Thursday, January 4, 2018

Kebaikan itu ada 2 macam:

Thursday, January 4, 2018


1. Kebaikan basyariyyah, yakni kebaikan yang bersumber dari tabiat manusiawi. Kebaikan ini bersifat universal, diakui oleh seluruh manusia dari berbagai bangsa, agama, dan golongan. Tidak ada yang mengingkari kebaikan dari aspek ini.

Contoh kebaikan jenis ini:
Menolong orang yang lemah, menyantuni anak-anak yatim dan faqir miskin, berbagi dengan sesama, tidak membunuh, tidak menyakiti, menjaga kebersihan dan kerapian, membuang sampah pada tempatnya, bakti sosial, menyayangi orangtua, berbuat baik pada tetangga.

2. Kebaikan ilahiyyah, yaitu kebaikan yang diperoleh melalui petunjuk wahyu dari Rabb semesta alam.

Kebaikan ilahiyyah ini terbagi menjadi 2:
- Kebaikan ilahiyyah secara umum
- Kebaikan ilahiyyah secara khusus

* Kebaikan ilahiyyah yang bersifat umum bisa masuk di dalamnya kebaikan basyariyyah universal pada point 1 di atas. Artinya, seluruh aspek kebaikan universal, selama diakui dan dibenarkan oleh syari'at, maka pada hakikatnya itu adalah kebaikan ilahiyyah juga; yakni kebaikan ilahiyyah yang bersifat umum.

Maka, tak heran bila perspektif universal meyakini bahwa menolong orang miskin itu baik, tidak membunuh itu baik, menjaga kebersihan itu baik, maka Islam pun membenarkan itu semua sebagai kebaikan.

* Kebaikan ilahiyyah yang bersifat khusus; ini tidaklah mungkin diketahui kecuali dengan jalan petunjuk wahyu secara khusus. Kebaikan ini tidak bersifat universal karena tidak seluruh umat manusia mau mengakuinya, tidak setiap agama mengajarkannya, dan tidak setiap golongan meyakininya.

Kebaikan ilahiyyah khusus ini benar-benar murni sebagai petunjuk dari Allah 'Azza wa Jalla bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan agar selamat sampai di tempat tujuan, yaitu negeri akhirat.

Contoh jenis kebaikan ilahiyyah khusus:
Ajaran tauhid secara sempurna, petunjuk Nabawi dalam bermanhaj secara benar, ibadah sholat, berhijab bagi muslimah, perintah berzakat, menunaikan haji bagi yang mampu, berdzikir, membaca Al Qur'an, hingga termasuk hal-hal yang dianggap ringan semacam makan minum dengan tangan kanan, menutup mulut ketika menguap, membersihkan tempat tidur sebelum digunakan, mencuci tangan setelah bangun tidur malam, dan lain-lain dari berbagai ajaran yang hanya dijumpai di dalam Islam, tidak didapati pada ajaran apapun di luar agama ini.

Pemahaman seperti ini perlu kita miliki karena mengandung konsekuensi tertentu.

Di antara konsekuensi tersebut adalah, bahwa dalam banyak hal dan kondisi, kita tidak bisa menghakimi seseorang dengan benar atau salah, baik atau buruk, hanya berdasarkan aspek kebaikan basyariyyah atau kebaikan ilahiyyah umum saja; baik terhadap orang yang beda agama maupun seagama; melainkan harus diterapkan juga aspek kebaikan ilahiyyah khusus sebagai acuan penilaian.

Orang yang tidak memahami aspek-aspek kebaikan semacam ini akan mudah sekali terjebak dalam relativisme dan kerancuan sikap.

Dia akan mengatakan:
"Ah nggak masalah dia non muslim. Yang penting hatinya baik, suka menolong orang, punya yayasan yatim piatu, selalu berjuang untuk perdamaian, dan tidak pernah menyakiti siapapun. Lihatlah negara Jepang itu. Mayoritas penduduknya tidak punya agama. Tapi mereka adalah orang-orang yang luar biasa."

---> Tanpa memandang bagaimana aqidahnya, tauhidnya, imannya. Yang penting baik dengan kebaikan basyariyyah universal atau kebaikan ilahiyyah umum.

Yang lain lagi mengatakan:
"Ah nggak apa-apa meskipun dia seorang quburiy (penyembah kubur). Yang penting dia rajin sholat, rutin puasa sunnah, gemar bersedekah, selalu baik sama tetangga, dan ramah pada semua orang."

---> Tanpa mengacu pada urgensi manhaj, kemurnian aqidah, dan kesucian tauhid. 

Padahal, semestinya, menilai seseorang itu sepatutnya melibatkan 3 unsur kebaikan tadi: kebaikan basyariyyah universal, kebaikan ilahiyyah umum, dan kebaikan ilahiyyah khusus.

Barakallahu fiikum.

Ammi Ahmad

0 comments:

 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates