Tuesday, January 17, 2017

Sikap Al Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal terhadap penguasa dzalim

Tuesday, January 17, 2017

Dahulu di zaman Al Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, penguasa saat itu mengadopsi akidah mu'tazilah sehingga akidah sesat tersebut menjadi akidah resmi pemerintah. Bukan hanya hal itu, ternyata pemerintah memaksa seluruh rakyat dan ulama untuk menganut pemahaman sesat tersebut.
Pemerintah saat itu memaksa rakyat dan ulama untuk mengatakan bahwa Al Qur'an bukan kalamullah, Al Qur'an adalah makhluk dan menjadikan pemahaman ini sebagai kurikulum resmi di madrasah-madrasah, pengajian-pengajian di Masjid. Mereka juga menangkap, menyiksa bahkan menumpahkan darah siapa saja yang menolak akidah mu'tazilah tersebut.
Apakah Al Imam Ahmad bereaksi dengan melakukan pemberontakan atas kezhaliman dan kesesatan penguasa tersebut ?
Ahmad Abul Harist pernah bertanya kepada Al Imam Ahmad bin Hanbal mengenai hal ini. Ia bertanya kepada beliau mengenai fenomena fitnah yang terjadi di Baghdad ketika peristiwa itu terjadi, dan keadaan sebagian kaum yang ingin memberontak.
يا أبا عبد الله ، ما تقول في الخروج مع هؤلاء القوم
"Wahai Abu 'Abdillah (Al Imam Ahmad), apa pendapat anda jika aku memberontak bergabung bersama kaum tersebut ?"
فأنكر ذلك عليهم ، وجعل يقول : سبحان الله ! الدماء الدماء ! لا أرى ذلك ، ولا آمر به ، الصبر على ما نحن فيه خير من الفتنة يسفك فيها الدماء ، ويستباح فيها الأموال ، وينتهك فيها المحارم ، أما علمت ما كان الناس فيه ، يعني أيام الفتنة .
"Maka beliau mengingkari hal tersebut dan beliau berkata : ' Subahanallah! Darah ! Darah !, saya tidak sependapat dengan hal tersebut dan tidak pula menganjurkannya. Bersabar pada keadaan kita saat ini jauh lebih baik dari pada fitnah dan ditumpahkannya darah, dihalalkannya harta dan dijatuhkannya kehormatan. Apakah anda tidak mengatahui apa yang telah terjadi pada manusia masa silam (yaitu fitnah) ?
قلتُ : والناس اليوم، أليس هم في فتنة يا أبا عبد الله ؟
"Maka aku menjawab : Bukankah saat ini pun manusia sudah berada didalam fitnah wahai Abu 'Abdillah ?"
قال : وإن كان ، فإنما هي فتنة خاصة ، فإذا وقع السيف عمَّت الفتنة ، وانقطعت السبل ، الصبر على هذا ، ويسلم لك دينك خير لك
"Kemudian beliau menjawab : Walaupun demikian, namum ini adalah fitnah yang khusus. Apabila pedang telah terhunus, fitnah telah meluas dan jalan jalan telah tertutup, maka sabar dalam keadaan seperti saat ini dan menyelamatkan agamamu adalah lebih baik bagimu !"
ورأيته ينكر الخروج على الأئمة ، وقال: الدماء ! لا أرى ذلك ، ولا آمر به
(Kemudian Ahmad Abul Harist berkata) :
"Saya melihat beliau mengingkari memberontak terhadap para penguasa (pemerintah), dan beliau berkata : ' Darah, saya tidak sependapat dengan hal tersebut dan tidak pula memerintahkannya'."
[dikutip dari Kitab Al Wardul Maqthuf hal. 40-41 terbitan Maktabah Al Furqan]
Mengikuti pendapat Al Imam Ahmad dll dalam masalah ini tentu lebih selamat ketimbang saya mengikuti pendapat selain beliau apalagi jika dari pendapat orang orang belakangan.
Pendapat tinggallah pendapat, kita hanya bisa mempertanggung jawabkan sikap kita di hadapan Allah kelak.
Hamba Allah yang faqir
SBS, harapan Jaya Bekasi
sumber: https://www.facebook.com/abuhanifah.jandriadiyasin/posts/234599940327325

0 comments:

 
Catatan Damar. Design by Pocket - Fixed by Blogger templates