiq.

Kita bahas tentang 5 sifat tersebut.

🔹Yang pertama | Kalau dia berbicara dia berdusta

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ

"Kalau dia berbicara dia berdusta."

Ini adalah kegiatan dia.

Kenapa dikatakan sifat munāfiq ?

⇒ Karena dia mengetahui bahwasanya apa yang dia sampaikan itu dusta tetapi dia sampaikan juga dalam bentuk kebenaran (Jadi zhahirnya menyelisihi batinnya).

Batinnya tahu itu dusta namun dia tetap menyampaikan secara zhahir sekan-akan kebenaran. Inilah yang merupakan sifat munāfiq.

Adapun dusta yang tidak sengaja di lakukan, misalnya :

🔼 Seseorang menyampaikan kabar ternyata dia tidak tahu bahwa kabar tersebut dusta (belum sampai informasi kepada dia, telah terjadi perubahan bahwa yang dia sampaikan ternyata salah)

Maka orang ini tidak dikatakan mempunyai sifat munāfiq , kenapa?

Karena dustanya tidak disengaja.

Dan ini bisa terjadi pada seorang mukmin. Dia ditanya dengan suatu pertanyaan kemudian dijawab dengan tanpa berfikir sebelumnya ternyata jawabnya keliru.

🔼Misalnya dia ditanya:

"Apakah engkau telah menyampaikan salamku kepadanya?"

Kemudian dia langsung menjawab: "Sudah."

Dia lupa, ternyata belum, ternyata yang sudah disampaikan adalah salamnya orang lain bukan salam orang tadi. Ini contoh dusta tidak disengaja dan bukan sifat munāfiq.

🔹Sifat munāfiq adalah penyelisihan antara zhahir dan batin (yaitu) sengaja berdusta.

Dia tahu itu dusta namun dia tetap menyampaikannya secara zhahir dalam bentuk kebenaran.

Kita lanjutkan pembahasan sifat berikutnya pada pertemuan selanjutnya, In syā Allāh.

وبالله التوفيق
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 06| Tanda-Tanda Orang Munafik (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 02 Sya'ban 1437 H / 09 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 06| Tanda-Tanda Orang Munafik (Bagian 1)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H06-1
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "آيَةُ اَلْمُنَافِقِ ثَلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَلَهُمَا مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: "وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ."

Dari Abu Hurairah Radiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; ⑴ jika berkata ia bohong, ⑵ jika berjanji ia menyelisihi, dan ⑶ jika diberi amanah (kepercayaan) ia berkhianat." (Muttafaqun 'alaih)

Diriwayatkan pula dalam shahih Bukhari dan Muslim dari hadits 'Abdullāh bin 'Umar: "Apabila ia bermusuhan (bersengketa) ia berbuat kefajiran (keluar dari jalan kebenaran)."
〰〰〰〰〰〰〰

TANDA-TANDA ORANG MUNAFIK  (BAGIAN 1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
 
Kita masih dalam bab tentang "Peringatan tentang Akhlaq yang Buruk", kita masuk pada hadīts yang ke-6.

Dari shahābat Abū Hurairah beliau berkata, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

آيَةُ اَلْمُنَافِقِ ثَلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
وَلَهُمَا مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: "وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ."

Tanda-tanda orang Munāfiq ada tiga:

⑴ kalau dia berbicara dia berdusta ⑵ kalau dia berjanji dia menyelisihi ⑶ kalau diberi amanah (diberi kepecayaan) dia berkhianat.

(Diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dan Imām Muslim)

Dan diriwayatkan juga dalam Shahīh Bukhāri dan Shahīh Muslim dari hadīts Abdullāh bin Umar dalam hadīts yang lain dengan tambahan:

وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

"Kalau dia bermusuhan/bersengketa maka dia berbuat kefajiran (yaitu) keluar dari jalan kebenaran".

Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemunāfiqan ada 2 (dua), yaitu :

⑴ Nifaq besar
⑵ Nifaq kecil

Perbedaan nya,

Nifaq besar/Nifaq Al Akbar mengeluarkan seseorang dari Islam (yaitu) dia sebenarnya kufur dalam arti batinnya kufur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, namun dia menampakkan keislamannya secara zhahir.

Dan inilah kemunāfikannya orang-orang Munāfiq di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang Allāh hukum mereka.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

"Sesungguhnya orang-orang Munāfiq berada di dasar neraka Jahannam."

(QS An-Nisā' : 145)

Mereka inilah yang Allāh sifati dengan firman-Nya:

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

"Mereka menipu (melakukan makar/ melakukan penipuan) Allāh dan orang-orang yang beriman, namun sebenarnya mereka tidak menipu kecuali diri mereka sendiri dan mereka dalam kondisi tidak sadar."

(QS Al Baqarah : 9)

Dan orang Munāfiq lebih parah dari orang kāfir yang asli, kenapa bisa demikian? Karena,

√ Orang kāfir asli dia menampakkan kekufurannya.
√ Orang Munāfiq dia melakukan dua kesalahan :

① pertama dia kufur
② kedua dia menipu Allāh (padahal Allāh maha mengetahui isi hati mereka)

Oleh karenanya, pantas jika mereka dimasukkan (فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ ) di paling dasar bawah dari neraka Jahannam, karena apa yang mereka lakukan lebih parah.

Dan dari sini kita tahu bahwa hidayah itu di tangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena kalau Allāh tidak memberi hidayah kepada kita maka kita tidak akan dapat hidayah, sebagaimana telah berkata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَوْلا اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلا تَصَدَّقْنَا وَلا صَلَّيْنَا

"Kalau bukan karena Allāh, maka kita tidak tidak dapat hidayah, kita tidak bisa sedekah, kita tidak shalāt."

(HR Bukhari 4104)

Semuanya dari Allah Subhānahu wa Ta'āla"

Lihat orang-orang Munāfiq!

Sebab-sebab hidayah datang kepada mereka sudah terkumpulkan.

√ Mereka pandai bahasa arab mereka
√ Mereka mengerti isi Al Qurān
√ Mereka di zaman Nabi  mendengarkan langsung wejangan-wejangan Nabi.
√ Mereka tahu ayat-ayat Al Qurān turun
√ Mereka lihat langsung mukjizat-mukjizat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
√ Mereka mendengarkan ceramah-ceramah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  (karena orang Munāfiq zaman dahulu juga shalāt)

Oleh karenanya, dalam hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :

أَثْقَلَ صَلاَةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ

"Shalāt yang paling berat bagi orang Munāfiq yaitu shalāt Fajar dan shalāt Isya."

√ Ini menunjukkan orang Munāfiq di zaman Nabi shalāt berjama'ah
√ Kalau shalāt Zhuhur mereka datang
√ Kalau shalāt Ashar mereka datang
√ Kalau shalāt Maghrib mereka datang.

Kenapa?

⇒ Karena mereka ingin menunjukkan bahwa mereka Islam. Kalau mereka tidak shalāt tentu akan ketahuan.
⇒ Berbeda tatkala Shubuh dan Isya (gelap) sehingga kalau mereka tidak datang maka tidak ketahuan.

Oleh karenanya, sangat berat bagi mereka untuk shalāt Shubuh dan shalāt Isya, selain karena mereka mendahulukan kenikmatan dunia (tidur) kalaupun mereka tidak datang pun tidak ketahuan.

Oleh karenanya Allāh menyebutkan sifat orang-orang Munāfiq ketika shalāt,

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

"Kalau mereka shalāt, shalāt dengan bermalas-malasan, mereka hanya riya', ingin agar amalan mereka dilihat oleh manusia dan mereka tidak mengingat Allāh kecuali hanya sedikit."

(QS An-nissā' : 142)

Ini menunjukkan bahwa orang Munāfiq juga shalāt , bahkan shalāt berjama'ah, mereka juga berdzikir kepada Allāh. Tetapi semuanya mereka lakukan hanya sekedar penipuan, batin mereka berisi dengan kekufuran, ini kemunāfikan akbar.

Dan mereka sudah dibukakan di hadapan mereka sebab-sebab hidayah, namun mereka tidak beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan semisal mereka (orang Munāfiq zaman dahulu) adalah orang Munāfiq zaman sekarang.

Kita dapati sebagian orang Munāfiq dalam diri kemunāfikan (nifaq akbar) dia benci kepada syari'at Allah Subhānahu wa Ta'āla, tidak beriman dengan syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla, benci dengan syari'at islam, bahkan tidak mau kalau syari'at Islam tegak.

Mengejek orang-orang yang beragama, kemudian mengejek syari'at Allah Subhānahu wa Ta'āla,

Mengejek hadīts-hadits  Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Namun katanya mereka Islam.

Ada juga orang seperti ini di zaman kita, KTP mereka Islam, terkadang memiliki gelar dalam bidang agama, tapi benci terhadap syari'at Islam, bahkan menghalalkan perkara-perkara yang harām (jelas), menghalalkan homoseksual misalnya, ini sebenarnya adalah orang Munāfiq , hati mereka benci dengan Islam tetapi KTP-nya Islam.

Ini adalah kemunāfikan yang pertama, kemunāfikan (nifaq) akbar.

In syā Allāh kita akan melanjutkan bagian yang kedua yaitu nifaq ashgar, pada kajian berikutnya.

والله تعال أعلمُ بالصواب

_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Ahad, 01 Sya'ban 1437 H / 08 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 3)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-UFA-Isra-Miraj-3
-----------------------------------

ISRA' MI'RAJ (BAGIAN 3)

Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

▪Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa al isra' dan al mir'aj adalah banyak, diantaranya:

⑴ Menunjukkan akan mu'jizat yang Allāh berikan kepada Nabi-Nya untuk memuliakan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Mu'jizat adalah suatu perkara yang di luar kebiasaan menusia. Kalau ada orang, misalnya orang kāfir mengingkari bagaimana Muhammad bisa pulang pergi di malam hari di zaman tersebut kurang dari satu malam, maka kita bilang itu karena kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Itulah yang namanya mu'jizat. Kalau harus masuk akal maka itu bukan mu'jizat.

Maka tidak perlu kita berusaha menjelaskan di zaman tersebut dengan mengatakan, "Mungkin saja..., mungkin saja..."

Itu tidak perlu. Kita bilang saja itu memang di luar nalar, itulah mu'jizat.

Sebagaimana  Nabi Īsā ''alayhissalām:

√ Bisa menyembuhkan (menghidupkan) orang mati.
√ Bisa menyembuhkan penyakit sopak.
√ Setelah mati bisa hidup lagi (sebagaimana keyakinan mereka) namun sebenarnya Nabi Īsā tidak pernah mati.
√ Bisa berbicara waktu masih kecil.

Ini semua di luar nalar, namanya mu'jizat, kalau masuk akal itu namanya bukan mu'jizat, semua orang juga bisa kalau begitu.

⑵ Kisah ini menunjukkan akan pentingnya ibadah shalāt.

Kenapa?

⇒ Karena untuk syari'at yang lain Allāh turunkan melalui malaikat Jibrīl.

⇒ Adapun wajibnya shalāt maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam langsung bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sampai sebagian shahābat menyangka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat Allāh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya:

"Apakah engkau melihat Rabbmu?"

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Ada cahaya yang menghalangi, bagaimana aku bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla?"

Jadi, saking dekatnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Allāh sampai-sampai sebagian orang menyangka Nabi melihat Allāh. Padahal tidak! ada cahaya yang menghalangi antara Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menjelaskan dalam hadīts dalam Shahīh Muslim:

تَعَلَّمُوْا أَنَّهُ لَنْ يَرَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رَبَّهُ عَزَ وَ جَلَّ حَتَّى يَمُوْتَ

"Ketahuilah, kalian tidak akan bisa melihat Rabb kalian sampai kalian meninggal (baru bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla)."

(HR Muslim nomor 2930, Mukhtashar Shahih Muslim nomor 2044, dari Sahabat 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhumā)

Ini menunjukkan bahwa shalāt adalah rukun Islam yang sangat penting, sampai Allāh memberikan langsung kepada Nabi tanpa perantara.

Kemudian, kalau kita perhatikan, ternyata shalāt ini (rukun islam) diwajibkan tatkala Nabi masih di Mekkah.

Adapun zakat, puasa dan haji diwajibkan setelah Nabi di Madīnah tatkala kondisi Islam sudah menguat, keamanan sudah semakin stabil dan telah berdiri negara Islam.

Adapun ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam masih diusir oleh kaumnya, masih disiksa tapi sudah Allāh turunkan kewajiban shalāt.

Kenapa?

Karena shalāt merupakan kewajiban yang sangat penting, maka diwajibkan meskipun dalam fase Mekkah.

Perkara berikutnya yang nenunjukan pentingnya ibadah shalāt adalah :

Tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla mewajibkan shalat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, awalnya diwajibkan 50 waktu dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menerima saja waktu itu.

Kemudian tatkala  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam turun ke langit yang ke-6 (ke bawah),  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertemu dengan Nabi Musa 'alayhi sallam dan Nabi Musa menasehati:

"Kaummu tidak akan mampu, karena setelah mencoba pada umatku mereka tidak mampu."

Maka, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian naik lagi dan bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di langit ke-7.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam meminta keringanan, kemudian Allāh turunkan (kurangi). Kemudian Nabi Muhammad  shallallāhu 'alayhi wa sallam turun, kemudian Nabi Musa menasehati lagi untuk minta keringanan lagi.

Terus Nabi bolak-balik sampai akhirnya diringankan menjadi 5 waktu.

(HR Bukhari nomor 3598, versi Fatul Bari 3887)

Ini adalah diantara kebaikan Nabi Musa bahkan beliau perhatian dengan umat Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, sehingga akhirnya kita diwajibkan shalat 5 waktu dalam sehari semalam, padahal awalnya 50 waktu.

Para ulama menjelaskan, tatkala Allāh mewajibkan 50 waktu setiap sehari semalam, ini menunjukkan bahwa Allāh sangat cinta kepada ibadah shalāt.

Allāh ingin hamba-Nya selalu shalāt,

Kenapa?

Karena itu adalah ibadah yang sangat agung yang mendekatkan diri seseorang kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kata  Allāh dalam Al Qur'an:

وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ

"Sujud dan dekatlah."

(QS Al 'Alaq: 19)

Semakin banyak sujud maka semakin dekat kepada Allāh.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

"Tidaklah engkau sujud kepada Allāh satu sujud saja karena Allāh, kecuali akan Allāh angkat derajatmu dan Allāh akan menghilangkan dosa-dosamu."

(HR Muslim nomor 488)

Dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

"Seseorang sangat dekat dengan Rabbnya tatkala sedang sujud (tatkala sedang shalāt)."

(HR Muslim nomor 482)

Shalāt adalah ibadah yang sangat dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, kita lihat ibadah yang paling banyak variasinya, yang paling banyak macam-macamnya adalah shalāt.

Kita perhatikan, shalāt fardhu 5 kali sehari semalam dan tidak ada ibadah yang berulang setiap hari semalam sebanyak 5 kali seperti shalāt.

Kemudian begitu banyak shalāt sunat yang disyari'atkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, shalāt rawatib, shalāt malam, kemudian shalāt taubat, shalāt dhuha, shalāt wudhu dan banyak sekali shalāt-shalāt yang diajarkan, kenapa?

Karena Allāh suka kalau hamba-Nya sering shalāt.

Oleh karenanya seseorang yang beriman dengan kejadian isra' dan mi'raj maka dia harus mengagungkan ibadah shalāt.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

"Jadikanlah shalāt dan sabar sebagai penolong kalian."

(QS Al Baqarah: 45)

Dalam hadīts disebutkan:

كان إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kalau ada yang menggelisahkan (beliau) langsung shalāt."

(HR Abu Daud nomor 1124, versi Baitul Afkar Ad Dauliyah nomor 1319. HR Ahmad nomor 22210)

Kenapa?

Karena shalāt adalah sesuatu yang mententramkan hati seseorang, karena dia kontak langsung dengan Tuhannya yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla, penciptanya yang memegang segala urusannya.

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Bilāl:

يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا

"Ya Bilāl, dirikanlah shalāt, istirahatkanlah kami dengan shalāt."

(HR Abu Daud nomor 4333, versi Baituk Afkar Ad Dauliyah nomor 4985)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendapati shalāt adalah tempat istirahat, shalāt adalah ketenangan.

Dalam riwayat yang lain kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَجُعِلَ قُرَّةٌ عَيْنِيْ فِيْ الصَّلَاةِ

"Dijadikan kesejukan pandanganku pada shalāt."

(HR Imam Ahmad nomor 11845)

Tidak seperti sebagian orang yang justru shalāt adalah beban, tidak. Justru Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para shahabat menjadikan shalāt adalah sesuatu yang mengistirahatkan mereka, mententramkan hati mereka, kenapa?

Karena mereka kontak langsung dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya Ikhwān , nasehat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebelum meninggal dunia adalah:

"Perhatikanlah shalāt, perhatikanlah shalāt."

~~~~~~~

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ فِي الْمَوْتِ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَجَعَلَ يَتَكَلَّمُ بِهَا وَمَا يَفِيضُ

"Dari ummu Salamah, bahwa menjelang wafat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Perhatikan shalat, perhatikan shalat, dan berbuat baiklah kepada budak-budak yang kalian miliki.' Beliau senantiasa mengucapkannya dan hampir saja (beliau) tidak bisa mengungkapkan."

(HR Imam Ahmad nomor 25502)
~~~~~~~

Dan terlalu banyak faedah serta dalil yang menunjukkan keutamaan shalāt.

Dan ingatlah, semakin banyak Anda sujud kepada Allāh maka kedudukan Anda akan semakin tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, meskipun orang lain mungkin merendahkan Anda, mungkin menghinakan Anda.

Sebaliknya, mungkin Anda dimuliakan orang karena harta Anda, karena kedudukan Anda, karena nasab Anda, tapi kalau Anda jarang shalāt maka Anda rendah dan hina di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

والله تعال أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 30 Rajab 1437 H / 07 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 2)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-UFA-Isra-Miraj-2
-----------------------------------

ISRA' MI'RAJ (BAGIAN 2)

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Al isra' wal Mi'raj kejadiannya dijelaskan oleh para ulama ahli sejarah adalah setelah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengalami berbagai macam kesedihan, yaitu:

- Setelah wafat istrinya, Khadijah radhiyalllāhu 'anhā.
- Setelah wafat pamannya yang dia cintai, Abu Thalib.
- Kemudian, setelah beliau dakwah di Tha'if kemudian diusir dan dilempar dengan batu sehingga berlumuran darah.
- Tatkala shahabat-shahabatnya harus hijrah ke negeri Habasyah kerena mereka disiksa dan diintimidasi oleh orang-orang kafir Quraisy.

Isra' mi'raj kata para ulama terjadi tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berada dipuncak kesedihan.

Dan ini sebagai tashliyah (hiburan) kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam   bahwasanya Rabbnya tidak akan meninggalkannya dan Rabbnya akan menguatkannya.

Oleh karenanya, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diangkat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menuju Sidratil Muntaha untuk bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tanpa melalui perantara malaikat Jibril.

Yang biasanya Allāh memberi wahyu melalui malaikat Jibril, tapi kali ini Allāh langsung berbicara dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

▪Diantara perkara yang sangat menakjubkan adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berangkat dengan kendaraan Burāq.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih, Al Burāq yaitu dābbah (hewan tunggangan) yang berwarna putih dan ukurannya di bawah bighal namun lebih tinggi daripada khimar.

~~~~~~~~~
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ

"Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal."

(Lihat HR Imam Muslim nomor 234, versi Syarh Muslim nomor 162)
~~~~~~~~~

Bighal adalah hasil persilangan antara kuda dan khimar. Ini adalah riwayat  yang datang tentang Al Burāq.

Adapun yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa Burāq berwajah manusia atau berwajah wanita cantik dan yang lainnya, maka ini tidak benar. Seandainya ini benar tentunya akan datang dalam riwayat-riwayat yang shahih. Karena jika seperti itu (bentuk Burāq adalah hewan dengan kepala manusia) maka ini adalah mu'jizat tersendiri. Namun tidak disebutkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Burāq ini langkahnya begitu cepat dan langkah kakinya sejauh mata memandang, berapa jarak  sejauh mata memandang itulah langkah kakinya.

Sehingga hal ini menjadikan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bisa cepat berangkat dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, dalam waktu yang sangat singkat, Subhānallāh.

Allāh mentakdirkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak langsung diangkat dari dari masjidil Haram ke Sidratil Muntaha, padahal tujunnya ke sana. Tetapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla membelokkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terlebih dahulu ke Baitul Maqdis (masjidil Aqsa) baru kemudian diangkat ke Sidratil Muntaha, ke atas langit yang ke-7.

Kata para ulama, ada hikmah yang diinginkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, diantaranya adalah:

*Pertama*: untuk menunjukkan bahwasanya masjidil Aqsha adalah masjid yang mulia.

Dan benar, bahwasanya 3 masjid yang kita dibolehkan unutk safar dalam rangka untuk mencari keberkahan tempat adalah 3 masjid tersebut dan semuanya dibangun oleh para nabi.

Masjidil Haram dibangun oleh Nabi Ibrahim 'alayhi sallam, masjid Nabawi dibangun oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan masjd Aqsha dibangun oleh nabi Sulaiman atau nabi Dawud 'alayhima sallam.

Dan shalat di masjidil Haram pahalanya 100 ribu kali lipat, di masjid Nabawi 1000 kali lipat  dan di masjidil Aqsha palahanya 500 kali lipat.

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِيْ هَذَا، وَمَسْجِدِ اْلأَقْصَى.

"Tidak boleh mengadakan safar/perjalanan (dengan tujuan beribadah) kecuali ketiga masjid, yaitu: Masjidil Haram, dan Masjidku ini (Masjid Nabawi) serta Masjid al-Aqsha." [7]

"Tidak boleh seseorang bersafar (berjalan jauh) dalam rangkah untuk mencari keberkahan tempat kecuali ke 3 masjid."

(HR Al-Bukhari nomor 1197, 1864, 1995, Muslim nomor 827 dan yang lainnya dari Sahabat Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu).

Tidak boleh seseorang, misalnya dari Jakarta kemudian ingin bersafar ke masjid Ampel di Surabaya dalam rangka mencari keberkahan di sana, ini tidak boleh, haram. Seakan-akan menjadikan saingan bagi 3 masjid yang dibangun oleh para nabi.

Tiga masjid tersebut spesial, boleh bersafar jauh dalam rangka mencari keberkahan di masjid tersebut.

Jadi, ini adalah penjelasan kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dimampirkan oleh Allāh ke masjidil Aqsha yaitu dalam rangka untuk menunjukkan keutamaan masjidil Aqsha.

*Kedua*: kata para ulama, Nabi dimampirkan ke masjidil Aqsha karena pasti akan timbul pengingkaran dari orang-orang kafir tentang kejadian isra' dan mi'raj, dan ini benar-benar terjadi.

Oleh karenanya, begitru Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam selesai pulang dari  perjalanannya dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha kemudian ke langit  yang ke-7, maka ditemui oleh orang-orang kafir.

Kejadian ini sangat spektakuler dijaman tesebut. Di jaman tersebut mungkin sepeda saja belum ditemukan, apalagi mobil, apalagi pesawat. Kemudian ada orang yang mengaku berjalan dari Mekah menuju Palestina dalam waktu kurang dari satu malam  dan sudah balik  lagi.

Ini adalah perkara yang sangat mustahil di jaman tesebut. Di jaman  sekarang saja aneh apa lagi jaman tersebut.

Oleh karenanya sampai-sampai ada kaum muslimin yang murtad tatkala itu karena tidak bisa menerima secara akal apa yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

(Al Mustadrak 3/62)

Demikan juga orang kafir, mereka menjadikan hal ini sebagai bahan olok-olok. Mereka berkumpul ada yang bertepuk tangan mendengar berita tersebut.  Mereka mentertawakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Namun akhirnya Allāh menunjukkan akan kebenaran peristiwa tersebut, maka diantara orang kafir ada yang bertanya:

"Kalau memang benar engkau pergi ke masjidil Aqsha, tolong ceritakan sifat-sifat masjidil Aqsha."

Kita tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pergi ke masjidil Aqsha bukan untuk jalan-jalan sehingga tidak memperhatikan berapa jumlah pintunya, berapa jumlah jendelanya. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang, shalat kemudian berangkat  ke langit  ke-7.

Akan tetapi kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla menampakkan masjidil Aqsha di hadapan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian menyebutkan sifat-sifat masjid tersebut  sebagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat langsung.

Sampai akhirnya orang kafir yang  pernah melihat masjidil Aqsha pun berkata:

"Adapun pensifatan Muhamad terhadap masjidil Aqsha adalah jujur dalam hal ini (telah benar)."

(Lihat HR Bukhari nomor 4341, versi Fathul Bari nomor 4710)

Sebagai bukti bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah ke masjidil Aqsha,  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah ke sana selama hidupnya kecuali pada saat tersebut.

والله تعال أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 29 Rajab 1437 H / 06 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 1)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-UFA-Isra-Miraj-1
-----------------------------------

ISRA' MI'RAJ (BAGIAN 1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kaum muslimin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Al Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa besar, mu'jizat yang dialami Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai bukti bahwa Beliau adalah seorang utusan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Al Isra' wal Mi'raj adalah gabungan dari 2 kata:

Pertama Al Isra', dalam bahasa arab artinya adalah perjalanan di malam hari.

Maksudnya adalah Allāh memperjalankan Nabi-Nya di malam hari dari Masjidil  Haram ke Masjidil Aqsha yang Allāh sebutkan dalam Al Qur'an:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Maha suci Allāh yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Allāh berkahi di sekitarnya agar Kami menampakkkan baginya tanda-tanda kebesaran Kami."

(QS Al Isrā': 1)

Kedua, adapun Al Mi'raj dalam bahasa arab artinya adalah naik, yaitu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diangkat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha di atas langit yang ke-7.

Inipun telah disinggung Allāh dalam Al Qur'an  dalam surat An Najm:

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤)

"Dan sungguh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya (yang memiliki 600 sayap dan kalau sayapnya dibuka akan menutup cakrawala) kedua kalinya tatkala di Sidratil Muntaha."

(QS An Najm: 13-14)

Ini adalah dalil bahwa isra' mi'jraj adalah perkara yang mendasar bagi kaum muslimin, karena tersebutkan dalam Al Quran. Apalagi dalam hadits Nabi banyak yang menyebutkan tentang kisah isra' dan mi'raj ini.

Ada beberapa perkara yang ingin kita sampaikan.

▪Yang pertama yaitu kapan terjadinya Al Isra' dan Mi'raj.

Tidak ada dalil yang tegas yang menyebutkan kapan terjadinya. Adapaun dalil yang datang tentang kapan terjadinya dan kapan bulannya semuanya adalah hadits dengan riwayat yang lemah, riwayatnya terputus.

Oleh karenanya Syaikhul Islam  Ibnu Taimiyyah berkata:

لم يقم دليل معلوم [[على ليلة الإسراء]] لا على شهرها ولا على عشرها ولا على عينها، بل النقول في ذلك منقطعة مختلفة ليس فيها ما يقطع به، ولا شرع للمسلمين تخصيص الليلة التي يظن أنها ليلة الإسراء بقيام ولا غيره

"Tidak ada dalil yang jelas yang menunjukkan kapan terjadinya [[malam lailatil Isra' dan Mi'raj]], tidak disebutkan juga kapan bulannya dan kapan harinya.

Adapun nukilan-nukilan yang menyebutkan tentang kapannya tersebut adalah terputus (sanadnya), terjadi perselisihan dan tidak ada dalil yang  bisa kita pastikan.

Dan demikian juga karenanya tidak disyari'atkan bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan suatu malam yang disangka sebagai malam Isra' Mi'raj untuk melaksanakan shalat malam atau amalan tertentu."

(Za'adul Ma'ad/1/57-58).

Hal ini  dinukilkan juga oleh Al Qasthalani ( Syaikhul Islam menukil juga dari Syaikh Abu Umamah), beliau berkata:

وأما ليلة الإسراء فلم يأت في أرجحية العمل فيها حديث صحيح ولا ضعيف

"Adapun malam Isra', tidak ada dalil yang menunjukkan untuk beramal khusus pada malam tersebut, baik hadits yang shahih maupun hadits yang dhaif."

(Al Mawāhib Al Ladunniyah bil Minah Al Muhammadiyyah, juz 3 halaman 14)

Perhatikan di sini!

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menjelaskan kepada para shahabat kapan terjadinya.

Logikanya, kalau memang ada amalan khsusus, ada perayaan khsusus, ada ibadah khusus ada shalat malam khusus atau ada wirid khusus  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pasti akan menjelaskan kepada shahabat tentang keutamaan malam tersebut karena di balik penentuan malam tersebut ada ibadah.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menjelaskan kapan malam  tersebut maka kita pahami bahwasanya di balik malam tersebut tidak ada ibadah khusus, sehingga Nabi tidak menjelaskan kepada para shahabat.

Bahkan tidak seorangpun dari shahabat yang menjelaskan kapan malam tersebut.

Tidak ada sanad yang shahih dari seorangpun shahabat, padahal jumlah shahabat begitu banyak, ribuan shahabat. Tidak seorangpun dari mereka menyebutkan kapan terjadinya malan Isra' dan Mi'raj.

Dan sampai sekarang tidak ada dalil shahih, bahkan sampai hari kiamat tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan kapan terjadinya Isra' dan Mi'raj.

Barang siapa yang mengatakan bahwasanya terjadinya pada hari ini. pada bulan ini maka itu hanya mengatakan dari kantong (pendapat) dia sendiri saja, bukan dari dalil.

Mungkin ada perkara yang menurut dia ada yang mengatakannya kemudian menganggap sebagai dalil, namun sebenarnya tidak ada dalilnya.

Oleh karenanya, pendapat tentang kapan terjadinya Isra' saling bertabrakan (kontradiksi)'."

Oleh karenanya ikhwān dan akhwāt  yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Ini adalah dalil bahwasanya Isra' dan Mi'raj tidak diketahui kapannya dan tidak amal khusus yang bisa dilaksanakan pada malam tersebut.

والله تعالى  أعلم بالصواب

_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 41 | Memperbanyak Al Hasanah (Kebaikan) Dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa) Bagian 1

🌎 BimbinganIslam.com
Kamis, 28 Rajab 1437 H / 05 April 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 41 | Memperbanyak Al Hasanah (Kebaikan) Dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa) Bagian 1
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-AR-S05-H41
➖➖➖➖➖➖➖
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-41 dari Silsilah 'Ilmiyah Beriman kepada hari akhir adalah tentang "Memperbanyak Al Hasanah (kebaikan) Dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa) Bagian 1".

Seorang yang beriman kepada hari akhir dan beriman bahwasanya kelak akan dihisab, maka hendaklah dia:

⑴ Memohon rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ Kemudian mengambil sebab supaya memiliki Al Hasanah sebanyak mungkin dan menghilangkan dosa sebisa mungkin.

Di antara caranya:

■ Pertama | Menjaga tauhid.

Yang merupakan:
•✓ Hasanah (kebaikan) yang paling besar.
•✓ Pondasi bagi hasanah yang lain.
•✓ Sebab diampuninya dosa seseorang.

■ Kedua | Mencari amalan yang paling afdhal.

Yang apabila dilakukan maka dia akan mendapatkan hasanah yang banyak.

Yang demikian karena kita sangat butuh dengan hasanah yang banyak, sementara waktu untuk mendapatkannya adalah sangat terbatas.

Amalan yang paling afdhal setelah Rukun Islam dan kewajiban-kewajiban agama yang lain, ada 3 amalan:

⑴ Menuntut ilmu agama.
⑵ Jihad fī sabīlillāh.
⑶ Dzikrullāh yang dilakukan dengan khusyū' di sebagian besar waktunya.

Amalan yang wajib lebih afdhal dan lebih besar pahalanya dari pada amalan yang sunnah.

Amalan yang wajib 'ain (yaitu yang wajib atas semuanya) lebih afdhal dari pada amalan yang wajib kifāyah (yang apabila dilakukan oleh sebagian maka gugur atas yang lain).

Kewajiban yang berkaitan dengan hak Allāh lebih afdhal dari pada kewajiban yang berkaitan dengan hak makhluk.

◆ Amalan yang lebih afdhal adalah amalan yang dilakukan dengan:

✓Lebih ikhlash.
✓ ebih mengikuti sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Amalan sedikit yang mudah dikerjakan tanpa memberatkan diri dan dilakukan secara terus-menerus, lebih afdhal dari pada amalan yang banyak tapi terputus.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

◆ Amalan yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  adalah yang paling dilakukan terus-menerus meskipun sedikit (HR Bukhari dan Muslim).

Terkadang sebuah amalan afdhal bagi sebagian, namun belum tentu afdhal bagi yang lain.

Amalan yang manfaatnya sampai kepada orang lain lebih afdhal dari pada amalan yang manfaatnya hanya untuk dirinya sendiri, contohnya seperti shadaqah dan dakwah fī sabīlillāh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya;

◆ Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi dari pahala mereka sedikitpun (Hadits shahīh riwayat Muslim).

Amalan yang dikerjakan di waktu yang mulia lebih afdhal, seperti amalan yang dikerjakan di Bulan Ramadhān dan amalan yang dikerjakan pada sepuluh hari yang pertama di bulan Dzulhijjah.

Sebagian amalan lebih afdhal dikerjakan di tempat mulia tertentu, seperti shalat di Masjidil Harām, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsa.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy,
Di kota Al-Madīnah

✒Ditranskrip Oleh Tim Transkrip BiAS
________________________________

Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 40 | Keadilan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Ketika Hisab (Bagian 2)

🌎 BimbinganIslam.com
Rabu, 27 Rajab 1437 H / 04 April 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 40 | Keadilan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Ketika Hisab (Bagian 2)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-AR-S05-H40
➖➖➖➖➖➖➖

KEADILAN ALLÃH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA KETIKA HISAB (BAGIAN 2)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-40 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Keadilan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Ketika Hisab (Bagian 2)".

Diantara keadilan Allāh Subhānahu wa Ta'āla ketika hisab,

■ Keempat | Bahwasanya kebaikan dan kejelekan sekecil apapun yang disembunyikan di dalam hati maupun di nampakkan, akan didatangkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak ada manusia yang di zhalimi karena kebaikan yang terlupakan atau karena kejelekan yang tidak dia lakukan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ (٧) وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ (٨)

"Maka barangsiapa yang mengamalkan kebaikan seberat atom sekalipun dia akan melihatnya. Dan barangsiapa mengamalkan sebuah kejelekan seberat atom sekalipun akan melihatnya."
(QS Al Zalzalah: 7-8)

■ Kelima | Bahwasanya seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ۬ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ‌ۚ

"Dan sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain."
(QS Al An'ām: 164)

⇒ Kecuali, apabila seseorang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya dalam kesesatan tersebut.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

"Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya, tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun."
(Hadits shahih, riwayat Muslim)

■ Keenam | Bahwasanya masing-masing kita akan dipersilahkan melihat sendiri isi kitabnya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا (١٣) ٱقۡرَأۡ كِتَـٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبً۬ا (١٤)

"Dan kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat, sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu pada hari ini yang menghisab dirimu sendiri."
(QS Al Isrā: 13-14)

■ Ketujuh | Bahwasanya Allãh Subhanahu Wa Ta'ala akan mendatangkan para saksi supaya tidak ada alasan bagi manusia.

◆ Di datangkan para rasul yang bersaksi atas umatnya bahwasanya mereka sudah menyampaikan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٍ۬ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَہِيدً۬ا

"Maka bagaimana jika kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan kami akan datangkan dirimu sebagai saksi atas mereka."
(QS An Nisā: 41)

◆ Malaikat akan menjadi saksi.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

وَجَآءَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ۬ مَّعَهَا سَآٮِٕقٌ۬ وَشَہِيدٌ۬

"Dan akan datang setiap jiwa bersamanya malaikat yang menuntun dan malaikat yang menjadi saksi."
(QS Qāf: 21)

◆ Bahkan anggota badan manusia akan menjadi saksi di hari kiamat.

Allāh berfirman :

ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

"Pada hari ini akan kami tutup mulut-mulut mereka dan tangan-tangan mereka akan berbicara dengan kami dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang sudah mereka lakukan."
(QS Yāsīn: 65)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai pada bertemu pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy,
Di kota Al Madīnah

✒Ditranskrip Oleh Tim Transkrip BiAS
________________________________

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 05| Riyā' (Bagian 5)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 26 Rajab 1437 H / 03 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 05| Riyā' (Bagian 5)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H05-5
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ." أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari Mahmud bin Labid radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya'."

(HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
〰〰〰〰〰〰〰

R I Y A '  (BAGIAN 5)

بِسْمِ اللَّهِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Pada pambahasan kali ini, kita akan membahas bagaimana kiat-kiat agar terlindung dari penyakit riya'.

Yaitu:

▪1. Yang paling penting adalah berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan tulus dan serius minta kepada Allāh agar Allāh menjauhkan kita dari penyakit riya'.

Diantaranya adalah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

"Ya Allāh, aku berlindung kepada Engkau dari kesyirikan yang aku sadari dan aku berlindung kepada Engkau dari kesyirikan yang aku tidak sadari."

(HR Bukhari)

Ini adalah doa agar terlindung dari riya', kenapa?

Karena pintu-pintu riya' sangatlah samar.

Betapa banyak pintu-pintu riya' yang dialami seseorang dan dia masuk ke dalam pintu tersebut dan dia tidak sadar.

Dan syaithan memiliki berbagai macam metode (langkah-langkah) untuk menjerumuskan orang kedalam riya'.

Jadi kita harus berdoa kepada Allāh agar dijauhkan dari riya'.

▪2. Kiat yang kedua adalah berusaha untuk menyembunyikan amal shalih.

Kalau kita mempunyai amal shalih jangan kita ceritakan kecuali jika ada maslahatnya
Jadi, pada asalnya adalah kita sembunyikan.

Ingat, bahwasannya amal shalih yang dikerjakan dengan diam-diam pahalanya lebih besar daripada yang dikerjakan dengan kelihatan.

Dua-duanya kalau ikhlas akan dapat pahala, akan tetapi yang tersembunyi lebih baik.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

"Jika kalian menampakkan sedekah maka itu baik, namun jika kalian sembunyikan sedekah kalian dan kalian berikan kepada orang fakir maka itu lebih baik bagi kalian."

(QS Al-Baqarah: 271)

Ini menunjukkan bahwa amal itu ada 2 derajat, yaitu:

- Amal yang ikhlas dengan dilihat oleh orang lain.

- Dan berikutnya adalah amal yang ikhlas (dan ini derajatnya lebih tinggi) yang disembunyikan atau tidak dilihat oleh orang lain.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam memuji bahwa diantara 7 orang yang dinaungi oleh Allāh pada hari kiamat, salah satu diantaranya adalah:

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

"Seseorang yang dia berinfaq dengan diam-diam sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya."

(HR Bukhari 1423 dan Muslim 1031, dari Abu Hurairah)

Padahal tangan kiri adalah teman dekat tangan kanan. Dimana ada tangan kanan, tangan kiri selalu bersama dan bekerja sama. Namun untuk urusan amal shalih, tatkala tangan kanan bersedekah maka disembunyikan sampai-sampai sahabat dekatnya, teman sejawatnya yaitu tangan kiri tidak mengetahui.

Ini menunjukkan bahwa orang ini berusaha untuk menyembunyikan amal shalihnya.

Adalah perkara yang menyedihkan dijaman sekarang, kalau jaman dahulu, para salaf, mereka benar-benar berusaha menyembunyikan amal mereka. Adapun jaman sekarang, kita dapati orang-orang berusaha dengan berbagai macan metode dan uslub (gaya) untuk mengumbar, men-share, mem-publish amalan shalih mereka.

Dengan melalui Facebook, whatsapp dengan menjadikan sebagai DP (dispaly picture) pada Whatsapp dan macam-macamnya.

Dengan bergaya mengangkat kedua tangan sambil berdoa di depan Ka'bah kemudian difoto, "luar biasa".

Dia tidak berdoa kepada Allāh, hanya bergaya berdoa dihadapan Allāh kemudian difoto. Kedua tangannya yang diangkat tersebut bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bukan ikhlas berdoa kepada Allāh, akan tetapi untuk riya', agar difoto dan disebarkan ke teman-temannya.

Oleh karenanya seseorang harus berusaha untuk menyembunyikan amal shalihnya.

Kalau bisa, ketika dia umrah tidak ada yang tahu, berhaji tidak ada yang tahu, berjalan ke Masjid Nabawi tidak ada yang mengetahui.

Ini adalah sarana yang paling kuat agar kita terhindar dari riya'.

Seseorang hendaknya melatih diri agar qona'ah, merasa puas, jika yang tahu hanyalah Allāh. Kalau Allāh sudah tahu dia sudah merasa puas, sehingga dia tidak punya syahwat agar orang lain tahu amalan dia, cukup dia tahu bahwa Allāh sudah tahu.

Makanya sebagian orang "luar biasa", semua kebaikkan yang dia lakukan dia share.

Dia berbakti kepada orang tuanya, dia share. Padahal amalan ini adalah amalan yang luar biasa, tidak usah di-share, tidak usah digembar-gemborkan.

Dia baik sama istrinya, dia share, ini tidak perlu.

Seseorang hendaknya berusaha menjaga privasi dia, cukup Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang tahu. Dia boleh men-share, boleh menyampaikan kalau ada maslahatnya.

Akan tetapi kelau sekedar untuk memamerkan, agar orang lain tahu, maka ini adalah pintu besar yang dapat menjerumuskan orang kedalam riya'.

Oleh karenanya, menyembunyikan ibadah merupakan sarana yang kuat agar terhindar dari penyakit riya'.

▪3. Kemudian yang terakhir agar terhindar dari penyakit riya', yaitu kita mengingat akan bahaya riya' dan bahagianya orang ikhlas.

Bahaya riya' sangat besar.

Orang yang riya' di dunia tidak akan pernah puas. Dia ingin dikomentari dan ingin dipuji. Tidak selamanya orang memuji kita, kadang-kadang mencela kita. Mungkin sekarang memuji kita dengan pujian yang habis habisan, akan tetapi kalau lagi bermasalah sama kita maka dia akan mencaci-maki dengan berlebih-lebihan.

Oleh karenanya, kalau hanya megharapkan pujian manusia maka ini adalah cita-cita yang tidak akan pernah tercapai.

Kalau ada yang memuji kita pasti juga ada yang mecela kita. Kalaupun dia memuji kita, tidak selamanya memuji kita.

Adapun mengharapkan semua orang memuji kita, maka ini hanya menimbulkan kekecewaan dan kesedihan. Orang yang seperti ini adalah orang yang gelisah karena yang dicari adalah pujian sehingga kalau tidak dia dapatkan diapun bersedih.

Adapun akibat riya' di akhirat, sebagaimana telah dijelaskan, 3 orang yang pertama kali diadzab di neraka Jahannam adalah orang-orang yang riya' semuanya.

Yang berjihad karena riya', yang belajar dan mengajarkan ilmu (berdakwah) karena riya' dan yang bersedekah karena riya'.

Maka hendaknya kita merenungkan akibat riya' di dunia dan di akhirat, ini akan menjauhkan dari penyakit riya'.

Kemudian, kita juga merenungkan tentang kebahagiaan orang yang ikhlas.

Orang yang ikhlas adalah orang berbahagia. Dia tahu bahwa Allāh mengetahui amalan dia. Dia berbahagia meskipun orang lain tidak mengetahui amalan dia.
Dia tentram, kenapa?

Karena dia tahu bahwa:

- Penciptanya, Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang akan memberi ganjaran telah mengetahui dia beramal shalih.

- Penciptanya,  Allāh Subhānahu wa Ta'āla, telah tahu dia berbuat baik kepada orang tuanya.

- Tahu bahwa ia telah baik kepada istrinya.

Maka ini mendatangkan kebahagiaan dalam dirinya.

Orang yang ikhlas adalah orang yang paling berbahagia, dia tidak peduli dengan komentar orang. Yang dia pedulikan adalah komentar Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Perlu saya ingatkan. Kita berusaha ikhlas namun Allāh berfiman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allāh tidak membani seseorang diluar kemampuannya."
(QS Al-Baqarah: 286)

Jika kita sudah berusaha ikhlas dengan semaksimal mungkin, lantas mungkin kita tejerumus ke dalam riya' dalam sedikit kesalahan, mungkin kadang niat kita tidak beres, kita segera bertaubat kepada Allāh. Mudah-mudahan Allāh mengampuni dosa-dosa kita tersebut, karena Allāh mengetahui bahwa kita telah berusaha.

Tidak ada yang menjamin kita selalu ikhlas, akan tetapi kalau kita berusaha maka Allāh megetahui usaha kita dan (insya Allāh) Allāh akan memaafkan kekurangan kita yang di luar dari kemampuan kita.

والله تعال أعلمُ بالصواب
وبالله التوفيق
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk 🔊 Hadits 05| Riyā' (Bagian 4)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 25 Rajab 1437 H / 02 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 05| Riyā' (Bagian 4)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H5-4
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ." أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari Mahmud bin Labid radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya'."

(HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
〰〰〰〰〰〰〰

R I Y Ā '  (BAGIAN 4)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Diantara hal yang menjadikan Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam sangat mengkhawatirkan Riyā' menimpa kaum muslimin diantaranya adalah karena pintu-pintu Riyā' (hal-hal yang menimbulkan riyā') sangatlah banyak.

Oleh karenanya  riyā' bisa muncul dalam berbagai bentuk.

Namun perlu saya ingatkan kepada para  Ikhwān dan Akhwāt, tatkala kita ingin menjelaskan bentuk-bentuk riyā' bukan bertujuan untuk menuduh orang riyā'.

Kita tidak boleh menuduh orang lain riyā', karena riyā' adalah masalah hati dan hati adalah urusan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Kita tidak boleh menerka-nerka, kita tidak mengetahui isi hati manusia.

Namun Kita membicarakan bentuk-bentuk riyā' adalah untuk memperingatkan diri kita sendiri agar jangan sampai terjerumus ke dalam bentuk-bentuk riyā'.

Diantara yang disebutkan oleh para ulamā, diantara bentuk-bentuk riyā' adalah :

√ Riyā' yang jelas
√ Riyā' tersembunyi

▪ Riyā' yang nampak jelas,

Contohnya:

↝ Menampakkan badan dalam kondisi lemas dipagi hari agar orang tahu bahwa dia semalam telah shalāt malam.
↝Atau sengaja menampakkan bibir dalam kondisi kering untuk menunjukkan bahwa dia sedang berpuasa sunnah.

Sekali lagi saya ingatkan, kita tidak sedang menuduh orang, tapi kita ingatkan diri kita jangan sampai melakukan demikian.

Adapun orang lain, mungkin ada yang benar-benar dalam kondisi lemas di pagi hari, dia bukan karena riyā' tetapi karena kondisinya seperti itu.

Atau bibirnya kering bukan untuk menunjukkan dirinya berpuasa, tetapi memang kondisinya seperti itu, sehingga dia tidak bermaksud menunjukan tetapi memang waktu dia puasa bibirnya dalam kondisi kering.

Namun pembicaraan kita adalah agar kita tidak melakukannya karena riyā'.

Contoh lain:

↝Seseorang yang sengaja menunjukkan ibadahnya dengan kondisi tubuhnya, misalnya sengaja menghitamkan jidatnya supaya orang tahu bahwa dia banyak sujud dan lain sebagainya.
↝Atau dia sengaja misalnya membawa tasbih dengan selalu berdzikir supaya orang tahu bahwasannya dia suka berdzikir.
↝Atau dia menggerakkan lisannya di hadapan banyak orang supaya orang tahu bahwa dia rajin berdzikir.

Ingat ! Kembali lagi saya ingatkan bahwa ini semua berkaitan dengan diri kita, dan kita tidak boleh menuduh orang lain. Karena orang lain melakukannya bisa jadi ikhlas karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Diantaranya juga misalnya,

↝ Tatkala melihat kemungkaran maka (dia) menunjukkan kemarahan agar orang tahu bahwasanya dia benci dengan kemungkaran akan tapi dia lakukan karena riyā'.

Ini semua adalah riyā' yang nampak jelas.

▪Ada riyā' yang juga berbahaya yaitu riyā' yang tersembunyi.

Ini adalah cara halus dari syaithān untuk menjerumuskan seseorang ke dalam riyā'.

Contohya seperti:

↝Seseorang menceritakan keburukan orang lain (misalnya) orang lain itu pelit atau malas shalāt malam, malas nuntut ilmu sehingga pendengar (orang yang diajak berbicara) tahu bahwasannya dia tidak seperti orang yang sedang dia bicarakan (cela) tersebut.

Dia mengatakan bahwa orang itu malas shalāt malam, tidak pernah shalāt berjama'ah, setiap shalāt subuh saya tidak pernah lihat dia. Tetapi maksud dia berbicara seperti itu untuk riyā' untuk menunjukkan:

√ Kalau saya shalāt subuh berjama'ah
√ Kalau saya rajin shalāt malam
√ Kalau saya rajin menuntut ilmu

Orang yang mencela saudaranya seperti ini dalam rangka riyā' maka dia terjerumus ke dalam 2 kesalahan:

① Dia mengghībah saudaranya. Saudaranya menjadi korban dalam rangka untuk mengangkat dirinya.

② Pendengar akan memahami bahwa orang ini tidak seperti orang yang dia cela dan ini namanya riyā' terselubung.

Riyā' terselubung lainnya adalah:

↝ Menceritakan kenikmatan dunia yang banyak dan berlebih-lebihan yang dia dapat.

Seperti,

Dia mengatakan, "Alhamdulillāh, saya dimudahkan oleh Allāh."

Kita bersyukur kepada Allāh bagus, akan tetapi, kalau kita menceritakan kenikmatan, dimudahkannya dan macam-macam karena ingin menunjukkan seakan-akan kita orang shalih, sekan-akan kita wali Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga dimudahkan, ini juga adalah riyā'

Kalau niatnya karena benar-benar bersyukur tidak mengapa, tetapi jika ada udang dibalik batu, niatnya  menceritakan semua ini agar orang tahu bahwa dia wali, dia dimuliakan oleh Subhānahu wa Ta'āla, ingin mengangkat derajatnya, ini juga adalah riyā'.

· Contoh riya' terselubung lainnya adalah:

↝ Seseorang memuji gurunya setinggi langit dengan mengatakan bahwa gurunya orang shalih, alim dan macam-macam dengan maksud agar dia mendapat imbasnya yaitu mengangkat derajat dirinya.

"Itu guru saya, saya muridnya."

Dia mengangkat derajat gurunya setinggi langit agar dia sebagai murid juga terangkat. Ini juga riyā' secara terselubung.

↝ Atau sebaliknya, seseorang merendahkan diri dengan mengatakan, "Saya ini begini dan begitu," terkadang menyebutkan sebagian kekurangannya. Tujuannya agar dia dikatakan sebagai orang yang tawadhu.

↝Seseorang menyampaikan bahwa dia berhasil berdakwah dan yang menghadiri dakwah banyak.

Sebenarnya, kalau kita senang tatkala berdakwah yang mendengar dakwah kita banyak ini tidak apa-apa karena ini merupakan kenikmatan dari Allāh. Akan tetapi terkadang ada niat buruk dalam diri kita, (yaitu) ingin menyampaikan bahwa saya pandai dalam menyampaikan, banyak yang datang itu karena sayanya, bukan karena Allāh.

Ini juga riyā' yang terselubung dan banyak lagi bentuk-bentuk riyā' terselubung.

Oleh karenanya  kita berdo'a kepada Allāh, semoga kita dijauhkan dari segala pintu-pintu riyā' karena Syaithān membuka pintu-pintu riyā' sangatlah banyak.

Itulah kenapa Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengkhawatirkan orang-orang shalih terjerumus kedalam riyā'. 

Hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang bisa menjauhkan kita dari penyakit riyā'.

Wallāhu Ta'ala A'lam bish shawab
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Materi Tematik | Nak, Yuk Shalāt ! (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 23 Rajab 1437H / 30 April 2016M
📝 Materi Tematik | Nak, Yuk Shalāt ! (Bagian 1)

〰〰〰〰〰〰〰

NAK, YUK SHALĀT ! (BAGIAN 1)

Salah satu kewajiban orang tua kepada anak adalah mengajarkan agama sejak mereka masih kecil.

Memerintahkan apa yang Allāh perintahkan dan mencegah mereka dari apa yang Allāh larang, sebagaimana firmanNya:

ياأيها الذين أمنوا قو انفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس و الحجارة

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari (siksa) neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (QS At Tahrim: 6)

⇒ Salah satu perintah yang paling penting dalam agama ini adalah shalāt.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadīts Mu'ādz bin Jabbal :

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ

"Pokok agama ini adalah Islam dan tiangnya adalah shalāt" (Arbain Nawawi: 29)

⇒ Shalāt merupakan ibadah yang sangat agung dalam agama Islam.

Banyak sekali dalīl dari Al Qurān dan Sunnah yang menjelaskan kedudukan shalāt yang sangat tinggi dalam Islam.

Rasulullah bersabda yang artinya:

"Perjanjian antara kita dan mereka (orang Munāfiq) adalah shalāt. Barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah kāfir".

Oleh karena itu, Allāh dan Rasūl-Nya secara terang-terangan memerintahkan setiap orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalāt.

Allāh berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ

"Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalāt dan bersabarlah (dalam mengerjakannya), Kami tidak meminta rizki darimu, (tetapi) Kamilah yang memberimu rizki". (QS Thāhā: 132)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مُروا أولادكم بالصلاة لسبع سنين واضربوهم عليها لعشر

"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalāt ketika berusia 7 tahun, dan pukullah mereka (jika tidak shalāt ) pada umur 10 tahun"

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan:

من كان عنده صغير مملوك أو يتيم ، أو ولد ؛ فلم يأمُره بالصلاة ، فإنه يعاقب الكبير إذا لم يأمر الصغير، ويُعَــزَّر الكبير على ذلك تعزيراً بليغا، لأنه عصى اللهَ ورسول

"Barangsiapa yang memiliki budak kecil, atau anak yatim, atau anak laki-laki dan tidak memerintahkan shalāt, maka ia dihukum, apabila tidak memerintahkan anak kecilnya (untuk shalāt), dengan hukuman yang keras, karena ia telah bermaksiat kepada Allāh dan Rasūl-Nya."

​Pada prakteknya, memerintahkan anak untuk mendirikan shalāt bukanlah hal yang mudah, sebab, anak bukanlah robot yang selalu menuruti perintah kita, atau adonan yang dapat kita bentuk-bentuk semau kita.

Anak tetaplah manusia dengan sifat dasar dan watak yang berbeda-beda, serta mudah terpengaruh oleh lingkungan. 

Perlakuan pada anak yang satu tidak bisa serta merta diterapkan pada anak yang lain. Karena itu, bukanlah jaminan apabila seorang anak senantiasa melihat orang tuanya mengerjakan shalāt kemudian ia juga akan rajin mengerjakan shalāt.

Akan tetapi, tergantung bagaimana orang tua itu memerintahkan anaknya untuk shalāt.

Memerintahkan shalāt kepada anak membutuhkan :

↝ Azzam yang kuat
↝ Ketelatenan
↝ Ilmu dan seni berinteraksi dengan anak.

Bentakan dan pukulan tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan membuat anak mencintai shalāt sebaliknya hanya membuat anak terpaksa menjalankan shalāt.

Setelah semua itu, selanjutnya adalah bersabar.

Bersabar ketika anak tidak serta merta mengerjakan shalāt, bersabar dengan kebandelan anak, juga bersabar untuk istiqamah dalam memerintah.

Bersabar, karena kita sedang meniti jalan Allāh.

Bersabar, karena beberapa hal berikut:

⑴ Allāh dan Rasūl-Nya lah yang memerintahkan kita untuk melaksanakan hal ini.

⑵ Anak-anak adalah amanah dari Allāh yang wajib kita jaga.

Bila Ia yang telah memberi amanah menyuruh kita untuk memerintahkan anak-anak kita mengerjakan shalāt, maka sudahkah kita memelihara amanah apabila kita mengabaikan hal tersebut?

⑶ Shalāt adalah penghubung antara hamba dan Rabbnya, maka bagaimana kita akan merasa aman terhadap anak kita sepeninggal kita nanti, apabila ia tidak menjaga hubungan antara dirinya dan Rabbnya?

⑷ Apabila kita merasa takut akan kesengsaraan anak kita di dunia, maka tidakkah kita takut akan kesengsaraan mereka di akhirat?

⇒ Tidakkah kita merasa ngeri apabila mereka dimasukkan ke neraka saqar yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang meninggalkan shalāt?

⑸ Shalāt mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka bila kita ingin anak kita terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, yang paling penting kita lakukan adalah memerintahkan mereka untuk mendirikan shalāt.

Selain itu, sepantasnya kita banyak mencari ilmu tentang cara-cara mengajarkan shalāt kepada anak, baik dengan membaca atau banyak bertanya kepada orang-orang yang berhasil mendidik anak mereka.

⇒ Tanpa ilmu, kita akan terjebak dalam kesulitan, yang bisa jadi, membuat kita putus asa di tengah jalan, atau mengambil tindakan yang tidak tepat.

⇒ Sebaliknya, dengan ilmu, suatu usaha menjadi lebih mudah dan lebih cepat, biidznillāh.

Beberapa hal yang dapat memudahkan kita dalam mendidik anak melaksanakan shalāt adalah:

①  Semakin dini kita memulai memerintahkan shalāt, maka akan semakin mudah.

②  Memerintah shalāt dimulai sejak anak pertama, karena anak pertama inilah yang akan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Bila anak pertama mengerjakan hal-hal yang kita perintahkan, maka adik-adiknya cenderung melakukan hal yang sama.

③  Mengingat pahala yang akan kita dapat dari Allāh, karena selain kita akan mendapat pahala mengajari mereka shalāt, kita juga akan senantiasa mendapatkan pahala shalāt mereka, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, seperti sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

"Barangsiapa yang mengajak orang kepada kebaikan, ia akan mendapat pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka (orang yang mengamalkan itu) sedikitpun." (HR Muslim 2674)

④  Merendahkan diri di hadapan Allāh dan selalu meminta pertolonganNya dalam melaksanakan hal ini, serta tidak menyandarkan keberhasilan pada usaha kita, dengan memperbanyak doa :

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

"Yā Allāh jadikanlah aku orang yang mendirikan shalāt dan dari keturunanku. Yā Rabb kami, Engkaulah yang Maha Mengabulkan do'a-do'a." (QS Ibrāhim: 40)

⑤  Menyebutkan nama-namaNya yang baik dan sifat-sifatNya yang tinggi,ketika berdo'a agar anak kita mendirikan shalāt, terutama dengan namaNya Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam, karena Rasūlullāh bersabda yang artinya:

"Perbanyaklah berdo'a dengan Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam". (HR Tirmidzi 3525)

⑥ Jangan berputus asa dari rahmat Allāh, ingatlah bahwa Allāh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan pertolongan Allāh akan datang dari arah yang tidak kita sangka. Dia Yang Menjadikan anak kita dari tidak ada dan menyempurnakan bentuk dan rupanya, Dia juga lah yang akan menjadikan mereka manusia-manusia shālih  yang mendirikan shalāt , selama kita senantiasa berjihad di jalanNya.. 

[Bersambung ke Bagian 2]

Disarikan dari kutaib berjudul "Kaifa Nuhabbibus Sholah li Abnāinā", ar-islamway.net

Ummu Sholih, di Madinatu Qur'an, Jonggol
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates